Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S10285
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Bagus Setyo Rekso Samudro
Abstrak :
ABSTRAK
Salah satu alternatif dalam penyediaan air bersih untuk memenuhi ketersediaan air bersih kampus UI Depok pada waktu yang akan datang sesuai dengan master plan UI tahun 2010, adalah dengan memanfaatkan air waduk UI Depok yang sudah ada sebagai air baku untuk diolah menjadi air bersih.

Waduk yang ditinjau adalah waduk buatan dari perluasan clan pendalaman sungai kecil yang berada disekitar kampus UI Depok yang mempunyai hulu di dekat jalan masuk menuju politeknik UI dan berhilir dekat asrama kampus.

Untuk menjamin kemampuan serta layak tidaknya air waduk tersebut digunakan sebagai air diperlukan analisa kuantitatif dan kualitatif pada waduk tersebut.

Analisa kuantitatif dilakukan untuk .nendapatkan jumlah air waduk yang dapat diambil sebagai air baku dengan tidak merusak fungsi waduk sebelumnya dan nilai estetika waduk itu sendiri serta kekontinyuitasnya.

Analisa kualitatif dilakukan untuk mendapatkan parameter-parameter nilai sifat fisika, kimia serta bakteri yang ada pada air waduk tersebut, sehingga dapat ditentukan layak atau tidaknya air waduk tersebut dijadikan air baku sesuai dengan standar air baku mute yang ada.

Dari hasil analisa kuantitatif terlihat bahwa air waduk UI Depok tidak dapat diambil secara kontinyu terutama pada musim kering, sehingga perlu adanya supiesi dari air irigasi yang dapat memberikan sumbangan dalam penyediaan air bersih pads musim kering.

Dari hasil analisa kualitatif terlihat kualitas air waduk yang akan dijadikan air Baku terdapat beberapa parameter yang melebihi standar air baku mutu yaitu; Parameter fisika berupa warna untuk musim kemarau dan penghujan. Parameter kimia berupa mangan, nitrit pada seat musim kemarau dan KMn04, besi, nitrit, magnesium, ammonium, kalsium pada saat musim penghujan, Parameter mikrcbiologi berupa angka kuman pada saat musim kemarau dan penghujan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan waduk sebagai air bake untuk penyediaan air bersih kampus tersebut tidak layak.
2001
S35676
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safarudin Gazali
Abstrak :
ABSTRAK
Kebutuhan akan air bersih atau air minum semakin hari semakin tinggi sejalan dengan perkembangan penduduk dan kota. Tetapi kebutuhan ini tidak seimbang dengan penyediaan air tersebut, karena pengadaan kebutuihan air bersih membutuhkan waktu yang lama dan investasi yang besar akibat tingkat pencemaran sudah tinggi. Keadaan ini menyebabkan penyediaan air bersih sudah sulit.

Untuk menjawab kondisi tersebut, maka perlu menemukan suatu metoda yang sederhana dan memanfaalkan air yang tidak layak untuk air bersih atau air minum yaitu air tanah yang mengandung garam akibat resapan air iaut. Nletoda atau sistem yang dipilih adalah sistem reverse osmosis. Sistem reverse osmosis dipilih karena instalasi oukup sederhana, investasi yang tidak terlalu mahal, dan dan mudah dirancang dan dirakit.

Keunggulan lain dari sistem reverse osmosis yaitu dapat menurunkan kadar garam sehingga air menjadi tawar, juga membuat air menjadi soft. Diharapkan juga membran yang terdapat pada sistem reverse osmosis dapat menahan mikroorganisme yang membahayakan manusia.

Alat pengolah yang menggunakan sistem reverse osmosis ini terdiri dari membran, pompa tekanan tinggi, dan peralatan pendukung Iainnya. Membran RO memiliki syarat tertentu untuk digunakan, maka air baku harus mengalami pengoiahan awal terlebih dahulu sebelum diianiutkan ke sistem reverse osmosis.

Alat pengolah ini dapat dijadikan saiah satu altematif pemecahan masalah Iingkungan terutama masaiah pengadaan air bersih atau air minum.
1996
S36685
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Pratita Sari
Abstrak :
ABSTRAK
Kekeringan perkotaan merupakan dampak yang diakibatkan oleh adanya perubahan iklim. Akibat yang ditimbulkan dari kekeringan di perkotaan yaitu terganggunya kegiatan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis pola pemanfaatan air dan pola adaptasi yang dilakukan oleh masyarakat dalam memanfaatkan air saat kondisi kering. Teknik perhitungan yang digunakan untuk menghitung jumlah pemanfaatan air dan analisis crosstab. Berdasarkan hasil analisis terdapat pola pemanfaatan air pada permukiman teratur dan permukiman tidak teratur pada wilayah kering berdasarkan frekuensi kegiatan dan sumber air utama. Sesuai dengan jenis permukiman teratur dan tidak teratur pada wilayah memiliki tingkat frekuensi tertinggi untuk kegiatan mandi, cuci, dan kakus, serta dominasi pemanfaatan air tanah lebih tinggi dibandingkan air PDAM. Kondisi tersebut mendorong masyarakat untuk beradaptasi apabila terjadi kekeringan, sehingga terdapat tiga jenis wilayah kering yang terdiri dari wilayah sangat kering, wilayah kering, dan wilayah tidak kering. Pola adaptasi masyarakat pada wilayah sangat kering di permukiman teratur dan permukiman tidak teratur berupa pengurangan frekuensi kegiatan mandi, cuci, dan kakus, membeli sumber air kemasan untuk kegiatan makan dan minum, serta melakukan penampungan air. Sedangkan pola adaptasi masyarakat pada wilayah tidak kering di permukiman teratur berupa pengurangan frekuensi kegiatan mandi, cuci, dan kakus, melakukan pembelian air kemasan dan tidak melakukan perubahan sumber air utama.
