Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Najma Aqila Putrivi
"Federal Bureau of Investigations menyatakan bahwa selain interaksi korban-pelaku, faktor risiko korban juga merupakan elemen kunci dalam proses investigasi kejahatan pembunuhan berantai, sebab memengaruhi kemungkinan terpilihnya korban. Namun, studi terkait korban dan pemilihan korban pembunuhan berantai saat ini masih cukup terbatas. Tulisan ini membahas aspek pemilihan korban dalam fenomena pembunuhan berantai dengan secara spesifik mengambil studi kasus pembunuhan berantai oleh Baekuni (1993 – 2010). Studi dilakukan dengan menganalisis data sekunder yang berasal dari berbagai dokumen seperti transkrip skripsi, buku, dokumen negara, dan publikasi artikel berita yang relevan. Penelitian ini didasari pada Teori Viktimisasi Terintegrasi untuk menjelaskan karakteristik korban yang terbagi atas empat karakteristik, yaitu: (1) kedekatan fisik (proximity); (2) paparan kejahatan (exposure); (3) daya tarik (target attractiveness); dan (4) kondisi penjagaan yang cakap (capable guardian) dan Teori Pilihan Rasional untuk menjelaskan motivasi pelaku yang menyebabkan terjadinya pemilihan korban, yaitu berfokus pada dua hsal: (1) kepuasan yang tinggi; dan (2) konsekuensi yang rendah. Hasil menunjukkan bahwa pemilihan korban pembunuhan berantai seksual oleh Baekuni disebabkan karena korban sesuai gambaran “korban ideal”, sebab memenuhi keempat karakteristik korban potensial dan dua motivasi yang mendorong Baekuni dalam melakukan kejahatannya tersebut.

Federal Bureau of Investigations states that along with the victim-offender interaction, the victim’s risk factors are another key element in investigating serial murder, because they affect the probability of victim selection. However, research on the victims and the victim selection is currently limited. This paper examines the aspect of victim selection in serial murder by specifically taking a case study of serial murder committed by Baekuni (1993 – 2010). The study was conducted by analyzing secondary data derived from various documents such as thesis transcripts, books, official state documents, and relevant news article publications. The research is based on the Integrated Theory of Victimization to explain victim characteristics which are divided into four characteristics, such as: (1) physical proximity; (2) exposure to the crime; (3) target attractiveness; and (4) capable guardianship and Rational Choice Theory to explain offender motivations that lead to victim selection, which focus on two things: (1) high benefits; and (2) low consequences. The result shows that the victim selection of the sexual serial murder committed by Baekuni was due to the fact that the victims fit the concept of an “ideal victim”, as they fulfilled all four characteristics of potential victims and two motivations that drove Baekuni to commit the crime."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yansa Alif Mulya
"Pembunuhan berantai mulai menjadi perhatian bagi para peneliti dan aparat penegak hukum ketika jumlahnya melonjak sangat tinggi di Amerika Serikat dan di beberapa negara di benua Eropa, seperti: Jerman dan Rusia. Walaupun terdapat perbedaan pada karakteristik kasus pembunuhan berantai, para peneliti menemukan ada karakteristik yang mirip. Kemiripan tersebut ditemukan dalam hal konstruk kepribadian pelaku Para pelaku dalam kasus-kasus pembunuhan berantai memiliki pola perilaku yang sama. Pada beberapa negara dimana kasus pembunuhan berantai dilaporkan terjadi adalah negara yang tergolong maju secara ekonomi. Meskipun demikian, pembunuhan berantai juga dilaporkan terjadi dan jumlah yang cukup signifikan di Indonesia. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan profil kepribadian pembunuh berantai. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus pada 2 kasus pembunuhan berantai di Indonesia dengan melibatkan 6 subyek sebagai partisipan penelitian. Teknik pengambilan data dilakukan melalui wawancara dan observasi dengan menggunakan panduan wawancara berdasarkan teori dark tetrad traits. Hasilnya adalah traits yang dominan berbeda pada subyek berdasarkan perannya masing-masing, yaitu: sebagai mastermind, eksekutor, dan asisten. Subyek yang merupakan mastermind memiliki trait psikopati yang dominan. Pada eksekutor dan asisten, trait machiavelianisme ditemukan sebagai trait yang dominan. Dinamika kepribadian yang ditemukan bahwa para pelaku memiliki kecenderungan perilaku anti sosial yang diperkuat dengan kesempatan situasional dan merasa ada keuntungan finansial. Kedua kasus termasuk pada tipe comfort-oriented serial killers-machiavelianism traits dan para pelaku sesuai dengan pembunuh dengan tipe couple serial killers-psychopathy mastermind.

