Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Irfan Pratantyo
Abstrak :
Smoldering (pembakaran membara) adalah pembakaran yang lambat, bersuhu rendah, dengan jilatan api yang tidak terlihat dan sering terjadi di kebakaran lahan gambut. penyebaran smoldering terjadi karena tercapainya parameter besar suplai oksigen, panas yang dihasilkan dan panas yang dilepas ke lingkungan. Kondisi tanah gambut yang berpori dan berserat menyebabkan mudah masuknya suplai oksigen. Sulitnya menuju lokasi lahan gambut yang terbakar adalah salah satu masalah untuk melakukan pemadaman. Penelitian ini bertujuan mengamati secara visual bagaimana pengaruh permeabilitas gambut palangkaraya terhadap fenomena perambatan smoldering dengan cara melakukan pemadatan pada gambut. Proses pemadatan dilakukan sebagai konstruksi awal dalam pembuatan jalan dan dapat mengurangi permeabilitas dan densitas serta nilai pori pada tanah, sehingga dapat memutus suplai oksigen di tanah yang terpadatkan. Pekerjaan eksperimental dilakukan di reaktor stainless steel 20 x 20 cm dengan papan insulasi pada dinding reaktor untuk meminimalisir panas yang terbuang ke lingkungan. Eksperimen dilakukan dengan memadatkan sampel gambut yang telah dikeringkan (MC ~11%) di bagian tengah reaktor dengan alat pemadat. Gambut dinyalakan dengan electric coil heater dengan daya 100 watt di salah satu sisi reaktor. Proses pembakaran yang terjadi di permukaan diamati dengan kamera normal, kamera inframerah FLIR dan sistem penyimpanan data. Hasil penelitian menunjukkan terjadinya perlambatan smoldering pada bagian tanah yang terpadatkan dibanding pada smoldering tanah gambut undisturbed, walaupun pada akhirnya smoldering tetap terjadi di seluruh bagian reaktor. ......Smoldering is a slow burning, low temperature, a flameless combustion and frequently happens in peatland fires. The smoldering spread occurs because of the parameter achievement in oxygen supply, generated heat and heat released to environment. The condition of porous and fibrous peat soils makes oxygen supply easily happens. The difficulty of getting to the location of the burning peatland is one of the problems to extinguish the fire. This study aims to observe with thermal visual the permeability impact on Palangkaraya peat to smoldering propagation phenomenon with peat compaction. Compaction is an initial step on road construction and reduces permeability and pore value in soils, so it can cut off the oxygen supply on compressed soil. The experimental works were carried out in a stainless 20 x 20 cm reactor with an insulation board on reactor walls to minimize the heat that wasted to environment. The experiment works by compacting a dried peat samples (MC ~11%) in the center region of the reactor with a compactor. Peat then ignited using an electric coil heater powered by 100 watts of electricity on one side of the reactor. The combustion process that occur in the surface are observed by a normal camera, an infrared FLIR Camera and data storage system. The results showed a slowdown effects of smoldering on the compacted soil compared to undisturbed peat smoldering, although in the end smoldering stil occurs in all region of the reactor
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Kristiyantoro
Abstrak :
ABSTRAK
Telah menjadi sebuah keniscayaan bahwa pertumbuhan kota dari tahun ketahun akan selalu menghadirkan drama pertentangan antara proses pemadatan permukiman dengan tuntutan akan kehidupan yang nyaman di kota. Hal tersebut bukan hanya dirasakan dalam skala umum wilayah kota secara keseluruhan saja, namun sudah menyentuh pada tataran mikro dari sebuah sistem kota yaitu skala neighborhood. Kondisi dualisme permasalahan tersebut semakin diperburuk dengan banyaknya anggapan mengenai karakter masyarakat kota yang individualistik dan kurang peduli terhadap kondisi lingkungan bermukimnya. Sehingga solusi-solusi yang dihadirkan untuk penanganannya-pun juga akan sulit dilakukan secara bersama. Namun sepertinya anggapan tersebut tidak dapat dijadikan untuk memukulratakan karakteristik masyarakat kota secara keseluruhan.Penelitian kualitatif-fenomenologi yang dilakukan pada masyarakat skala neighborhood di wilayah RW 16, Baktijaya, Kota Depok menunjukan pembelajaran unik yang berbeda. Komposisi penduduk yang heterogen yang berasal dari berbagai suku bangsa, tidak menghalangi semangat untuk membentuk struktur masyarakat yang baru dengan landasan kesadaran berkomunitas spasial dan rasa senasib sepenanggungan sebagai kaum migran di kota. Dengan landasan tersebut, masyarakat RW 16 yang pada awalnya sangat labil, bertransformasi menjadi masyarakat yang memiliki modal sosial yang kuat dan mampu merespon secara kolektif permasalahan yang ada di lingkungan bermukimnya, salah satunya adalah masalah kegersangan. Keterbatasan lahan akibat tingginya intensitas pembangunan, tidak menghalangi tekad masyarakat untuk menghilangkan kegersangan dengan aksi kolektifnya. Ruang-ruang sisa antara bangunan dan jalan, diubah secara kolektif menjadi koridor ldquo;gang hijau rdquo; yang menciptakan nuansa kesegaran. Adanya kompetisi hijau dalam berbagai tingkatan juga seolah menjadi ruang ekspresi masyarakat untuk mengaktualisasikan ide-ide kreatifnya dalam penghijauan. Dengan keunikan fenomena perwujudan setting tata perumahan padat bernuansa hijau secara kolektif tersebut, kini RW 16, Baktijaya, menjadi sebuah referensi yang sangat menarik untuk solusi mengatasi kegersangan di wilayah perkotaan.
