Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nadia Chrisayu Natasha
Abstrak :
Spodumen merupakan salah satu mineral yang terkandung di dalam batuan sebagai sumber litium. Syarat utama dalam melakukan ekstraksi litium dari spodumen dengan metode pelindian adalah keberadaan fasa ? ndash; spodumen dalam bijih. Pada penelitian ini pembentukan fasa ? ndash; spodumen diperoleh dari batuan sekismika, Kebumen, Jawa Tengah Indonesia dengan metode pemanggangan menggunakan natrium sulfat sebagai aditif pada 650,700,750,800 dan 850 C selama 20,40 dan 60 menit. Proses pelindian dilakukan dengan variasi perbandingan padatan dan cairan yaitu 1:10, 1:5, 1:2 dan 1:1 g/mL . Pelindian dilakukan menggunakan akuades selama 1 jam pada temperatur kamar. Proses evaporasi kemudian dilakukan pada filtrat hasil pelindian hingga 90 dari volumenya berkurang. Simultaneous Thermal Analysis STA digunakan untuk menentukan temperatur reaksi antara sekismika dan natrium sulfat pada saat pemanggangan. Analisis X ndash; ray diffraction XRD dan Scanning Electron Microscope SEM dilakukan untuk mengetahui perubahan fasa yang terbentuk, morfologi dan ukuran partikel. Komposisi sekismika ditentukan dengan Inductively Coupled Plasma ICP . Fasa ? ndash; spodumen di dalam sekismika mulai terbentuk pada 700 C dan waktu pemanggangan 20 menit namun fasa tersebut mulai tidak terbentuk lagi pada 750 C dan waktu pemanggangan 40 menit. Persen ekstraksi litium tertinggi yang diperoleh adalah 70,6 pada 700 C dan waktu pemanggangan 40 menit. Proses evaporasi menyebabkan konsentrasi litium meningkat hingga 8,5 kali konsentrasi litium awal. ...... Spodumene is one of minerals that present in hard rock as lithium resources. Requirement of lithium extraction from spodumene by leaching process is the presence of ndash form phase in ore. Formation of ndash phase spodumene was obtained from schist mica Kebumen, Center Java, Indonesia by roasting method using sodium sulfate at 650,700,750,800 and 850 C for 20,40 and 60 minutes. Leaching process was done with the variations of solid and liquid ratio are 1 10, 1 5, 1 2 and 1 1 g mL . Leaching process was done using aquadest for 1 hour. Then evaporation process of filtrate from leaching was done until 90 of its volume decreased. Simultaneous thermal analysis STA was used to determine reaction temperature between schist mica and sodium sulfate by thermal treatment. X ndash ray diffraction XRD and scanning electron microscope SEM were used to examine the presence of spodumene phase, morphology and particle size. While the compositions of schist mica was determined by inductively coupled plasma ICP ndash OES . In schist mica from Kebumen, Center Java, Indonesia indicates that spodumene exist in it. ndash phase spodumene started to form at 700 C for 20 minutes and it phase started to change at 750 C for 40 minutes. Optimum value of extraction percentage from this investigation is 70.6 at 700 C for 40 minutes. Evaporation process causes final concentration of lithium raises 8.5 times its initial concentration.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T50600
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Charlotte Sortauli Agnetia
Abstrak :