ABSTRACT
Urban drought is an impact from climate change. The impacts in urban area are disturbed some daily activities. The purposes from this research are to analize the water usage and adaptation on dry condition in settlements regular and irregular . There are some methods to analyses water usage in normal condition and drought condition. To find relation each variables are use crosstab and calculates the water usage for each condition. Based on results, there are differences water usages in normal condition and drought condition. There are some type of water usage in regular settlement and irregular settlement on dry area. Based on frequency and water usage in regular and irregular settlement, the highest amount for frequency of water usage are for shower and wash. But, based on the water resouces usually people in regular and irregular settlement are use groundwater. Based on that condition, people in regular and irregular settlement in dry area must adapt to release stress from decreasing water sources. People who lived in dry area should minimize the water usage especially for bath, wash, dish and drink, they add bottle water for dish and drink and also they manage amount of water each day. But people who lived on regular settlement and not dry condition are minimizing water usage and add some water sources for dish and drink.
2017
S69815
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sugih Nugroho
Abstrak :
Penelitian ini merupakan penelitian arkeologi Pemukiman skala semi mikro, dengan perspektif ekologi dan pendekatan adaptasi manusia. Kompleks Kraton Ratu Baka merupakan situs pemukiman yang dihuni sejak masa sebelum tahun 714 Saka (792 M). Pemukiman yang pertama tercatat dalam prasasti adalah pada masa abad VIII M s.d abad X M. Namun sebagai pemukiman, kompleks Kraton Ratu Baka yang terletak di bukit Ratu Baka ini mempunyai kondisi lingkungan yang kurang memadai sebagai tempat bermukim. Kekurangan-kekurangan meliputi keadaan topografinya sangat curam, merupakan bukit berbatu, mengandung kapur dan berdaya serap rendah. Karena itu wilayah ini tidak mempunyai sumber daya air yang didapat dari dalam tanah. Namun, walau begitu curah hujan di wilayah ini tinggi, sehingga masalah air dapat diatasi dengan mendapatkan air dari air hujan. Tetapi, curah hujan tinggi juga menimbulkan bahaya sampingan, yaitu erosi dan tanah longsor yang bisa datang setiap saat. Erosi tinggi lebih muncul lagi apabila tanah di wilayah ini merupakan tanah urugan, berdaya serap rendah, sedikit flora yang dapat menahan erosi serta tipisnya jarak permukaan tanah dengan batuan dibawahnya. Dengan berbagai kekurangan tersebut masyarakat di Kompleks tersebut membangun sebuah jaringan teknologi yang dapat mengatasi keadaan alamnya. 1. Teknologi Pengelolaan dan Pemanfaatan Air. Hujan merupakan sumber utama dalam penyediaan air di Kompleks Kraton Ratu Baka. Keadaan tanah yang sulit memerangkap air, menyebabkan air cenderung menjadi air permukaan dan mengalir ke tempat-tempat yang lebih rendah ataupun menggenang. Untuk mengendalikan air agar tidak mengalir ke tempat-tempat datar, maka dilakukan usaha_-usaha yang memerlukan kemampuan teknik memadai. Kemampuan teknis penghuni kompleks Kraton Ratu Baka adalah dalam mewujudkan suatu teknologi yang mampu mengendalikan dan memanfaatkan lingkungan fisik di wilayah tersebut. Secara detail, sistem pengelolaan air yang ada membagi menjadi tiga buah bentuk, (1) Saluran Air Distribusi, (2) Saluran Air Penbuangan dan, (3) Kolam Penampungan Air. Pengandalian terhadap air dilakukan dengan pembuatan penampungan air dan sistem drainase yang tepat. Penampungan dan peresapan air dilakukan dengan membuat kolam-kolam penampung air yang dapat juga berfungsi sebagai penjernihan air dan kolam persediaan untuk kebutuhan sehari-hari baik di musim penghujan maupun musim kemarau. Sistem drainase dibuat dengan membuat saluran-saluran penghubung di tempat-tempat tertentu untuk menjaga air tetap mengalir ke tempat-tempat yang ditentukan dan tidak menggenang sehingga tempat menjadi becek dan tidak sedap dipandang mata. Dengan cara pengendalian air tersebut maka diperoleh persediaan air yang mencukupi dan kondisi lingkungan tetap terjaga, serta dapat mengatasi kesulitan air terutama pada musim kemarau. 2. Teknologi Pengelolaan dan Pemanfaatan Lahan. Pada tanah yang terdapat perbedaan ketinggian dibuat talud yang disangga dengan tatanan batu putih untuk memperkuat dan mencegah terjadinya erosi dan tanah longsor. Usaha lain untuk memperkuat daya tanah adalah membuat tanah yang berundak-undak atau disebut terasering. Hampir di semua kelompok bangunan di kompleks Kraton Ratu Baka ini terlihat dibuat dengan cara terasering. Seperti pada Kelompok Barat, yang dibagi menjadi tiga teras, yaitu teras 1, teras 2 dan teras 3. Secara mekanis, fungsinya adalah untuk mengurangi laju air turun ke tempat yang lebih rendah, Sedangkan fungsi spiritualnya adalah untuk membedakan kesakralan tempat, karena tempat yang lebih tinggi mempunyai tingkat kesakralan lebih tinggi daripada teras yang lebih rendah.
