Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shinta Devi Wardani
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan secara empiris adanya hubungan antara pemaafan dan trait empati pada mahasiswa. Penelitian ini dilakukan secara kuantitatif dengan desain penelitian field stuefy pada 74 mahasiswa Universitas Indonesia dan Universitas Indraprasta, PGRI. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner yang digunakan terdiri dari alat ukur pemaafan dan trait empati. Alat ukur pemaafhn terdiri dari 56 item yang mengukur tiga aspek yaitu aspek afektif, kognitif dan tingkah laku. Sedangkan alat ukur trait empati terdiri dari 21 item yang mengukur dimensi afektif dan kognitif. Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya hubungan positif yang signifikan antara pemaafan dengan dimensi afektif dan dimensi kognitif dari trait empati. Pemaafan tidak terbukti dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, waktu terjadinya peristiwa yang menyakitkan, suku, agama, dan evaluasi korban terhadap perlakuan yang diterimanya. Namun, pemaafan dipengaruhi oleh dalamnya sakit hati yang dialami korban dan kedekatan korban dengan pelaku. Sedangkan trait empati dipengaruhi oleh jenis kelamin. Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi penelitian lanjut yang sejenis. This study aims to demonstrate study empiric of relationship between forgiveness and trait empathy among college students. This research was carried out quantitatively with the design of field research study on 74 students at the University of Indonesia and University Indraprasta, PGRI. Data obtained by using questionnaires. The questionnaire used consisted of measuring instruments forgiveness and trait empathy. Forgiveness measuring instrument consists of 56 items that measure three aspects: affective, cognitive, and behavior. While the trait empathy measuring instrument consisting of 21 items that measure affective and cognitive dimensions. The results showed no significant positive correlation between forgiveness with the dimensions of affective and cognitive dimensions of trait empathy. Forgiveness is not shown to be affected by age, gender, time of occurrence of a painful event, race, religion, and evaluation of treatment received by victims. However, forgiveness is affected by the pain suffered by its victims and their proximity to the victim by the perpetrator. While the trait empathy is influenced by gender. Hopejully, the result of this research can give many advantages for next research.
2010
S3706
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3441
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farkhan
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini fokus bagaimana hukuman qisas dan diyat memberikan alternatif penyelesaian konflik yaitu pembalasan yang setimpal, pemaafan, dan keadilan restoratif. Dalam hukum pidana Islam terdapat suatu metode penyelesaian perkara kejahatan yaitu metode perdamaian shulh . Metode ini baik korban atau ahli waris diperbolehkan untuk mengadakan perdamaian dalam hal penggantian hukuman dengan membayar diyat. Keadilan restoratif merupakan salah satu pendekatan dalam penghukuman yang melibatkan proses pengembalian kondisi sebelum terjadinya pelanggaran dengan melibatkan pelaku kejahatan, korban dan masyarakat. Model ini menitikberatkan pada adanya partisipasi langsung para pihak terkait serta masyarakat perihal proses mengakhiri konflik. Sejalan dengan upaya penyelesaian konflik yang mempromosikan perdamaian sebagai penyelesaian yang humanis. Pembalasan setimpal tentu bukan alternatif yang memenuhi kriteria tersebut, namun melalui pemaafan dan diyat terdapat kemungkinan perdamaian dapat terwujud kepada korban, pelaku juga masyarakat. Pemaafan adalah konsep yang memiliki implikasi filsafat, teologi dan psikologi. Hal ini sesuai dengan ciri khas bangsa Indonesia yaitu semangat musyawarah untuk setiap permasalahan pidana tujuannya bahwa hukum pidana merupakan obat terakhir ultimatum remedium obat terahir bukan sebagai premium remedium obat utama .