Terak feronikel mengandung banyak unsur berharga seperti Nikel, Kobalt, Besi, dan Logam Tanah Jarang. Tetapi teknologi untuk memrosesnya masih dalam tahap pengembangan. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui temperatur dan konsentrasi aditif Na2CO3 optimum untuk terjadinya reaksi dekomposisi dari magnesium silikat, besi silikat, dan natrium karbonat, yang akan menghasilkan natrium silikat, magnesium oksida, dan besi oksida. Terak dan natrium karbonat dicampur dengan tiga konsentrasi yang berbeda (terak : natrium karbonat; 80:20; 40:60; 60:40) menggunakan ball mill selama 5 menit. Sampel lalu dikompaksi menggunakan mesin kompaksi hydraulic. Berat masing-masing sampel adalah 10 gram. Roasting lalu dilakukan pada temperatur 900 °C dan 1100 °C untuk ketiga konsentrasi yang berbeda dengan holding time selama 1 jam dan laju pemanasan 10 °C /min. Dapur yang digunakan untuk roasting adalah tube furnace. Produk hasil roasting lalu dilakukan uji SEM/EDS, XRD, dan ICP-OES. Berdasarkan hasil karakterisasi SEM/EDS dan XRD diketahui bahwa beberapa produk yang terdeteksi setelah roasting antara lain adalah hematit, magnetit, magnesium oksida, dan Na2SiO3. Hasil dari studi ini juga menunjukkan bahwa kamacite hanya terdeteksi pada sampel yang diroasting pada temperatur 1100 °C. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa parameter pengujian 20% aditif dengan roasting pada temperatur 1100 °C merupakan kombinasi temperatur dan konsentrasi yang optimal untuk mendekomposisi terak feronikel. ......Ferronickel slag contains a lot of valuable elements like Nickel, Cobalt, Iron, and Rare Earth Elements. But the technology to process it is still in development. The purpose of this study is to find the optimum temperature and Na2CO3 additive composition for the roasting of ferronickel slag in order to achieve decomposition reaction of magnesium silicate, iron silicate, and sodium carbonate, which results in the formation of sodium silicate, magnesium oxide, and iron oxide. Slag and sodium carbonate were mixed with 3 different composition variation (slag : sodium carbonate; 80:20; 40:60; 60:40) using a ball mill for 5 minutes. The sample was then compacted using a hydraulic compacting machine. The weight of each compacted sample is 10 grams. Roasting was then conducted at 900 °C and 1100 °C for the 3 different compositions with the holding time being 1 hour and the heating rate 10°C/min. The furnace that was used for both temperature is tube furnace. The roasted products were then characterized by SEM/EDS, XRD, and ICP OES. Based on SEM/EDS and XRD characterizations, some of the products that were detected in roasted samples are hematit, magnetit, magnesium oxide, and Na2SiO3. The result of this study shows that kamacite is only detected in samples that were roasted at 1100 °C. Based on the results of this study, it can be concluded that the testing parameter of 20% additive, roasted at 1100 °C is the most optimal temperature and additive concentration combination to decompose ferronickel slag.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Al Muntasar
Abstrak :
ABSTRAK Nikel ada dialam bebas dalam beberapa bentuk, salah satunya adalah saprolit. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh reduktor batubara terhadap hasil yang didapatkan dari proses pembakaran bijih saprolit dengan menggunakan perbandingan massa yang berbeda. Perbandingan massa saprolit dan reduktor batubara adalah 1:4, 1:3, 1:2, dan 1:1. Proses pemanggangan ini berlangsung selama 60 menit pada suhu 1000 Celsius. Proses pembakaran dikarakterisasi dengan XRD untuk melihat senyawa dan kadarnya. Hasil pengujian menunjukkan peningkatan kadar Ni pemurnian yang tinggi yaitu 10% dengan perbandingan 1:2. Senyawa yang didapatkan dari hasil reduksi yang awalnya berbentuk Lizardit menjadi beberapa hasil reduksi seperti NiS, NiFeO4, dan Fe3O4.
