Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yullie Mulyadi
"Hasil pembangunan kesehatan adalah meningkatuya umur harapan hidup, sehingga terjadi peningkatan jumlah lansia di Indonesia dengan berbegai masalah kesehatannya. Untuk mengatasi masalah tersebut maka dilakukanlah suatu upaya dalam bentuk kegiatan posyandu lansia yang bertujuan agar pra lansia (45-59 tahun) dan lansia kegiatan sosial secara rutin. Angka pemanfaatan Posyandu Lansia di Wliayah Kerja Puskesmas Naras Kola Pariaman masih sangat rendah yaitu 13,23% pada talmn 2007, angka ini masih jauh dari SPM yaitu 40"/o.
Penelitian ini bertujuan unlnk mendapatkan informasi yang mendalam tentang posyandu lansia karena ketidalctahuan terhadap kegiatan posyandu lansia dan adanya pengaruh keluarga yang sangat kuat dalam memanfaatkan pengobatan tradisional.
Mengatasi masalah tersebut maka perlu adanya penyuluhan tentang posyandu lansia secara intensif dengan langkah-langkah sebagai berikut: advokasi kepeda Dinas Kesehatan Kota Pariaman untuk mendapatkan dukuagan dana sosialisasi posyandu untuk perbaikan alat kesehatan dan pengadaan Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia, meningkatkan sosialisasi posyandu lansia melalui pelatihan petugas pembina wilayah dan kader, penyuluhan melalui media lokal serta meningkatkan komitmen Puskesmas Naras dalam memberikan pelayanan di posyandu lansia dengan menamhah petugas kesebatan posyandu lansia di daerah pegunungan, melakukan perneriksaao laberatorium saderhana dan mendatangkan petugas PKM dalam sadap kegiatan posyandu lansia serta melakukan senam lansia secara rutin.

As the consequence of the result of health development is the increase of life expectacy age that leads to the increase in the number of the elderly people in Indonesia including its health problem. In order to overcome the problem, an effort is conducted in the form of activities of the integrated health posts (posyandu) for the elderly that aims to make the pre elderly people (aged 45-59) aod elderly people (aged'?:60) become healthy and self reliant by conducting their health examination and social activities regularly. The number of utilization of the integrated health posts for the elderly in the working area of Naras Health Center of Pariaman City was still low (13.23%) in 2007. The number was lower than Minimal Service Staodard (SPM), that was 40%.
The study aimed to obtain the information of the utilization of the integrated health posts for the elderly and factors supported and delayed in utilizing the integrated health posts for the elderly in the working area of Naras Health Center of Pariaman City.
To overcome the problems mentioned above, it is needed a elucidation (communication, information, and education) about the integrated health posts fur the elderly intensively with following steps: advocacy towards the Health Office of Pariaman City to get the financial support of socialization of the integrated health posts to repair the medical appliances and to procure the health monitoring card (KMS) for the elderly, to maintain the socialization of the integrated health posts for the elderly through training for regional assistance staffs and health volunteers, to run the elucidation through local media and to maintain the commitment of Naras Health Center in providing the service in the integrated health posts for elderly by adding health staffs at mountain area, to conduct the simple laboratorium test, and to make the health center staffs attended in every activity conducted in the integrated health posts, as well as to conduct the exercise for elderly regularly.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T21049
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Adiyanti
"Latar Belakang: Indonesia termasuk kedalam lima negara yang mempunyai angka stunting pada balita tertinggi di dunia setelah India, Nigeria, Pakistan, dan China. Angka stunting di Indonesia tidak menunjukkan perubahan yang bermakna selama hampir satu dekade. Stunting selain berdampak langsung pada kesakitan dan kematian, juga berdampak terhadap perkembangan intelektual, dan produktivitas. Masa dua tahun pertama kehidupan merupakan periode emas yang telah terbukti secara ilmiah menentukan kualitas kehidupan karena merupakan periode sensitif karena akibat yang ditimbulkan akan bersifat permanen dan tidak dapat dikoreksi.
Tujuan dan Metode: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara pola asuh gizi, sanitasi lingkungan, dan pemanfaatan posyandu dengan kejadian stunting pada baduta. Penelitian ini menggunakan data sekunder Riskesdas tahun 2010 dengan sampel sebanyak 4043 anak. Variabel yang digunakan adalah stunting, ASI ekslusif, MP-ASI, penyapihan, akses air bersih, akses sanitasi, pemanfaatan posyandu, karakteristik baduta, karakteristik ibu, dan karakteristik kepala keluarga.
Hasil: Anak baduta memiliki status gizi yang rendah, sebanyak 34,5% menderita stunting. Model regresi logistik ganda memperlihatkan bahwa setelah dikontrol oleh umur baduta, anak yang berasal dari keluarga dengan sumber air yang tidak tertindung dan jenis jamban yang tidak layak mempunyai resiko untuk menderita stunting 1,3 kali lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang berasal dari keluarga dengan sumber air terlindung dan jenis jamban yang layak.
Simpulan: Masalah stunting pada baduta tidak sekedar masalah kekurangan asupan makanan saja melainkan berkaitan erat dengan masalah lingkungan sehingga dalam penanganannya memerlukan upaya lintas sektor.

Background: Indonesian belong to the the five countries that have the highest rate of stunting among children under five in the world after India, Nigeria, Pakistan, and China. Figures stunting in Indonesia showed no significant changes for almost a decade. Stunting in addition to the direct impact on morbidity and mortality, also have an impact on intellectual development, and productivity. The first two years of life is the golden period that has been scientifically proven to determine the quality of life as it is a sensitive period because the impact will be permanent and cannot be corrected.
Objective and Methods: This study aimed to analyze the relationship between nutritional care, sanitation, and utilization of posyandu with the incidence of stunting in baduta. This study uses secondary data Riskesdas in 2010 with a sample of 4043 children. The variables used were stunting, exclusive breastfeeding, complementary feeding, weaning, access to safe water, access to sanitation, utilization of posyandu, baduta characteristics, maternal characteristics, and characteristics of the heads of households.
Results: Baduta in Indonesia have a low nutritional status, as 34.5% stunting. Multiple logistic regression model showed that after controlling by age baduta, children from families with no source of water and improper of latrines type are at risk from stunting was 1.3 times higher than children who come from families with a source of water protected and proper of latrines types.
Conclusion: The problem of stunting in baduta not just problem of lack of food but is closely related to environmental problems that require multisector intervention.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55589
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library