ABSTRACT
This research focuses on how qisas and diyat has three alternative conflict resolutions. The alternatives are retaliation, forgiveness, and restorative justice. In the tradition of Islamic criminal law there is a method of settlement, namely method of peacemaking shulh . In the shulh both the victim or the family will be allowed to make peacemaking in terms of punishment, in return for a replacement is equal or greater than the blood money. Restorative justice is an approach model in a criminal case settlement effort. These approach focuses on the direct participation of perpetrators, victims and society in the process of resolving criminal case. In line with efforts to promote peacemaking conflict where resolution as peaceful and humane solution. Retaliation in kind is certainly not an alternative that meets the criteria but through forgiveness and blood money, peacemaking is possible can be realized between the victim, offender and community. Forgiveness is the concept have implications to philosophy, theology and psychology. This things appropriate with Indonesian characteristics that the spirit of deliberation for every crime case settlement with the aim that criminal law is not as a premium remedium but ultimatum remedium.
2017
T48029
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fionna Gracia
Abstrak :
Beberapa studi terdahulu menjelaskan bahwa perselingkuhan dalam perkawinan merupakan salah satu pelanggaran yang sulit untuk dimaafkan terutama pada individu dengan trait neuroticism. Mindfulness diketahui mampu membantu meningkatkan pemaafan pada individu yang diselingkuhi oleh pasangan dalam perkawinan. Penelitian dilakukan untuk menguji efek mindfulness sebagai moderator dalam hubungan antara trait neuroticism dengan pemaafan pada individu yang mengalami perselingkuhan rumah tangga. Data diambil menggunakan convenience sampling pada partisipan laki-laki dan perempuan berusia ≥ 18 tahun, heteroseksual, sudah menikah, pernah atau masih mengalami diselingkuhi oleh pasangan. Partisipan penelitian sebanyak 329 orang mengisi kuesioner Marital Offence-Specific Forgiveness Scales (MOFS) untuk mengukur variabel pemaafan, International Personal Pool-Big Five Model 50 (IPIP-BFM50) dimensi emotional stability untuk mengukur variabel trait neuroticism, dan Cognitive-Affective Mindfulness Scales- Revised (CAMS-R) untuk mengukur variabel mindfulness. Melalui moderated regression analysis diketahui bahwa mindfulness tidak berperan secara signifikan dalam memoderatori hubungan antara trait neuroticism dan pemaafan. Meski demikian terdapat trend perubahan dalam bentuk pemaafan pada partisipan dengan trait neuroticism apabila ditinjau dari tingkat mindfulness. Hal ini mengindikasikan adanya potensi yang mengarah pada proses dinamis yang kemudian mampu membantu individu neuroticism untuk memaafkan. ......Recent studies describe Infidelity in marriage as a serious offense and is difficult to forgive, especially for individuals with the neuroticism trait. Mindfulness is known to be able to help increase forgiveness in individuals who have been cheated on by their partners in marriage. The study was conducted to examine the effect of mindfulness as a moderator in the relationship between the neuroticism trait and forgiveness in individuals who experience marriage infidelity. Data were taken using convenience sampling on male and female participants aged ≥ 18 years, heterosexual, married, had or still experienced being cheated on by their partner. Research participants as many as 329 people filled out the Marital Offence-Specific Forgiveness Scales (MOFS) questionnaire to measure forgiveness, the International Personal Pool-Big Five Model 50 (IPIP-BFM50) dimensions of emotional stability to measure the neuroticism trait variable, and Cognitive-Affective Mindfulness Scales- Revised (CAMS-R) to measure the mindfulness variable. Through moderated regression analysis, it was found that mindfulness did not play a significant role in moderating the relationship between the neuroticism trait and forgiveness. However, there is a trend of change in the form of forgiveness in participants with the neuroticism trait when viewed from the level of mindfulness. This indicates the potential that leads to a dynamic process which is then able to help neuroticism individuals to forgive.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Dwi Praramadhanti
Abstrak :

Keterlibatan figur publik dalam skandal dapat membuat hubungan antara penggemar dan publik figur melemah. Beberapa cara dapat dilakukan figur publik untuk tetap mempertahankan hubungan tersebut dengan penggemarnya, salah satunya adalah permintaan maaf. Studi eksperimental ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh efek moderasi permintaan maaf dan hubungan parasosial terhadap parasocial breakup dan pemaafan parasosial setelah terjadinya skandal seorang idol K-Pop. Partisipan merupakan individu yang mengidentifikasikan diri sebagai penggemar K-Pop dan dibagi ke dalam kelompok eksperimen (n = 97) dan kelompok kontrol (n = 96). Analisis regresi berganda menunjukkan bahwa hubungan parasosial tidak memoderasi pengaruh permintaan maaf terhadap parasocial breakup dan pemaafan parasosial.