ABSTRACT Nickel exist in the soil in several forms, one of it is the saprolite. The purpose of this study was to determine the influence of the coal reductant to the results obtained from the combustion process saprolite ore using a different mass ratio. Saprolite and reducing agent mass ratio of coal is 1: 4, 1: 3, 1: 2 and 1: 1. The roasting process lasts for 60 minutes at a temperature of 1000 Celsius. The roasting products was characterized by XRD to observe compounds and percentage levels. The results showed elevated levels of high purification Ni is 10% with a ratio of 1: 2. Compounds obtained from the roasting of lizardite were NiS, NiFeO4, and Fe3O4.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S61910
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yosep Bello
Abstrak :

Indonesia merupakan negara produksi nikel terbesar di dunia dengan produksi feronikel yakni 1,6 juta ton dengan penjualan 1,03 juta ton pada 2021. Produksi nikel di Indonesia sebagian besar adalah ferronikel yang dihasilkan dari peleburan reduksi bijih nikel oksida atau silikat yang mengandung besi. Meningkatnya produksi nikel maka terak feronikel juga meningkat sehingga membutuhkan area penyimpanan yang luas karena 1 ton nikel yang diproduksi menghasilkan 8-14 ton terak. Tujuan dari penelitian ini adalah melihat seberapa efisien penggunakan metode hidrotermal dan variaso stoikiometri pada pelindian terak feronikel. Proses diawali dengan proses hidrotermal menggunakan H2SO4 2 M dengan temperatur 250°C dan holding time 60 menit. Residu hasil hidrotermal kemudian di campur dengan NaOH untuk dilakukan proses pemanggangan, proses ini memiliki variasi stoikiometri 1.1, 1, 0.9, 0.8, dan 0.7 dengan temperatur 350°C dan waktu penanhanan 60 menit. Kemudian dilakukan proses pelindian dengan menggunakan metode water leaching. Kemudian dilakukan karakterisasi akhir XRD dan XRF residu hasil pelindian. Hasil yang diperoleh bahwa persentase silika menggunakan H2SO4 mengalami peningkatan. Namun, saat proses pelindian silika tidak larut dikarenakan NaOH tidak mempu membentuk Natrium Silika saat proses roasting dikarenakan temperature yang digunakan sangat rendah. Berdasarkan analisis perubahan massa, didapatkan kondisi 0.7 stoikiometri (5.48 gram NaOH) memiliki tingkat pemulihan yang paling tinggi. ......Indonesia is the world's largest nickel producer with a ferro-nickel production of 1.6 million tons and sales of 1.03 million tons in 2021. The majority of nickel production in Indonesia is ferro-nickel produced from the smelting reduction of nickel oxide or silicate ores containing iron. With the increasing nickel production, the production of ferro-nickel slag also rises, requiring extensive storage areas as 1 ton of nickel produced generates 8-14 tons of slag. The aim of this research is to assess the efficiency of the hydrothermal method and stoichiometric variations in leaching ferro-nickel slag. The process begins with hydrothermal treatment using 2 M H2SO4 at a temperature of 250°C and a holding time of 60 minutes. The hydrothermal residue is then mixed with NaOH for a roasting process, with stoichiometric variations of 1.1, 1, 0.9, 0.8, and 0.7 at a temperature of 350°C and a holding time of 60 minutes. Subsequently, the leaching process is carried out using the water leaching method. The final characterization is performed using XRD and XRF on the leached residue. The results show an increase in silica percentage using H2SO4. However, during the leaching process, silica is not soluble due to NaOH's inability to form sodium silicate during the roasting process, attributed to the very low temperature used. Based on mass change analysis, the 0.7 stoichiometric condition (5.48 grams of NaOH) achieves the highest recovery rate.

 

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Azka Fariky
Abstrak :
Komoditas utama di sektor pertanian Indonesia adalah padi, yang juga merupakan tanaman pokok di negeri ini sehingga limbah yang dihasilkan juga akan sangat banyak. Untuk mengatasi hal seperti ini, maka pengolahan limbah sekam padi kerap dilakukan. Sekam padi mengandung 50% selulosa, 25 ?30 % lignin, dan 15 ?20 % silika. Kandungan silika ini yang nantinya akan berharga setelah diolah lebih lanjut, setelah dilakukan pemanggangan sempurna sekam padi mengandung sekitar 90%-98% silika. Pada penelitian ini pengolahan sekam padi dilakukan dengan metode pelindian pada larutan HCl 1 M selama 3 jam, kemudian di recovery dan dilanjutkan pemanggangan dengan variasi laju temperaturnya 3C/min., 5C/min., dan 7C/min. hingga 650C dan ditahan selama 4 jam. Hasil penelitian didapatkan dengan variasi laju temperaturnya 3C/min., 5C/min., dan 7C/min silika dengan kadar 99,170%, 99,038%, dan 98,966%. Proses pelindian dan pemanggangan akan menghilangkan komponen-komponen organik dan logam pengotor-pengotor di dalamnya, dan apabila diamati morfologinya, sekam padi yang telah diberi perlakuan strukturnya akan lebih halus dan berporos.