2000
S12062
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tidar Bayu Herlambang
Abstrak :
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji tekanan ( stressor ) lingkungan berganda dan indeks gangguan total dan asosiasinya terhadap profil morfometri sub DAS dan perilaku pemanfaatan air masyarakat. DAS Bengawan Solo merupakan DAS terbesar di pulau Jawa yang mempunyai peran penting dalam aspek sosial dan lingkungan. Daerah penelitian ini adalah tujuh sub DAS dari DAS Bengawan Solo, yaitu Sanggung, Siwaluh, Pepe, Samin, Jlantah, Gadingan, dan Dengkeng. Metode Integrated Watershed Assessment (IWA) digunakan dalam penelitian ini. IWA adalah metode terintegrasi untuk menilai sebuah DAS dengan menentukan skala prioritas untuk keperluan konservasi, restorasi, monitoring dan mitigasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sub DAS Pepe dan Sanggung memiliki tingkat gangguan (stressor) lingkungan tertinggi dengan gejala sindrom sungai kota yang dapat terobservasi. Variabel yang berbasis pada jaringan jalan dan penggunaan tanah merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap tingkat gangguan lingkungan. DAS yang memiliki karakteristik topografi rendah dan datar cenderung memiliki tingkat gangguan (stressor) lingkungan yang tinggi dan berasosiasi dengan pemanfaatan air masyarakat tinggi.
ABSTRACT
The purpose of this research is to examine the multiple environmental stressors, its total threat severity index, and its association with the watershed morphometric profile and residents water usage behavior. Bengawan Solo river basin is the biggest river basin in Java island with crucial role in social and environmental context. The study areas selected for this research are seven watersheds of Bengawan Solo river basin; Sanggung, Siwaluh, Pepe, Samin, Jlantah, Gadingan, and Dengkeng sw. The method selected for the research is Integrated Watershed Assessment (IWA). IWA is an integrated method to determine the prioritization scale of the watersheds for conservation, restoration, monitoring, and mitigation efforts. The final results of the research showed that Pepe and Sanggung watershed possessed highest level of environmental stressors with observed symptomps of urban stream syndrome. Road networks and land use ? based stressor variables are the most influencing stressors to the total threat severity index. Watershed profile characterized by flat topography and low elevation is attributed with high level of environmental stressors and associated with high residential water consumption.
2016
S64404
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andra
Abstrak :
ABSTRAK
Hak asasi atas akses air menjadi hak mendasar untuk dapat hidup bagi setiap orang. Oleh karena itu, kebutuhan akan air sangat vital. Hal itu terkait air sebagai unsur penting bagi keberlangsungan hidup setiap orang di dalam suatu masyarakat. Maka dari itu, diperlukan suatu landasan pengaturan terkait kepastian di dalam pemenuhan hak asasi atas akses air. Pengaturan tentang air di Indonesia kembali pada Undang ? undang No. 11 Tahun 1974 tentang Pengairan yang diberlakukan melalui Putusan Mahkamah Konstitusi No. 85/PU-XII/2013. Putusan tersebut membatalkan UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (LNRI 2004-32; TLNRI 4377). Pembatalan itu adalah terkait penafsiran berbeda atas pelaksanaan hak atas air. Dengan demikian terjadi perubahan fungsi sosial air yang lebih menekankan hak guna usaha atas air yang dijalankan oleh pihak swasta dibandingkan dengan hak guna pakai air bagi masyarakat. Di samping itu, adanya pergeseran peran pemerintah dalam menyediakan air bagi masyarakat. Namun ke semua hal itu dalam kenyataannya belum dapat mengatasi persoalan mendasar yang dihadapi oleh masyarakat terkait akses mereka atas air, khususnya di Kota Kecamatan Natal, Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Utara. Akses masyarakat terhadap sarana dan prasarana air tetap saja terbatas. Begitu pula pemberdayaan masyarakat terkait masyarakat terkait pengelolaan sumber daya air. Pelaksanaan dari berbagai perencanaan yang dibuat oleh pemerintah juga belum dapat mensejahterahkan masyarakat di Natal. Hal itu bahkan berpotensi memunculkan konflik kepentingan dalam pemanfaatan sumber daya air di antara masyarakat sekitar dan pelaku usaha. Studi ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana persoalan pemenuhan hak akses air bagi masyarakat di Natal seperti tidak meratanya distribusi air terakit saluran akses air dari sumber air yang ada beberapa rumah masyarakat. Sarana dan prasarana sumber daya air masih minim dalam memenuhi akses masyarakat atas air di Natal. Di samping itu pemberdayaan masyarakat masih lemah di mana sebagian masyarakat di Natal belum memiliki pemahaman apa yang menjadi haknya dalam akses terhadap air. Terkait landasan pengaturan, Kabupaten Mandailing Natal masih belum memiliki peraturan daerah yang mengatur terkait sektor sumber daya air. Upaya ? upaya pemerintah daerah terkait kewajiban terhadap pelaksanaan atas perencanaan pembangunan akses air masih belum dijalankan dengan baik. Selain itu, dikaji bagaimana landasan pengaturan atau hukum dan upaya ? upaya pemerintah daerah dalam memenuhi hak asasi atas akses air khususnya bagi masyarakat di kota kecamatan Natal.