ABSTRACT
Conflict between increasing residential density to demand for comfortable life in a growing city is inevitable. This is not only witnessed on a city scale, but can also be observed at a neighborhood scale. Conflicting issues are increasingly aggravated by perception toward urban society character which is considered individualistic and ignorance to their residential environment. Collective efforts to resolve the problems are challenging. However, such conception cannot be stigmatized as urban society character. A Qualitative Phenomenology research in a neighborhood located in RW 16, Baktijaya, Kota Depok presented a unique lessons learnt. The society rsquo s diverse origins engaged them to create a new structure emphasized by spatial awareness and collective supports as urban migrant. This transformed them to be a community with a robust social capital which can collectively respond to environmental problems such as aridity of their residential. Collective efforts generated creativity to use spaces between buildings and roads and turn them to green corridor refreshing the residential nuance. Various green competitions allowed the community to express and translate their creative idea. Collective efforts to convert aridity to green corridor in RW 16, Baktijaya can be referred as an interesting solution to resolve aridity in urban area.
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anfrhasya Haniva Elgeri
Abstrak :
Pulau Sumatera termasuk daerah yang memiliki kawasan tanah gambut terbesar di Indonesia. Saat ini, perkembangan pembangunan infrastruktur jalan di Indonesia semakin ditingkatkan dengan memanfaatkan tanah gambut sebagai materialnya. Tanah gambut termasuk dalam jenis tanah lunak yang memiliki sifat kandungan organik tergolong tinggi, sangat mudah mengikat air atau hidrofilik, rendah daya dukungnya, serta kompresibilitasnya tinggi. Oleh karena itu, tanah gambut termasuk ke dalam jenis tanah yang bermasalah. Pada penelitian ini akan dianalisa perilaku tanah gambut Ogan Ilir yang dipadatkan sebagai material timbunan jalan dengan melakukan uji indeks properti untuk mengetahui sifat fisik dan sifat kimia tanah gambut Ogan Ilir, lalu uji pemadatan standard proctor untuk memperoleh kurva kerapatan kering terhadap kadar air. Selain itu, uji California Bearing Ratio (CBR) diperlukan untuk mengetahui nilai CBR terbesar tanah tersebut pada kondisi unsoaked dan soaked. Hasil uji CBR menunjukan bahwa tanah gambut Ogan Ilir mengalami sedikit peningkatan daya dukung walaupun tanpa distabilisasi karena sampel tanah yang digunakan sudah cukup lama didiamkan sehingga tanah semakin terdekomposisi seiring berjalannya waktu. Nilai CBR tertinggi yang diperoleh sebesar 7,033% pada kondisi unsoaked dan 4,434% pada kondisi soaked. Berdasarkan hasil pengujian tersebut, tanah gambut Ogan Ilir sebagai lapisan timbunan perlu distabilisasi agar nilai CBR meningkat dan sesuai sebagai fungsi lapisan subbase. ......Sumatra Island is one of the areas with the largest peat soil area in Indonesia. Currently, the development of road infrastructure development in Indonesia is further improved by utilizing peat soil as its material. Peat soil belongs to the type of soft soil that has high organic content properties, very easy to bind water or hydrophilic, low carrying capacity, and high compressibility. Therefore, peat soil belongs to the problematic soil type. In this study will be analyzed the behavior of peat soil Ogan Ilir compacted as road heap material by conducting index property tests to determine the physical and chemical properties of peat soil Ogan Ilir, then compaction test standard proctor to obtain a curve of dry density to water content. In addition, California Bearing Ratio (CBR) test is required to determine the largest CBR value of the land in unsoaked and soaked conditions. Cbr test results showed that Ogan Ilir peat soil experienced a slight increase in carrying capacity even without stabilization because the soil samples used have been silenced for a long time so that the soil is decomposed over time. The highest CBR value obtained was 7.033% in unsoaked conditions and 4.434% in soaked conditions. Based on the test results, Ogan Ilir peat soil as a heap layer needs to be stabilized in order for cbr values to increase and fit as a subbase layer function.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yustian Heri Suprapto