The main commodities in the agricultural sector of Indonesia is rice, which is also a staple crop in this country so that the waste generated will also be very much. To cope with this kind of thing, then the rice husk waste treatment is often done. Rice husks contain 50% cellulose, 25% lignin -30 and 15 -20% silica. The silica content of which will be valuable when processed further, after perfect roasting rice husk contains about 90% -98% silica. In this study, rice husk processing is done by the method of leaching in 1 M HCl solution for 3 hours, then recovered and continued roasting by the temperature rate variation of 30C/min., 50C/min., and 70C/min until reaching 6500C and held for 4 h. Research results obtained by varying the temperature rate of 30C/min., 50C/min., and 70C/min with silica content of 99.170%, 99.038% and 98.966%. Leaching and roasting process will eliminate the components of organic and metallic impurities in it, and if the morphology was observed, rice husk which has been treated to be more delicate and highly porous structure.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S62829
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutauruk, Jonathan Kriswanto
Abstrak :
[ABSTRAK
Logam tantalum dan niobium merupakan logam yang sumbernya termasuk ke dalam kategori critical in mid term. Terak timah merupakan limbah yang dapat dijadikan sebagai sumber cadangan kedua. Dalam penelitian ini akan dilihat pengaruh pemanggangan pada 700 oC serta pengaruh variasi konsentrasi larutan NaOH dan HCl sebagai larutan lindi, sampel terak timah yang digunakan berasal dari Indonesia dengan kadar 0,33% Ta2O5 dan 0,64% Nb2O5. Pengujian XRF digunakan untuk melihat perubahan kadar Ta2O5 dan Nb2O5 setelah proses pemanggangan dan pelindian. Hasil pemanggangan didapatkan distribusi massa terbanyak pada ukuran mesh +100 dan terjadi peningkatan kadar Ta2O5 dan Nb2O5 berturut-turut meningkat sebanyak 21,1% dan 37,5%. Kadar yang dihasilkan dari pelindian dengan 4 M NaOH meningkat sebanyak 3,48 dan 1,75 kali lipat dari Ta2O5 dan Nb2O5 awal. Secara keseluruhan rangkaian penelitian khususnya setelah pelindian HCl memperoleh peningkatan kadar mencapai 1,51% Ta2O5 pada 1 M HCl dan 1,41% Nb2O5 pada 4 M HCl. ABSTRACT
The source of tantalum and niobium were known include as critical in mid term. The tin slag is a waste which could be a secondary resource. This research to found the effect of 700 oC roasting and concentration variable of NaOH and HCl solution as leaching reagent, the sample used Indonesian tin slag which have initial grade 0.33% Ta2O5 dan 0.64% Nb2O5.The change of Ta2O5 and Nb2O5 grades were determined by XRF test after roasting and leaching. The highest mass distribution on +100 mesh as the roasting result and the grades were increased 21.1% and 37.5% for Ta2O5 and Nb2O5. The results of leaching 4 M NaOH were increased of about 3.48 and 1.75 times from initial grade. From the whole of results, especially after HCl leaching were increased to 1.51% Ta2O5 on 1 M HCl and 1.41% Nb2O5 on 4 M HCl. ;The source of tantalum and niobium were known include as critical in mid term. The tin slag is a waste which could be a secondary resource. This research to found the effect of 700 oC roasting and concentration variable of NaOH and HCl solution as leaching reagent, the sample used Indonesian tin slag which have initial grade 0.33% Ta2O5 dan 0.64% Nb2O5.The change of Ta2O5 and Nb2O5 grades were determined by XRF test after roasting and leaching. The highest mass distribution on +100 mesh as the roasting result and the grades were increased 21.1% and 37.5% for Ta2O5 and