ABSTRACT
Rights of access of water into the fundamental right to be able to live for everyone. Therefore, the need for water is vital. This is related to water as an essential element for the survival of everyone in a community. Therefore, we need a foundation of certainty in the regulations related to the fulfillment of rights of access to water. The arrangement of the water in Indonesia returned to the Act No. 11/1974 on Irrigation imposed by the Constitutional Court Decision No. 85 / PUXII / 2013 that withdrawal the Act No. 7/2004 on Water Resources (LNRI 2004- 32; TLNRI 4377). Withdrawal because of different interpretations related to the implementation right to water. Thus a change in the social function of water is more emphasis on the right to cultivate the water run by the private water right run by private than the right to use water for the community. In addition, the shift in the role of government in providing water for the community. But to all of it in fact it cannot to resolve the basic problems faced by the peoples related to their access to water, especially in the Town District of Natal, Mandailing Natal, North Sumatra Province. In other side, public infrastructures for support access to the water remains limited. Similarly, there no community development related to water resources management. Implementation of the various plans made by the government is not yet able to prosper the community at Natal District City. It even has the potential to create a conflict of interest in the utilization of water resources between local peoples and private. This study research is intended to determine how the issue of the fulfillment of rights to access for water in the peoples such as the Town District of Natal uneven distribution of water connection via assembled of water drains from water sources for peoples houses. Meanwhile, existing water sources in Natal are shared by the community. Supporting elements in the form of infrastructure of water resources is still minimal of access water for peoples in Natal. In other side, the empowerment of people still weak where most peoples in Natal did not have an understanding of what they are entitled for access to water. Mandailing Natal Regency still has no local regulations level related to water resources sector. Efforts made by local government authorities, and obligations related to the implementation of planning the construction of water access are still not well executed in the field. In addition, it was studied how the legal foundation, legal arrangements and efforts by Local Government of Mandailing Natal in fulfill for rights of access to water especially for people in the Town District of Natal.
2016
S65862
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sugiarto
Abstrak :
Minyak dan gas bumi (migas) adalah sumber daya alam tidak terbarukan yang bernilai strategis, karena menyangkut hajat hidup masyarakat dan peranannya sebagai salah satu sumber energi dan sumber devisa sangat penting di dalam menunjang pembangunan nasional, yaitu sebagai one of the agent of development. Eksploitasi minyak bumi, selain menghasilkan minyak bumi dan gas ikutan, juga menghasilkan antara lain: air terproduksi, gas bumi, limbah padat dan limbah B3. Limbah-limbah tersebut berpotensi mencemari lingkungan, apabila tidak dikelola dengan baik. Limbah cair air terproduksi yang merupakan limbah yang terbesar dari kegiatan eksploitasi minyak bumi berpotensi dimanfaatkan sebagai air baku air minurn, air baku manufaktur dan air baku irigasi. Kegiatan eksploilasi minyak bumi Iebih sering dilakukan di daerah terpencil, sehingga cenderung mcmbentuk suatu komunitas yang eksklusif (enclave), yang berpotensi menimbulkan kecemburuan sosial dengan masyarakat di sekitarnya apabila tidak ada komunikasi yang baik dan hidup berdampingan secara harmoni. Tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) saja tidak cukup, harus ada tanggung jawab lingkungan dan sosial-ekonomi perusahaan (CESER). Berdasarkan uraian-uraian sebelumnya, maka pernyataan masalah yang diusulkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Konsep pengelolaan lingkungan yang ada saat ini belum dilakukan secara holislik, lebih didasarkan kepada kaidah pengelolaan lingkungan secara fisik saja, sehingga kurang memperhatikan aspek lingkungan sosial dan ekonomi. 2. Pengelolaan kegiatan eksploitasi minyak bumi, tidak hanya terfokus kepada minyak dan gas bumi sebagai sumber daya tidak terbarukan yang akan mengalami deplesi, tetapi bagaimana memanfaatkan peluang untuk mengolah kembali Limbah air terproduksi sebagai sumber daya terbarukan, sehingga tidak mencemari lingkungan, tetapi dapat dimanfaatkan kembali Sesuai dengan peruntukan air bagi kehidupan manusia. Tujuan yang ingin dicapai penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Melakukan uji coba pernanfaatan kembali air terproduksi untuk diolah menjadi air minum, dan air untuk keperluan lainnya. 2. Menyusun hubungan antar subsistem pada kegiatan eksploitasi minyak bumi untuk memprediksi pengelolaan eksploitasi minyak bumi dapat dilakukan dengan pola pembangunan berkelanjutan, dengan mengintegrasikan pernanfaatan daur-ulang air terproduksi, sehingga kegiatan eksploitasi dapat dikelola secara berkelanjutan dengan sistem dinamik. 3. Melakukan intervensi kebijakan lingkungan ke dalam model yang menggambarkan jenis-jenis pemanfaatan air terproduksi dan peluangnya di dalam menggantikan pendapatan minyak bumi di masa mendatang. 