Scandals involvement of public figures may weaken the relationship between the public figures and their fans. Various ways can be done by public figures to maintain those relationships, one of which is an apology. This experimental study was conducted to determine the moderation effects of apology and parasocial relationships on parasocial breakup and forgiveness after the scandal of a K-Pop idol. Participants are individuals who identify themselves as a K-Pop fan and were divided into experimental (n = 97) and control groups (n = 96). Multiple regression analysis shows that parasocial relationship do not moderate the effects of apology on parasocial breakup and parasocial forgiveness.

Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Andrini
Abstrak :

Perselingkuhan yang dilakukan oleh suami memberikan dampak yang besar pada diri istri. Perselingkuhan berhubungan dengan meningkatnya risiko depresi mayor. Gejala depresi membuat individu mengalami kesedihan yang mendalam dan/atau ketidakmampuan merasakan kesenangan, serta gejala-gejala fisik seperti kelelahan dan energi yang rendah. Walaupun besarnya dampak negatif dari perselingkuhan suami, cukup banyak istri yang memilih untuk mempertahankan perkawinannya. Salah satu cara untuk memperbaiki hubungan perkawinan adalah dengan memaafkan. Pemaafan merupakan komponen penting dalam menjaga kedekatan di dalam hubungan intim yang sedang menghadapi konflik yang tidak terelakkan. Penelitian ini menggunakan Acceptance and Commitment Therapy (ACT) untuk menurunkan gejala depresi dan meningkatkan pemaafan pada istri setelah perselingkuhan suami. Penelitian ini merupakan quasi experiment research dengan metode pre-test post-test non-equivalent control group. Terdapat 4 orang partisipan dalam penelitian ini yang terbagi ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil penelitian penunjukkan bahwa gejala depresi pada kelompok kontrol mengalami penurunan dari gejala depresi rendah menjadi gejala depresi ringan-sedang berdasarkan alat ukur Beck Depression Inventory (BDI). Terdapat peningkatan pula pada pemaafan dari rendah menjadi tinggi berdasarkan alat ukur Marital Offence-Specific Forgiveness Scale (MOFS). Kelompok kontrol juga mengalami penurunan gejala depresi dan peningkatan pemaafan namun perubahannya tidak sebesar pada kelompok eksperimen.


Infidelity committed by the husband has a great impact on the wife. Infidelity is related to an increased risk of major depression. Depressive symptoms make individuals experience deep sadness and/or inability to feel pleasure, as well as physical symptoms, such as fatigue and low energy. Eventhough the magnitude of the negative impact of the husband's affair is considered enormous, quite a number of wives choose to stay in the marriage. One of the ways to improve marital relationships is to forgive. Forgiveness is an instrumental component in maintaining closeness in intimate relationships that are facing inevitable conflicts. This study use Acceptance and Commitment Therapy (ACT) to reduce depressive symptoms and enhance forgiveness among wives in the aftermath of infidelity. Quasi experiment with pre-test post-test non-equivalent control group method is used in this research. There were 4 participants in this study which were divided into experimental group and the control group. The results showed that depressive symptoms in the experimental group has decreased from severe to mild-moderate based on Beck Depression Inventory (BDI). There was also an increase in forgiveness from low to high based on the Marital Offence-Specific Forgiveness Scale (MOFS). The control group also experienced a decrease in depressive symptoms and an increase in forgiveness, but the changes were not as large in the experimental group.  