Nb2O5. The results of leaching 4 M NaOH were increased of about 3.48 and 1.75 times from initial grade. From the whole of results, especially after HCl leaching were increased to 1.51% Ta2O5 on 1 M HCl and 1.41% Nb2O5 on 4 M HCl. , The source of tantalum and niobium were known include as critical in mid term. The tin slag is a waste which could be a secondary resource. This research to found the effect of 700 oC roasting and concentration variable of NaOH and HCl solution as leaching reagent, the sample used Indonesian tin slag which have initial grade 0.33% Ta2O5 dan 0.64% Nb2O5.The change of Ta2O5 and Nb2O5 grades were determined by XRF test after roasting and leaching. The highest mass distribution on +100 mesh as the roasting result and the grades were increased 21.1% and 37.5% for Ta2O5 and Nb2O5. The results of leaching 4 M NaOH were increased of about 3.48 and 1.75 times from initial grade. From the whole of results, especially after HCl leaching were increased to 1.51% Ta2O5 on 1 M HCl and 1.41% Nb2O5 on 4 M HCl. ]
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S62254
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Matthew Alexander Tjhia
Abstrak :
Pemanfaatan logam tanah jarang (LTJ) atau rare earth elements (REE) dalam industri meningkat seiring perkembangan teknologi. Cerium (Ce) dan Ytterbium (Yb) adalah 2 dari 17 LTJ yang terbagi menjadi LREE dan HREE. Metode yang umum dipakai dalam industri adalah pelindian menggunakan basa. LTJ memiliki bentuk senyawa fosfat yang sulit untuk diproses lebih lanjut. Maka dari itu, senyawa fosfat didekomposisi menjadi hidroksida sebelum diubah menjadi oksida. Proses dekomposisi dengan milling menggunakan NaOH 33 wt% selama 120 menit. Dilanjutkan dengan pemanggangan selama 2 jam pada 400℃. Pencucian dilakukan pada 70℃ selama 30 menit dan pengeringan pada 120℃ selama 120 menit. Analisis dilakukan menggunakan XRF, XRF, dan SEM-EDS. Hasilnya menunjukkan adanya recovery dan kenaikan grade dari Ce dan Yb. Secara keseluruhan recovery dan grade Ce lebih tinggi dari Yb dan nilainya menurun seiring dengan menurunnya ukuran partikel. Untuk ukuran partikel +65#, -65# +100#, -100# +140#, -140# +170#, dan -170#. %Grade dari Ce berturut-turut adalah 2,653; 4,116; 3,829; 1,861; dan 1,376. %Grade dari Yb 0,263; 0,159; 0,148; 0,117; dan 0,108. %Recovery dari Ce berturut-turut adalah 46,43; 44,77; 38,59; 18,07; dan 13,8. %Recovery dari Yb adalah 22,69; 22,44; 14,52; 11,21; dan 9,54. ...... The industry's use of rare earth metals (LTJ) or rare earth elements (REE) is increasing along with technological developments. Cerium (Ce) and Ytterbium (Yb) are 2 of the 17 LTJ divided into LREE and HREE. The method commonly used in industry is alkaline leaching. LTJ has a phosphate compound form which is difficult to process further. Therefore, phosphate compounds are decomposed into hydroxides before being converted into oxides. Decomposition process by milling using 33 wt% NaOH for 120 minutes. They were followed by roasting for 2 hours at 400℃. Washing was carried out at 70℃ for 30 minutes, and drying at 120℃ for 120 minutes. Analysis was performed using XRF, XRF, and SEM-EDS. The results show a recovery and grade increase of Ce and Yb. Overall the recovery and grade of Ce are higher than Yb, and its value decreases with decreasing particle size. For particle sizes +65#, -65# +100#, -100# +140#, -140# +170#, and -170#. %Grade of Ce respectively is 2.653; 4.116; 3,829; 1,861; and 1.376. %Grade from Yb 0.263; 0.159; 0.148; 0.117; and 0.108. %Recovery of Ce respectively is 46.43; 44.77; 38.59; 18.07; and 13.8. %Recovery of Yb is 22.69; 22.44; 14.52; 11.21; and 9.54.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simbolon, Masnita