4. Menghilung peranan dan kontribusi subsektor Pertambangan Minyak Bumi sebagai Basis bagi pendapatan Propinsi Riau dan Kabupaten Siak. 5. Menciptakan perangkat lunak (software) pengelolaan lingkungan sebagai pengukur cepat ketaatan setiap parameter lingkungan yang diamati pada suatu perusahaan minyak bumi. Hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1. Dengan pengelolaan dan perlakuan tertcntu air terproduksi dapat dimanfaatkan menjadi air minum, dan air untuk keperluan lainnya. 2. Inter-relasi antar subsistem pada kegiatan eksploitasi minyak bumi dapat dipergunakan untuk memprediksi pengelolaan eksploitasi rninyak bumi dalam pola pembangunan berkelanjutan, dengan mengintegrasikan pemanfaatan air terproduksi, sehingga kegiatan eksploitasi dapat dikelola secara berkelanjutan dengan sistern dinamik. 3. Berdasarkan intervensi kebijakan lingkungan ke dalam model yang menggambarkan jenis-jenis pemanfaatan air terproduksi dan peluangnya di dalam menggantikan pendapatan minyak bumi di masa mendatang. 4. Peranan dan kontribusi subsektor Pertambangan Minyak Bumi dapat sebagai Basis bagi pendapatan Propinsi Riau dan Kabupaten Siak. Metode penelitian yang digunakan adalah: 1. desk study, dengan mengkaji hasil penelitian sebelumnya, 2. deskriptif analitik dengan metode survai dan wawancara ke Lapangan Minas dan 3. membuat model dengan sistem dinamik. Data yang dikumpulkan di analisis secara deskriptif. Hasil analisis dan interpretasi data kemudian dituangkan dalam uraian sesuai dengan arahan dan tujuan penelitian yang akan dicapai. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Minas, PT.CPI, yang terletak di Kecamatan Minas, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Pengelolaan eksploitasi minyak bumi meliputi pengelolaan subsistem eksploitasi minyak bumi, subsistem ekonomi, dan subsistem penduduk yang saling berinteraksi (pcnduduk, sumberdaya alam minyak bumi, pencemaran, pendapatan, dan biaya). a. Subsistem Eksploitasi Minyak Bumi Cadangan minyak bumi adalah stok di alam dikurangi laju produksi minyak bumi yang dipengaruhi laju deplesi setiap tahunnya. Semakin banyak minyak yang diproduksikan air terproduksi yang terikut juga semakin meningkat jumlahnya. Air terproduksi ini dapat dimanfaatkan bagi berbagai kepentingan yang masih bernilai ekonomi. b. Subsistem Ekonomi Komoditas minyak dan gas bumi menghasilkan pendapatan bagi pendapatan negara, pemerintah daerah yang diperuntukan bagi kesejahtcraan masyarakat. Kalau komoditas tersebut tidak dikelola dengan baik, menerapkan azas keterbukaan dan prinsip-prinsip good governance, maka akan mcnjadi semacam “kutukan" yang disebut sebagai “oil curse”. Di mana daerah yang kaya sumber daya alam dan banyak menghasilkan migas, tetapi masyarakatnya tetap miskin. c. Subsistem Penduduk Adanya kegiatan ekonomi sejalan dengan kegiatan eksploitasi minyak bumi, akan memicu munculnya kasus-kasus konflik sosial seiring dengan pertambahan penduduk yang juga dipengaruhi oleh laju deplesi minyak bumi (secara tidak langsung) Kegiatan eksploitasi minyak bumi secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dampak yang dialami, bermacam-macam antara lain penurunan pendapatan karena sumber daya alam yang menjadi sumber malapencaharian masyarakat menjadi rusak dan semakin rendah kemampuan reproduksinya. Misalnya, kesuburan lahan pertanian yang tercemari oleh limbah berminyak menjadi menurun. Kondisi sosial masyarakat di sekitar lokasi penambangan minyak bumi sangat mempengaruhi aktifitas produksi penambangan minyak bumi itu sendiri. Pada satu sisi, kondisi sosial masyarakat dapat mendukung kegiatan produksi dan di sisi lain justru menjadi penghambat kegiatan produksi. Konflik yang selama ini muncul didasari oleh berbagai motif, antara lain konflik kepentingan antar masyarakat, pihak perusahaan dan pemerintah. Konflik ini pada umumnya didasari faktor ekonomi yang tidak memuaskan pihak-pihak tersebut. Selain faktor ekonomi, faktor penting lainnya isu kerusakan lingkungan yang dialami oleh masyarakat. Dengan adanya kegiatan eksploitasi minyak bumi, maka akan menarik pendatang baru yang berdatangan ke daerah di sekitar pertambangan minyak bumi, untuk mencari pekerjaan maupun membuka usaha baru. Akibatnya daerah yang semula hanya sebuah kampung, akhirnya menjadi sebuah desa, yang berkembang terus menjadi beberapa desa, yang pada akhirnya akan sebuah kecamatan, atau yang dulunya hanya sebuah desa akhirnya menjadi sebuah kota. Contoh Desa Minas yang sebelumnya hanya merupakan sebuah kampung kecil akhirnya menjadi sebuah desa, yang kemudian mekar menjadi beberapa desa dan akhirnya menjadi kecarnatan, yang belum lama ini dimekarkan lagi menjadi dua kecamatan, yaitu Kecamatan Kandis dan Kecamatan Minas. Berdasarkan hasil-hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan. Secara umum tujuan penelitian telah berhasil mengembangkan suatu model pengelolaan kegiatan eksploitasi minyak bumi dalam pola pembangunan berkelanjutan. Fokus pemanfaatan tidak hanya pada minyak dan gas bumi saja, tetapi melakukan daur-ulang air terproduksi untuk dapat dimanfaatkan secara ekonomi, sehingga kegiatan sosial-ekonomi masyarakat dapat berlangsung secara berkelanjutan (sustainable). 1. Pemanfaatan air terproduksi, dengan perlakuan Reverse Osmosis (RO) telah berhasil dengan baik, kecuali untuk parameter kebauan (odor). Namun demikian, parameter kebauan bisa dihilangkan dengan filtrasi karbon aktif dan zeolit. Semua parameter air minum yang dipersyaratkan di dalam baku-mutu Permenkes No. 907/MENKES/SK/VII/2002 dapat dipenuhi untuk contoh air terproduksi dari Lapangan Minas. Air terproduksi yang telah dimanfaatkan kembali ini dapat digunakan sebagai air baku manufaktur, air irigasi dan air minum. Hasil perhitungan keekonomian air terproduksi yang diolah untuk berbagai komposisi alokasi penggunaan, diperoleh hasil untuk komposisi penggunaan Air Minum, Air Baku Industri dan Air Irigasi= 50%:40%: 10% dengan tingkat harga air minurn botol Rp 760/lt, air baku Rp 20/lt, air irigasi Rp 6/lt memberikan hasil yang mendekati revenue rata-rata minyak pertahun (hanya selisih dalam sembilan ribu rupiah). Wetland buatan dapat dimanfaatkan unluk wadah penampungan dan pengolahan sementara air terproduksi sebelum diolah lebih lanjut untuk berbagai keperluan. 