Abstrak :
Skripsi ini membahas korelasi antara nilai CBR dan DCP untuk jenis tanah gambut Berengbengkel, Palangkaraya. Uji CBR merupakan uji yang sudah sangat dikenal secara umum khusunya pada pembuatan jalan raya dan timbunan tanah. Namun, uji CBR ini memiliki beberapa kekurangan. Untuk itu, digunakan DCP sebagai pengganti uji CBR. Penelitian yang pernah dilakukan, menghasilkan grafik korelasi nilai antara CBR dan DCP dengan perhitungan yang berbeda. Pada penelitian ini, akan dicari perhitungan korelasi nilai CBR dan DCP pada tanah gambut yang mendekati nilai CBR yang sebenarnya. Data didapatkan dengan pemadatan tanah, uji CBR laboratorium dan dilanjutkan dengan DCP yang keseluruhan kegiatannya berada di dalam laboratorium. Dari hasil analisa data, didapat perumusan nilai korelasi yang terjadi dalam fungsi logaritma. Dari perhitungan tersebut, diperoleh nilai CBR rata-rata dari tiap kadar air dengan nilai yang mendekati dengan kondisi sebenarnya. ......This paper discuss about the correlation between the CBR and DCP value for peat soil that come from Berengbengkel, Palangkaraya. The CBR test is well known in road construction and for embankment of soil. But, the CBR test has some disadvantages. On the other hand, we can use DCP test than CBR. Research that has been done in the past, has produce correlation graphic between CBR and DCP value with various calculations. In this research, we will find the correlation of CBR and DCP value in peat soil that close to the real CBR value. Output data is made from compaction of the soil, CBR laboratory test, and then continued with DCP test. From the analysis of the data, we can get calculation of the correlation in the logarithmic function. From this calculation, we can get the CBR value of every water content which the value is almost the same with the real condition.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S50535
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ginanjar Bekti Rakhmanto
Abstrak :
Pemadatan tanah merupakan bagian penting dalam proses konstruksi jalan raya terutama pada timbunan dan pondasi. Dewasa ini, metode yang digunakan untuk mengontrol pemadatan tanah adalah dengan melakukan uji CBR(California Bearing Ratio). Untuk menggambarkan tingkat pemadatan tanah yang lebih baik, penggunaan nilai CBR mulai tergantikan oleh suatu nilai yaitu nilai kekakuan tanah. Hanya saja penggunaan nilai Kekakuan Tanah jarang digunakan di Indonesia dikarenakan masih sulitnya cara pengukuran nilai Kekakuan Tanah khususnya untuk tanah di Indonesia. Dewasa ini nilai kekakuan tanah dapat diukur dengan menggunakan alat yang disebut GeoGauge. GeoGauge merupakan suatu alat yang diciptakan untuk menentukan nilai kekakuan dan modulus dari tanah dan agregat. Penelitian kali ini yaitu tentang pengaruh dimensi sampel terhadap perubahan nilai kekakuan yang akan ditentukan dengan menggunakan alat yang disebut GeoGauge.
Soil compaction is an important part in the highway construction process, especially in the embankment and foundations. Now, methods that used to control soil compaction is the CBR test(California Bearing Ratio). To illustrate the level of soil compaction better, CBR values began to be replaced by a soil stiffness values. However, stiffness value are rarely used in Indonesia because it is still difficult to measure Soil stiffness values particularly for land in Indonesia. Now, soil stiffness values can be measured by using a device called GeoGauge. GeoGauge is a tool created to determine stiffness values and modulus values of soil and aggregate. The research this time is influence of sample dimension box with stiffness values to be determined by using a device called GeoGauge.