Abstrak :
Tantalum dan Niobium masuk kedalam logam critical in mid term yang diperkirakan akan habis pada tahun 2020. Berdasarkan ketersediaan sumber, terak timah dapat menjadi sumber alternatif untuk mendapatkan logam tantalum dan niobium dalam bentuk Tantalum Pentaoksida Ta2O5 dan Niobium Nb2O5 . Di terak timah juga mengandung Logam Tanah Jarang LTJ oksida yang dapat ditingkatkan kadarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kadar Tantalum, Niobium dan LTJ dengan menggunakan proses pelindian dengan variabel bebas temperatur pelindian Terak timah dilakukan pemanggangan di temperatur 900 C selama 2 jam lalu didinginkan dengan cepat menggunakan larutan NaOH 0.5 M, kemudian dilakukan pengayakan dengan ukuran 100, minus;100 120, minus;120 180. Setelah itu dilakukan pelinidan dengan menggunakan larutan HCl 6 M, S/L 1:30, dan lama pelindian ialah 50 menit. Pelindian dilakukan dengan variabel bebas yaitu temperatur pelindian. Temperatur pelindian yang digunakan ialah 25 , 45 , 65 C. Hasil penelitian ini menunjukan setelah pemanggangan dan pendinginan cepat distribusi ukuran terbanyak di ukuran 100 dan terjadi penurunan kadar Tantalum, Niobium, dan LTJ. Hasil pelindian menunjukan semakin tinggi temperatur maka kadar Tantalum, Niobium, dan LTJ di terak timah meningkat, didapatkan temperatur optimun pelindian di 45 C dengan peningkatan sebesar 240 untuk Niobium dan 164.3 untuk Tantalum.
Tantalum and Niobium were known include as critical in mid term, expected to be exhausted in 2020. Based on availability sources, Tin Slag can be an alternative source for Tantalum Pentaoxide Ta2O5 , Niobium Pentaoxide Nb2O5 and Rare Earth Elements REE. This research aimed to find out effect of effect Natrium Hydroxide as quenching media and leaching process with variable of temperatur leaching for increasing Tantalum, Nobium, and REE oxides grade with leaching process. Tin slang roasted at 900 C for two hours and quenched in NaOH 0.5 M, the sieved to the size of 100, minus 100 120, minus 120 180. Leaching process with Chloride Acid 6 M, S L 1 30, and leached for 50 minutes. The leaching variable temperature used were 25 , 45 , 65 C. The roasting and quencheds result showed the highest mass distribution at 100 and the grade were decreased. The result of leaching, higher temperature leaching then Tantalum, Niobium, and REE oxides grade increased. The optimum temperature was 45 C, increased 240 for Niobium and 164.3 for Tantalum.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67432
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Fadli
Abstrak :
Terak timah merupakan produk sampingan hasil proses pengolahan dan peleburan bijih timah di mana mengandung banyak mineral berharga, antara lain tantalum dan niobium. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh konsenstrasi larutan HNO3 sebagai pelindi terhadap peningkatan kadar tantalum pentoksida dan niobium pentoksida dalam terak timah. Terak timah yang digunakan pada penelitian ini adalah terak timah I Indonesia dengan kandungan 0.30 Ta2O5 dan 0.58 Nb2O5. Pemanggangan pada temperatur 900 C dan pencelupan dengan media larutan NaOH dilakukan terhadap terak timah, kemudian analisa XRF. Hasil analisa menunjukkan terak timah ukuran butir 100 dengan kadar 0.10 Ta2O5 dan 0.20 Nb2O5 memiliki kadar senyawa pengikut paling sedikit sebesar 62.70 . Keseluruhan penelitian memperoleh kadar Ta2O5 tertinggi sebesar 0.35 pada terak timah hasil pelindian HNO3 8 M dan kadar Nb2O5 tertinggi sebesar 0.67 pada terak timah hasil pelindian HNO3 6 M.