Serial homicide began to become a concern for researchers and law enforcement officials when the number soared very high in the United States and in several countries on the European continent, such as: Germany and Russia. Eventhough , there are differences in the characteristics of serial homicide cases, researchers found that there are similar characteristics. These similarities were found in terms of the perpetrator’s personality construct. The perpetrators in serial homicide cases had the same behavioral patterns. In several countries, where serial homicide cases have been reported, they are countries that are classified as economically developed. However, serial homicide are also reported to occur in quite significant numbers in Indonesia. The aim of this research is to describe the personality profile of serial homicide. This research uses a qualitative approach with a case study method on two serial homicide cases in Indonesia involving six subjects as research participant. Data collection techniques were carried out through interviews and observations using an interview guide based on the dark tetrad traits theory. The result is that the dominant traits are different for the subjects based on their respective roles, namely: mastermind, executor, and assistant. Subjects who are mastermind have dominant psychopathic traits. In executors and assistants, Machiavellianism was found to be the dominant trait. The personality dynamics found that the perpetrators have a tendency anti-social behavior which was strengthened by situational opportunities and perceived gain. The both of cases belong to the comfort-oriented serial killers-machiavelianism traits and the perpetrators accordance to the couple serial killers-psychopathy mastermind type.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Junita Aristiati
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
T26759
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Nazarudin
"Analisa faktor -faktor yang melatarbelakangi peristiwa pembunuhan berantai yang dilakukan oleh kelompok pelaku (kasus W, S, & D), terjadi dalam rentang waktu tahun 2021 sampai dengan tahun 2023. Di lima lokasi pembunuhan berbeda di Bekasi dan Cianjur, yang mengakibatkan korban meninggal dunia sebanyak delapan orang. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, dengan metode penelitian studi kasus. Pengambilan data yang berada di lokasi Lapas Kelas II A Bekasi tempat W, S & D menjadi kompensasi. Data penelitian diperoleh melalui wawancara yang tidak terstruktur kepada narasumber dan Berita Acara Kepolisian (BAP). Analisa permasalahan dalam penelitian ini menggunakan teori Differential Association Edwin H. Sutherland dan Karir kriminal Edwin Lemert. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejahatan utama dalam pembunuhan berantai adalah kejahatan penipuan penggandaan uang. Dalam analisa teori Differential Association Sutherland perilaku kriminal W sebagai pelaku yang dominan mempengaruhi lingkungan budaya. Interaksi dan komunikasi W kepada S&D dalam kelompok primer melalui relasi kuasa sosok fiktif "Aki Banyu" sebagai teknik untuk memudahkan kejahatannya. Meningkatnya kejahatan dan berulang kali terjadi penindasan ( Enforcement ) untuk berbagi macam keadaan lain untuk membunuh korbanya satu persatu dengan berbagai alasan baik keuntungan ekonomi, menghilangkan jejak kejahatan penipuan, dan sakit hati. Tindakan tersebut seolah-olah dibenarkan oleh pelaku. Kemudian karir kriminal kejahatan W, S & D sudah berada pada tahapan karir kriminal meskipun penyimpangan kejahatan penipuan dan pembunuhan yang dilakukan belum ada stigma, akan tetapi kejahatan sudah sampai tahap sekunder dalam menjalankan potensinya, reaksi sosial masyarakat belum muncul ketika kejahatan berlangsung karena tidak adanya stigma kejahatan yang diketahui oleh masyarakat dalam kejahatan penipuan dan pembunuhan, riwayat hidup W, S & D secara jelas memberikan gambaran dalam melakukan kejahatan ketiganya dipengaruhi latar belakang ekonomi yang kurang baik. Sehingga dalam teori ini dapat menggambarkan karir kriminal pelaku kejahatan pembunuhan berantai yang mempengaruhi perilaku penyimpangan kejahatan yang dilakukanya. Dimana dalam penerapan penelitian berguna dalam memahami kejahatan tidak hanya dipengaruhi oleh lingkungan kriminal akan tetapi latar belakang budaya yang mempermudah kejahatan dan melihat aspek individu dalam proses menjadi kriminal sebagai penjahat. Hal ini berguna bagi pihak yang berwajib dalam pencegahan kejahatan serupa.