2010
S50489
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Iwan Setyadi
Abstrak :
Beberapa dekade ini pengembangan magnesium biodegradable untuk implan ortopedi sementara (temporary orthopedic implants) menarik minat periset. Magnesium (Mg) merupakan logam teringan (1,74-2,0 g/cm3), bersifat biokompatibel dan memiliki modulus elastisitas yang mirip dengan tulang. Beberapa upaya terus dilakukan dalam hal perbaikan sifat mekanik, kemunculan gas hidrogen dan penurunan laju degradasi terutama melalui pembuatan paduan baru, modifikasi permukaan dan pembuatan struktur baru. Adanya keselarasan antara kekuatan dan laju degradasi serta sifat biokompatibilitas Mg yang terjaga selama proses penyembuhan tulang merupakan tujuan akhir yang hendak dicapai. Disertasi ini fokus pada salah satu upaya peningkatan kinerja magnesium melalui pengembangan struktur baru dalam bentuk komposit Magnesium-Carbonate Apatite (Mg-xCA) yang berbasis serbuk. Carbonate Apatite (CA) disamping dijadikan sebagai penguat (reinforcement) guna memperbaiki sifat mekanik, juga untuk memperbaiki laju degradasi dan sifat biokompatibilitas. CA dianggap lebih mudah diserap osteoblast, mempercepat pembentukan jaringan dan penyembuhan tulang (bersifat osteoinductive dan osteoconductive) tanpa membentuk fibrotic tissue dibandingkan hidoxyapatite (HA). CA yang digunakan merupakan produk lokal. Komposisi Mg-xCA dibuat dengan variasi kandungan CA (x = 0, 5, 10 dan 15% berat) dan waktu milling (3, 5 dan 7 jam). Fabrikasi Mg-xCA dilakukan melalui tahapan pemadatan awal dengan kompaksi hangat (WC) dan dilanjutkan dengan proses pemadatan lanjut, masing-masing melalui proses sinter, proses ekstrusi dan proses equal channel angular pressing (ECAP) 1 pass untuk mendapatkan hasil optimal. Karakterisasi meliputi uji densitas relatif, uji sifat mekanis, uji korosi, uji biokompatibel (indirect cytotoxicity), pengamatan strukturmikro (OM), SEM-EDS-Mapping, micro XRF dan XRD. Hasil studi menunjukkan bahwa waktu milling 5 jam dapat memberikan padatan awal yang optimal melalui proses kompaksi hangat. Karakteristik prototipe Mg-xCA paling baik diperoleh dari hasil pemadatan lanjut dengan proses ekstrusi dengan rasio ekstrusi (R) 4. Rod yang dihasilkan memiliki ϕ 10 mm, panjang maks 100 mm dan bisa diiris sampai ketebalan 1 mm dengan distribusi kekerasan relatif seragam. Penambahan dan peningkatan kandungan CA menaikkan kekerasan, kekuatan tarik dan kekuatan tekan, memperbaiki laju korosi dan sifat toksik, namun menurunkan densitas relatif dibanding Mg murni (Mg-0CA). Semua komposisi bersifat biokompatibilitas (tidak beracun). Laju korosi terendah didapatkan pada Mg-5CA sebesar 1,92 mm/th (Icorr: 8.560E-05 A/cm2), dimana lebih kecil dari Icorr Mg-xHA hasil microwave sintering (berkisar 1,00E-4 - 2,51E-4 A/cm2) atau laju korosi Mg-5HA ( ± 5 mm/th) dengan metode uji pencelupan. Sebagian sifat mekanis (hardness, ultimate tensile stress, elongasi dan flexural stress) komposit memenuhi karakteristik tulang tengkorak manusia (human cranial bone) terutama Mg-15CA dan Mg-10CA, namun yield strength dan young modulus masih perlu ditingkatkan. Komposit Mg-xCA sangat prospek untuk terus dikembangkan sebagai kandidat material implan ortopedi. ......In recent decades the development of biodegradable magnesium for temporary orthopedic implants has been of interest to researchers. Magnesium is the lightest metal (1.74 - 2.0 g/cm3), biocompatible and it has a modulus of elasticity similar to bone. Efforts are being made to improve mechanical properties, the emergence of hydrogen gas and the rate of degradation, especially through the manufacture of new alloys, surface modifications and the creation of new structures. The harmony between the strength and the rate of degradation as well as the maintained properties of Mg biocompatibility during the bone healing process is the final goal to be achieved. This dissertation focuses on one of the efforts to improve the performance of magnesium through the development of a new structure in the form of a powder-based Magnesium-Carbonate Apatite (Mg-xCA) composite. Carbonate apatite (CA) besides being used as a reinforcement to improve mechanical properties, also to improve the rate of degradation and biocompatibility properties. CA is considered more easily absorbed by osteoblasts, accelerates tissue formation and bone healing (osteoinductive and osteoconductive) without forming fibrotic tissue compared to hydoxyapatite (HA). The CA used is a local product. The composition of Mg-xCA was made by varying the content of CA (x = 0, 5, 10 and 15% by weight) and milling time (3, 5 and 7 hours). Mg-xCA fabrication was performed through the initial compaction stage with warm compaction (WC) and continued with a further