Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
A. Arsunan Arsin
Abstrak :
Penyakit malaria masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia. Di Indonesia, terutama di luar daerah Jawa dan Bali, sampai kini angka kesakitan malaria masih tergolong tinggi. Di Puskesmas Bunta Kabupaten Banggai, pada tahun 2008 Annual Malaria Incidence (AMI) dilaporkan mencapai 109,9?. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan serta mengetahui hubungan gejala, tanda klinis, dan hasil pemeriksaan mikroskopik malaria. Desain studi yang digunakan adalah cross sectional. Pengumpulan data wawancara dan mengambil sediaan darah dilakukan pada 150 penderita suspect malaria di puskesmas dan rumah penduduk. Penderita malaria klinis dengan pemeriksaan mikros- kopik malaria positif ditemukan sekitar 52%. Gejala dan tanda klinis malaria yang berhubungan bermakna dengan pemeriksaan mikroskopik meliputi menggigil (nilai p = 0,000); sakit kepala (nilai p = 0,007); nyeri otot/ tulang (nilai p = 0,001); pusing (nilai p = 0,000); demam (nilai p = 0,003); anemia (nilai p = 0,000); dan splenomegali (nilai p = 0,000). Berdasarkan analisis multivariat ditemukan gejala dan tanda klinis yang paling dominan berhubungan dengan pemeriksaan mikroskopik adalah menggigil (nilai p = 0,002; CI 95% = 1,593 _ 7,797) dan anemia (nilai p = 0,000; CI 95% = 2,265 _ 11,191) yang merupakan faktor prediksi terbaik untuk diagnosis dini, skrining, dan surveilans malaria.

Malaria which morbidity still high is one of health problems in the world in- cluding in Indonesia, mainly in outside Java and Bali island. In Bunta Public Health Center Banggai Regency in 2008, the AMI was 109,9? still high. The objective of this research is to compare and to know the relationship between clinical malaria diagnosis and microscophic examination. The methods used in research were observasional study with cross sectional study by interviewing and taking blood stoke of malaria suspected among 150 respondents in Public Health Center and people residents. The data was analyzed by SPSS program according to univariate, bivariat, and mul- tivariate. The result showed that positive mycroscopic cases among clinical malaria cases is 52%. The sign and symptomps of malaria is corelated to positif microscophic examinated cases such as shiver (p value = 0,000); headache (p value = 0,007); muscle/bones pain (p value = 0,001); dizzy- ness (p value = 0,000); fever >37,5°C (p value = 0,003); anemia (p value = 0,000); and splenomegaly (p value = 0,000). Based on the multivariate test, indicated that the sign and symptoms that related dominantly to micros- cophic examination includes shiver symptom (p value = 0,002; CI 95% = 1,593 _ 7,797) and anemia (p value = 0,000; CI 95% = 2,265 _ 11,191). Malaria clinical signs and symtomps is the alternative diagnosis of malaria in endemic areas that have microscophic examination restictiveness.
Universitas Hasanuddin, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Bagian Epidemiologi, 2012
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Herlien Widjaja
Abstrak :
ABSTRAK
Diagnosis infeksi parasit usus dilakukan menggunakan pemeriksaan mikroskopik feses, akan tetapi pemeriksaan mikroskopik memiliki banyak metode dan belum ditentukan metode mana yang merupakan baku emas. Laboratorium Departemen Parasitologi FKUI menggunakan dua metode pemeriksaan mikroskopik, yaitu metode langsung dan metode konsentrasi formalin-eter Ritchie untuk pemeriksaan rutin pada sampel feses. Penelitian ini pun disusun untuk membandingkan efektivitas kedua metode tersebut dalam diagnosis parasit usus. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan data berupa data sekunder, yaitu hasil pemeriksaan dari sampel feses yang dikirim ke Laboratorium Parasitologi FKUI. Data kemudian dianalisis dengan uji Fisher dan ditentukan nilai sensitivitas dan spesifisitasnya dengan pengganti baku emas berupa nilai positif gabungan kedua metode. Hasil didapatkan pemeriksaan mikroskopis menggunakan metode langsung memiliki sensitivitas 100 dan spesifisitas 100 , sedangkan metode konsentrasi formalin-eter Ritchie memiliki sensitivitas lebih rendah yakni 98 dan spesifisitas 100 . Uji Fisher menyatakan perbedaan bermakna untuk hasil pemeriksaan kedua metode
ABSTRACT
Microscopic stool examination has been used for diagnosing intestinal parasite infection. However, there are lots of methods for stool preparation prior to examination and a definite gold standard have yet to be determined. Laboratory of Parasitology FKUI has been using two methods, which are direct method and formol ether concentration method Ritchie . This study compared the effectivity of both method in diagnosing intestinal parasite infection. This was a cross sectional study that use secondary data which were result for examination of stool samples sent to Laboratory of Parasitology FKUI. The collected data would then be analyzed using Fisher test. The sensitivity and specifity of each method were determined using the total positive result from both methods as replacement for gold standard. It was found that direct method had the sensitivity of 100 and specificity of 100 when Ritchie method had lower sensitivity 98 and specificity 100 . Result from Fisher test showed that the difference in the two method was statistically significant
2016
S70374
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cesilia Permatasari
Abstrak :
ABSTRAK
Frekuensi pengambilan sampel tinja dalam pemeriksaan mikroskopik mempengaruhi hasil pemeriksaan, namun sampai saat ini belum ada pedoman jumlah pengambilan sampel tinja untuk deteksi infeksi parasit usus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui frekuensi pengambilan sampel tinja yang lebih efektif untuk deteksi infeksi parasit usus dengan pemeriksaan mikroskopik. Penelitian dilakukan dengan desain cross sectional. Data pada penelitian merupakan hasil pemeriksaan dari sampel tinja yang dikirim ke Laboratorium Parasitologi FKUI tahun 2006-2015. Teknik sampling yang digunakan ialah non probability sampling yaitu consecutive sampling dengan mengambil sampel tinja dari subjek yang memeriksakan tinjanya 3 kali di hari yang berbeda dengan dengan interval pemeriksaan sampel pertama dan ketiga kurang dari 10 hari. Pada penelitian ini didapatkan bahwa pemeriksaan dengan pengambilan sampel tinja dua kali meningkatkan hasil positif dibandingkan pengambilan sampel tinja satu kali 30,9 vs 34,1 uji Fisher
ABSTRAK
The sampling frequency of obtaining stool from patient rsquo s samples will determine the microscopic examination result, however the frequency of taking stool samples from a patient for detecting intestinal parasites has not been standardized. The aims of this study was to determine the most effective frequency of stool sampling for intestinal parasites detection by microscopic examination. The study was conducted by using cross sectional design. Data of this study were obtained from the examination result of stool samples sent to the Laboratory of Parasitology, FKUI from 2006 2015. The sampling technique used was consecutive sampling, which was done by taking stool samples from subjects being examined for three different days. The examination of three samples should not exceed ten days. This study showed that examination of stool samples taken twice increased positive outcomes compared to samples taken once 30.9 vs 34.1 Fisher 39 s exact test
2016
S70388
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library