2. Untuk menggambarkan hubungan sebab akibat darl beberapa subsistem yang membangun model pengelolaan eksploitasi minyak bumi, dapat digunakan untuk memprediksi laju produksi minyak bumi, gas bumi dan air terproduksi (dengan nilai AME masing-masing: 9,2%; 8,5% dan 0,9%). Selain itu digunakan untuk prediksi populasi penduduk Kabupaten Siak (nilai AME: 0,43% dan AVE: 8,15%). Berdasarkan prediksi kurva hasil simulasi model, pemanfaatan daur-ulang air terproduksi dapat dimulai pada tahun 2015. 3. Kerusakan atau pencemaran lingkungan yang teljadi akibat pembuangan air terproduksi dapat diminimalisir, dan akan lebih menguntungkan dan segi lingkungan hidup maupun secara ekonomi dan sosial apabila air terproduksi tersebut dimanfaatkan dengan didaur-ulang, karena dampak negatifnya dapat dihilangkan, dan dampak positif berupa pendapatan akan diperoleh untuk mengembangkan elconomi masyarakat pasca habisnya minyak dan gas bumi. Masa kontrak kerja lapangan tersebut akan habis pada tahun 2019. Hasil pemodelan sistem dinamik minyak bumi Lapangan Minas akan habis pada tahun 2020. 4.Peranan dan knntribusi Subsektor Pertambangan Minyak Bumi adalah sebagai basis bagi pendapatan Propinsi Riau dan Kabupaten Siak. Realisasi dana bagi hasil (DBH) minyak bumi Propinsi Riau sebesar 99,6% dan gas bumi hanya 0,4%, sedangkan DBH minyak bumi untuk Kabupaten Siak adalah 99,9%. Kontribusi Sektor Migas terhadap PDRB Kabupaten Siak sebesar 78,34% dengan nilai LQ: 1,38 pada tahun 2001 turun menjadi 54.92% dengan nilai LQ: 1,47 pada tahun 2005. 5. Persepsi masyarakat di sekitar daerah operasi Lapangan Minas - PT.CPI sebagian besar (>70%) masyarakat mengatakan merasa tidak terganggu oleh kegiatan eksploitasi minyak bumi, baik terhadap pencemaran udara, air dan tanah. Meskipun mereka tinggal di daerah terpencil, kondisi prasaran jalan pada umumnya sudah baik. Namun secara urnum kondisi masyaral-:at belum terjangkau oleh kegiatan pembangunan. Mesldpun njlai IPM Kabupaten Siak (70,119) lebih tinggi dari Propinsi Riau (69,8) dan Nasional (6110), namun tingkat kemiskinan di desa-desa penelitian masih cukup tinggi, berkisar antara 3S,33%-42,15%. Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat lokal di sekitar areal operasi adalah sebagai berilcut: a. Diberi kesempatan bekerja sesuai dengan tingkat keterampilan dan/atau tingkat pendidikannya. b. Pembinaan bagi usaha-usaha kecil yang sudah dirintis, agar mampu bersaing dengan pengusaha pendatang. c. Pembinaan untuk budidaya pertanian, dan perkebunan sesuai dengan potensi daerah. d. Pembinaan dan pelayanan kesehatan masyarakat, khususnya penyediaan air bersih, yang setiap hari harus dibeli oleh masyarakat. e. Bantuan bidang pendidikan, baik sarana/prasarana pendidikan, pemberian beasiswa, tambahan penyediaan guru honorer dan lain-Iain. 6. Program komputer penaatan lingkungan telah diuji-cobakan di empat lapangan migas, cukup efektif untuk mengevaluasi pengelolaan Iingkungan di suatu perusahaan minyak bumi. Secara cepat kita dapat mengukur tingkat penaatan dan keberhasilan kinerja pengelolaan lingkungannya. Berdasarkan hasil pembahasan dan uraian-uraian terdahulu tentang pengelolaan eksploitasi minyak bumi, maka disarankan sebagai berikut: Perlu dilakukan penelitian lapangan lebih lanjut untuk pengelolaan air terproduksi bagi air irigasi pertanian, air baku industri dan air minum dwngan menggunakan wetland buatan, sehingga dapat diimplementasikan pemanfaatan air terproduksi yang optimal dengan biaya operasional yang lebih murah. Perlu dilakukan penelitian PDRB Hijau bagi Propinsi Riau dan Kabupaten Siak, karena tingkal kerusakan lingkungan yang cenderung meningkat setiap tahun di daerah tersebut belum diperhitungkan secara ekonomis. ...... Oil and gas are non renewable resources which have strategic value, to fulflll society basic needs and its role as one of the energy source and as an important revenue sources to support national development. Oil exploitation, which mainly produced oil and neutral gas, also produced by products, such as: produced water, waste gas, solid and hazardous wastes. All these wastes potentially can pollute the environment, if do not well managed. Oil exploitation activities are often conducted at a very remote area, which tend to form an exclusive community (enclave), which potentially can create social jealousy with the surrounding local communities, if the oil company does not have a good communication and a harmonious relationship with each other. Conducting Corporate Social Responsibility (CSR) only is not enough, it should be a Corporate Environmental-Socio-Economic Responsibility (CESER). Based on the information mentioned previously, problems statements proposed on this research are as follows: 1. The existing environmental management concept, has not been implemented in a holistic approach yet, it only covered physical environment aspects; therefore, it lack of focusing on social and economic aspects. 2. Management oil exploitation activities, should not only focus to exploit oil and natural gas as a non renewable resources, but also need to utilize produced water as a liquid waste to become renewable resources, to prevent environmental pollution, by re-using produced water for human need. The objectives of this study are as follows: 1. To conduct a trial and error to re-use produced water to become drinking water and other purposes. 