Tin slag is a byproduct result of processing and smelting of tin ore which contains many valuable minerals, including tantalum and niobium. This research aims to look the effect of concentration of HNO3 solution as leaching reagent to increase the content of tantalum pentoxide and niobium pentoxide in tin slag. Tin slag used in this research was Indonesian tin I slag containing 0.30 Ta2O5 and 0.58 Nb2O5. Roasting at temperature of 900 C and quenching with NaOH solution were done to the tin slag, then XRF analysis. The analysis showed tin slag grain size 100 with grades of 0.10 Ta2O5 and 0.20 Nb2O5 had the least grade of adherent compounds in the amount of 62.70 . Overall the research obtained the highest grade of Ta2O5 in the amount of 0.35 in tin slag leached with HNO3 8 M and the highest grade of Nb2O5 0.67 in tin slag leached with HNO3 6 M.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67985
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desta Andriyani
Abstrak :
Resveratrol merupakan suatu senyawa flavonoid golongan stilbene yang terkandung didalam tanaman salah satunya ialah melinjo Gnetum gnemon L. . Melinjo banyak dikonsumsi menjadi olahan makanan ringan seperti kue kering. Tujuan dilakukannya penelitian ini ialah untuk melihat efek pemanggangan terhadap kadar senyawa resveratrol pada serbuk biji melinjo Pada penelitian ini dilakukan proses pemanggangan terhadap serbuk biji melinjo serta serbuk biji melinjo yang ditambahkan dengan telur, pemanggangan pada suhu 145 C selama 10 dan 20 menit.. Ekstraksi dilakukan dengan metode refluks menggunakan pelarut etanol 96 pada suhu 60 -80 C. Penetapan kadar dilakukan dengan metode KCKT dan penetapan kadar total fenolik dengan metode Folin-Ciocalteau. Hasil penetapan kadar resveratrol setelah proses pemanggangan ialah terjadi peningkatan dan penurunan kadar resveratrol secara signifikan selama pemanggangan 0, 10, dan 20 menit pada sampel tanpa telur berturut-turut ialah 0,1025; 0,1397; 0,1262 mg/g simplisia, hal serupa terjadi pula pada sampel dengan telur yaitu 0,0870; 0,0973; 0,0738 mg/g simplisia. Kadar fenolik total pada serbuk biji melinjo juga mengalami perubahan yang sama seperti pada hasil penetapan kadar KCKT, terjadi peningkatan dan penurunan secara signifikan selama pemanggangan 0, 10, dan 20 menit pada sampel tanpa telur berturut-turut ialah 10,6436; 12,2379; 11,6923 mg/g simplisia, serta pada sampel dengan telur yaitu 7.2126; 7.2482; 6.2451 mg/g simplisia. Pemanggangan mengakibatkan perubahan kadar resveratrol dan fenolik total pada biji melinjo.
Resveratrol is a phenolic compound from stilbene group contained in various plants such as melinjo Gnetum gnemon L. . The seeds are often consumed by baked into cookies. The purpose of this research was to evaluate the roasting effect on resveratrol level and phenolic compound in melinjo seed powder. In this research the roasting process of melinjo seed powder and melinjo seed powder added with eggs was done at 145 C for 10 and 20 minutes. Extraction by reflux using ethanol 96 at 60 80 C. The determination of the resveratrol content was performed by HPLC. While total phenolic content was determined by Folin Ciocalteau method. Resveratrol level change significantly before and after roasting and the result 0, 10, 20 min 0,1025 0,1397 0,1262 mg g and 0,0870 0,0973 0,0738 mg g. The total phenolic content of the seed powder of melinjo also showed similar pattern 10,6436 12,2379 11,6923 mg g and 7.2126 7.2482 6.2451 mg g . The roasting process on the melinjo seed powder affects the content of the resveratrol and phenolic compound.
2017
S67988
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>