Analisis faktor yang melatarbelakangi peristiwa pembunuhan berantai yang dilakukan oleh pelaku kelompok (kasus W, S, & D), terjadi dalam rentang tahun 2021 hingga 2023. Di lima lokasi pembunuhan berbeda di Bekasi dan Cianjur yang mengakibatkan delapan orang tewas. . Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, dengan metode penelitian studi kasus. Pengambilan data dilakukan di lokasi Lapas Kelas II A Bekasi dimana W, S & D merupakan warga binaan. Data penelitian diperoleh melalui wawancara tidak terstruktur terhadap narasumber dan Berita Acara Kepolisian (BAP). Analisis masalah dalam penelitian ini menggunakan teori Asosiasi Diferensial Edwin H. Sutherland dan karir kriminal Edwin Lemert. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tindak pidana utama dalam pembunuhan berantai adalah tindak pidana penipuan penggandaan uang. Dalam analisis teori Asosiasi Diferensial Sutherland, perilaku kriminal W sebagai pelaku dominan dipengaruhi oleh lingkungan budaya. Interaksi dan komunikasi W dengan S&D pada kelompok primer melalui hubungan kekuasaan tokoh fiksi “Aki Banyu” sebagai teknik untuk memudahkan kejahatannya. Kejahatan yang meningkat dan berulang karena penguatan (Enforcement) hingga berbagi berbagai keadaan lain untuk membunuh korbannya satu per satu karena berbagai alasan antara lain keuntungan ekonomi, menghilangkan jejak kejahatan penipuan, dan sakit hati. Tindakan tersebut sepertinya dibenarkan oleh pelaku. Kemudian karir pidana kejahatan W, S & D sudah berada pada tahap karir kriminal walaupun kejahatan penipuan dan pembunuhan yang dilakukan belum mendapat stigma, namun kejahatan tersebut sudah mencapai tahap sekunder dalam menjalankan potensinya, yaitu reaksi sosial dari pelaku kejahatan W, S & D. masyarakat belum muncul pada saat kejahatan itu terjadi karena tidak adanya stigma kejahatan yang dikenal masyarakat dalam kejahatan penipuan dan pembunuhan, riwayat hidup W, S & D dengan jelas menggambarkan bahwa dalam melakukan kejahatan ketiganya dipengaruhi oleh kondisi perekonomian yang buruk. latar belakang. Sehingga teori ini dapat menggambarkan karir kriminal para pembunuh berantai yang mempengaruhi perilaku menyimpang dari kejahatan yang dilakukannya. Dimana dalam penelitian ini implikasi yang berguna dalam memahami kejahatan tidak hanya dipengaruhi oleh lingkungan kriminal tetapi latar belakang budaya yang memfasilitasi kejahatan dan melihat aspek individu dalam proses menjadi penjahat sebagai penjahat. Hal ini berguna bagi pihak berwenang dalam mencegah kejahatan serupa."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library