2. To formulate inter-relationship among subsytems of oil exploitation activities, to predict oil exploitation management in sustainable development pattern, which integrated the re-use and re-cycle of produced water, so that oil exploitation can be managed in a sustainable manner. 3. To conduct environmental policy intervention and put it into the simulation model to figure out types of produced water re-use, and the opportunity to substitute crude oil revenue in the future. 4. To calculate oil and gas roles and its contribution as a basis of revenue Sources for Riau Province and Siak Regency. 5. To develop an environmental management software of oil exploitation as a rapid measurement to comply with all the standards, regulations and other requirements, which consisted of physical dan social environmental aspects. Hypothesis for this study are as follows: 1) By using certain treatment technology, produced water can be re-used and recycled to become potable water and water for other purposes. 2) Inter-relationship among subsytems of oil exploitation activities, can be used to predict oil exploitation management in sustainable development pattem, which integrated the re-use and re-cycle of produced water, so that oil exploitation can be manage in a sustainable manner. 3) Based on environmental policy intervention, the model simulation can figure out the types of produced water re-use and/or re-cycle, and the opportunity to substitute crude oil revenue in the future. 4) Roles and its contribution of oil and gas mining subsector as a basis of revenue sources for Riau Province and Siak Regency. The research method used analytical descriptive method. Data was collected and descriptively analyzed. The result and intepretation of the data analysis will be used to achieve the objective of the study. This study conducted at Minas oil field, PT.CPI, which is located at Minas Subdistrict, Siak Regency, Riau Province. Oil exploitation management consist of three subsystems: oil exploitation, economy, and population subsystem which have an interaction (population, oil resource, pollution, revenue and cost): a. Subsystem of Oil Exploitation Oil reservoir is stock at nature minus oil production rate which is influenced by depletion rate annually. Daily oily production tend to decreasing, but produced water tend to increasing. Associated gas produced mode tend to be similar with the daily oil production mode. b. Subsystem of Economy Amount of liquid waste produced water and air pollution produced f1'om oil exploitation have an economic value as an environmental cost. This cost of environment is influenced by constants of waste, which will reduce revenue and increase production cost. While economic lost due to oil production to the local community is the reduction between cost of environment and revenue. c. Subsystem of Population Economic activitiy parallel with oil exploitation, will trigger social conflict cases, also parallel with increasing population growth, which also influenced by oil depletion rate (indirect way). Social community condition at the oil exploitation area will influence the oil exploitaion activity itself. Social community condition, both either can support oil exploitation or hinder production activity. Emerging social conflict have many different motives, conflict of interest among community, company and government. This conflict was triggered by economy factor, which can not satisfied all parties. Another factor is environmental damage or pollution to the surrounding community. Increasing oil exploitation activity in an area will influence new people to come and apply for job or develop a new business. Another effect, a small ?kampung? will become a big village, and then become a subdistrict, and then become a small city. For example Minas Village, originally is only a small ?karnpung? with limited facility, and now it has become the capital ofthe Minas Subdistrict. Based on the result of the study and discussion, it can be concluded as follows: In general the objective of the research is to succesfully developed a model of oil exploitation management in a sustainable development pattern. With the focus not only to oil and gas utilization, but also to reuse and recycle produced water to achieve an economic and social sustainable development for local community in Siak Regency. 1. Produced water re-use processs using a Reverse Osmosis (RO) method was conducted successfully, except for odor parameter. However, odor parameter can be eliminated using carbon active and zeolit liltration media. All drinking water parameters standard have complied with Permenkes No. 907/MENKES/SK/VII/2002 for produced water sample from Minas, Belida and Sangatta Fields. Re-used and re-cycled of produced water can be used for agricultural irrigation base, manufacturer water base, and drinking water industrial base. Based on economic calculation of re-used and re-cycled produced water for best usage composition, as follows: drinking water: manufacture water base : irrigation water = 5O%:40%:l0%, with the price level bottled drinking water: Rp760,-/liter, manufacture water base: Rp 20,-/liter and irrigation water base: Rp 6,-/liter will give revenue close to annual average of oil revenue (with the difference in only nine thousand rupiah). 2. To figure out causal - effect inter-relationship irom several subsystem to develop a model of oil exploitation management in sustainable development pattern, which can be used to predict oil and gas production rate, and also produced water rate (with each AME value: 1,69%; 2,39% and 9,3l%). Also to predict population number (AME = 0,43% and AVE= 8,l5%). Based on curve simulation model, re-use and recycle of produced water can be initiated in 2015. 