compaction process, each through the sintering process, the extrusion process and the 1 pass equal channel angular pressing (ECAP) process to obtain optimal results. Characterization includes relative density test, mechanical properties test, corrosion test, biocompatible test (indirect cytotoxicity), microstructure observation (OM), SEM-EDS-Mapping, micro XRF and XRD. The results show that the 5 hour milling time can provide optimal initial solids through a warm compaction process. The best characteristic of the Mg-xCA prototype is obtained from the results of further compaction by extrusion process with extrusion ratio (R) 4. The resulting rod has ϕ 10 mm, max length 100 mm and it can be sliced to a thickness of 1 mm with a relatively uniform hardness distribution. The addition and increase of CA content increases the hardness, tensile strength and compressive strength, improves corrosion rates and toxic properties, but reduces the relative density compared to pure Mg (Mg-0CA). All compositions are biocompatible (non-toxic). The lowest corrosion rate was obtained at Mg-5CA of 1.92 mm / year (Icorr: 8.560E-05 A/cm2), which it is smaller than Icorr Mg-xHA from microwave sintering (ranging from 1.00E-4 - 2.51E-4 A/cm2) or Mg-5HA corrosion rate (± 5 mm/yr) by immersion test method. Some of the mechanical properties (hardness, ultimate tensile strength, elongation and flexural stress) of the composite meet the characteristics of human cranial bone, especially Mg-15CA and Mg-10CA, but yield strength and young modulus still need to be improved. Mg-xCA composites are very prospective for further development as candidates for orthopedic implant materials.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Nurholis
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam setiap pekerjaan pembangunan penyelidikan tanah merupakan pekerjaan pendahuluan yang sangat penting. Penyelidikan tanah dilakukan untuk menentukan parameter-parameter tanah yang salah satunya mencari kekuatan geser tanah yang diuji.

Keruntuhan pada bangunan biasanya merupakan keruntuhan yang diakibatkan oleh geser. Penyebabnya adalah adanya gelinciran antara 2 permukaan, sehingga kekuatan tanah sebagai penyangga bangunan adalah kekuatan gesernya.

Untuk mengetahui karakteristik tanah dilakukan serangkaian pengujian di laboratorium. Contoh tanah yang diambil di lapangan diteliti di laboratorium meliputi uji sifat fisik (index properties) dan beberapa uji sifat teknik (engineering properties) dengan membuat suatu kondisi tertentu. Pada penelitian ini yang akan dilakukan adalah mencari kekuatan geser tanah pada kondisi tak terkonsolidasi tak terdrainasi dengan contoh tanah dibuat terganggu dengan pemadatan pada beberapa macam kondisi kadar air yang berlainan. Analisa yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan teori Mohr-Coulomb dengan parameter kekuatan geser tanah c (nilai kohesivitas tanah) dan f (sudut_tahanan geser tanah) yang didapat dari uji triaksial UU.

Dari hasil pengujian dibuat korelasi antara kekuatan geser tanah tak terdrainasi dengan kadar air pemadatan tanah dan dilakukan pembandingan dengan penyelidikan-penyelidikan sebelumnya.
2001
S34791
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andy Trisuya
Abstrak :
Kuat geser tanah gambut merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam perancangan pondasi atau subgrade pembangunan jalan khususnya di daerah yang banyak mengandung tanah gambut. Metode yang digunakan adalah pengambilan sampel tanah gambut Desa Tampan Riau yang dipadatkan dengan 3 (tiga) kondisi persiapan sampel yaitu kondisi undisturbed, pembasahan, dan pembasahan pengeringan sebelum pengujian triaksial consolidated undrained. Efek dari pemadatan, pembasahan, dan pengeringan diamati dari grafik hubungan tegangan deviator-tegangan efektif; perubahan tekanan air pori-regangan; dan tegangan deviator-regangan kemudian hasilnya dibandingkan pada tiap-tiap kondisi dan kadar air pemadatan.
The shear strength is one of factor that important to know in foundation engineering or road construction subgrade especially in organic soil area. This method of research used gambut soil from Tampan Village in Riau that compacted and there are 3 (three) conditions preparation of it, there are undisturbed sample, wetting process, and wetting drying process before triaxial consolidated undrained test. The effect of compaction, wetting, and drying will be shown in the graphics relation between deviatory stress-effective stress; pore water stress-strain; and deviatory stress-strain, finally the data results for each different conditions and water contents compaction will be compared.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S50537
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>