3. Environmental degradation and/or pollution which have occured due to produced water discharge can be minimized or even prevented, by re-use and/or re-cycle of its produced water, and its positive impact can be achieved by generating revenue to develop a sustainable socio-economic development of local community after oil and gas depleted. Based on Hotelling formula, oil exploitation at Minas Field will be depleted in 2022. And based on the production sharing contract, the contract will be expired in 2019. 4. Roles and its contribution of oil and gas mining subsector as a basis for revenue sources of Riau Province and Siak Regency. Implementation of Oil & gas Revenue Profit Sharing (DBI-I) for Riau Province is 99,6% and for natural gas is only 0,4%, while Revenue Profit Sharing (DBH) for Siak Regency is 99,9%. Oil and gas subsector contribution to PDRB Siak Regency: 'l8,34% with LQ: 1,38 in 2001 decreasing to 54,92% with LQ: 1,47 in 2005. 5. Software development for environmental management standard of oil exploitation activities, so that compliance with environmental management can be measured immediately, accurately and in a more simple way. Self compliance concept can be easily achieved. 6. Community perception at the surrounding area of Minas Field - PT.CPI 1 majority of them (>70%) did not disturbed by the oil exploitation activities, which may pollute the air, water and soil. Even they live in a remote area, the road infrastructure is in a good condition. In general, local community have not been influenced by the government development activity yet. Eventhough Human Development Index (HDI) of Siak Regency (70,49%) is higher than Riau Province HDI (69,8) and Indonesian HDI (67,10%), but poverty level at the villages at surrounding reasearch area is high: 35,33% - 42,l5%. Donations or aids which needed by the local community at surrounding oil exploitation area are as follows: a. Provide employment for local community, based on their skills, qualification, and education background. b. Provide training and capital credit for small-medium enterprise (SME), to improve their business competitiveness. c.Provide training and capital credit for agriculture, crop estate, and animal husbandry. d. Improve community health services, especially clean water program for local community. e. Provide education aids: school building, scholarship program, additional teachers, etc. Based on the result and discussion, the suggestions are as follows: 1. Need to conduct field research continuation for produced water temporary storage and temporary treatment using constructed wetland to be used for irrigation water based, manufacturer water based, industrial drinking water based to achieve lower operational cost, and optimum produced water usage. 2. Need to initiate to conduct a research on green Gross Domestic Regional Revenue (PDRB) for Riau Province and Siak Regency, since environmental degradation level tends to increase annually, and have not included in economic calculation yet.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
D858
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahmi Aulia Rakhman
Abstrak :
ABSTRAK
Penataan ruang kota berperan dalam upaya pengendalian pemanfaatan air bawah tanah yang dilakukan guna menghindari terjadinya kerusakan kuantitas dan kualitas air bawah tanah akibat pemanfaatan air bawah tanah yang tidak terkendali. Penataan ruang di Kawasan Bandung Utara (KBU) seharusnya disertai dengan aspek pengawasan yang berfungsi untuk mengendalikan dan menjaga agar pelaksanaannya sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Pengendalian penataan ruang kota yang akan berpengaruh kepada pemanfaatan air bawah tanah dilakukan untuk menjaga kelestarian, kesinambungan, ketersediaan, daya dukung, fungsi air tanah, serta mempertahankan keberlanjutan pemanfaatan air tanah. Dalam pelaksanaannya, implementasi Peratuan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bandung Utara (KBU) sebagai pengendalian pemberian perizinan pengelolaan air bawah tanah di Kawasan Bandung Utara (KBU), Jawa Barat belum berjalan seperti sebagaimana yang diharapkan, dalam proses pengendalian perizinan masih terdapat kendala-kendala yang menyebabkan proses pengendalian perizinan ini belum dapat berjalan dengan baik, kendala tersebut selain berasal dari pihak pemerintah, juga disebabkan oleh kurang pahamnya masyarakat tentang pentingnya pelestarian sumber air baku air bawah tanah.
ABSTRACT
City spatial planning plays a role in efforts to control the use of underground water in order to avoid damage to the quantity and quality of groundwater due to uncontrollable utilization of underground water. Spatial planning in the area of North Bandung Area (KBU) should be accompanied by monitoring aspect that serves to control and keep the implementation in accordance with applicable laws. Control of the city spatial planning that will affect the utilization of underground water to maintain the preservation, continuity, availability, carrying capacity, soil water function, as well as maintain the sustainability of groundwater utilization. The implementation of the Norm of West Java Province No. 1 of 2008 on Control of Land Use in North Bandung Area ( KBU ) as granting permit control the management of underground water in the area of North Bandung Area ( KBU ), West Java as not running as expected , in the process of permit control, there are many obstacles that cause the permit control process can not run well. The constraints, beside from government, is also caused by lack of understanding of the public about the importance of conservation of underground water resources.
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library