2019
T51954
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fanny Agrippina
Abstrak :
Restorative justice merupakan salah satu pendekatan alternatif dalam penyelesaian konflik di luar pengadilan yang melibatkan pihak-pihak yang berkonflik. Penerapan restorative justice berprinsip pada pemulihan korban dan menekankan pada proses yang adil. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2022 Tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual, tidak lagi menawarkan segala bentuk penyelesaian konflik yang dilakukan tanpa melibatkan adanya proses pengadilan, dikarenakan anggapan bahwa proses restorative justice tidak dapat dikontrol dan penuh dengan dilema. Praktik restorative justice yang ideal, yang mengutamakan kepentingan dan kebutuhan korban memungkinkan timbulnya perasaan memaafkan oleh korban kepada pelaku sebagai tanggapan dari penjelasan mengenai perilaku pelaku, ungkapan penyesalan dan penebusan kesalahan yang diberikan oleh pelaku. Pemaafaan memungkinkan korban melepaskan ketakutannya akan peristiwa masa lalu dan ketakutan akan pelaku. Penghapusan restorative justice menyebabkan munculnya pandangan pro dan kontra, sehingga penelitian ini bertujuan untuk memberikan temuan yang menguatkan argumen penerapan restorative justice dalam penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode population-based survey experiments. Penelitian eksperimen dilakukan dengan membagi partisipan (n=188) kedalam empat kelompok eksperimen, dimana setiap kelompok akan diberikan stimulus berupa cerita singkat (vignette) mengenai penerapan restorative justice pada kasus kekerasan seksual dan dilihat nilai pemaafannya dengan menggunakan alat ukur TRIM-18. Hasil pengujian One-way F-test ANOVA menunjukkan nilai F= 1,163, p= 0,325 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa penerapan restorative justice tidak memberikan perbedaan yang signifikan terhadap nilai pemaafan korban kekerasan seksual. ......Restorative justice is an alternative approach in resolving conflicts outside of court involving conflicting parties. Application restorative justice principled on the recovery of victims and emphasizes a fair process. Law Number 12 of 2022 concerning the Crime of Sexual Violence, no longer offers any form of conflict resolution that is carried out without involving a court process, due to the assumption that the process restorative justice uncontrollable and full of dilemmas. The ideal practice of restorative justice that prioritizes the interests and needs of the victim enables feelings of forgiveness by the victim towards the perpetrator in response to explanations regarding the perpetrator's behavior, expressions of regret and redemption of mistakes given by the perpetrator. Forgiveness allows the victim to let go of their fears about past events and their fear of the perpetrator. Removal restorative justice causes the emergence of pro and con views, so this research aims to provide findings that strengthen the implementation argument restorative justice in previous studies. This research uses population-based survey experiments. Experimental research was carried out by dividing participants (n=188) into four experimental groups, where each group would be given a stimulus in the form of a short story (vignette) about the process of restorative justice in cases of sexual violence and seen the value of forgiveness using TRIM-18. Test result of One-way F-test ANOVA shows the value of F= 1.163, p= 0.325 (p > 0.05). This shows that implementation of restorative justice did not provide a significant difference to the forgiveness value of victims of sexual violence.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Delphi Aulisia
Abstrak :
Skripsi ini membahas mengenai prospek penerapan pemaafan, yakni sebuah jenis penyelesaian untuk tindak pidana (jarimah) qisas diyat yang dikenal dalam hukum pidana Islam, dalam tindak pidana kelalaian yang menyebabkan matinya orang khususnya terkait dengan kecelakaan lalu lintas di Indonesia. Terdapat tiga permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini, yaitu konsep tindak pidana kelalaian yang mengakibatkan matinya orang dan sanksinya menurut hukum pidana Indonesia, konsep pembunuhan tersalah dan sanksinya menurut hukum pidana Islam, dan prospek penerapan pemaafan sebagai alternatif penyelesaian tindak pidana kelalaian yang menyebabkan matinya orang dalam kecelakaan lalu lintas di Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah metode yuridis normatif melalui penelusuran kepustakaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemaafan sebagai sebuah penyelesaian alternatif memiliki prospek yang cukup baik untuk diterapkan di Indonesia untuk kasus kelalaian yang mengakibatkan matinya orang dalam kecelakaan lalu lintas dengan alasan: 1) ketentuan di dalam hukum Islam telah berhasil dipositivisasikan ke dalam hukum positif Indonesia yang hasilnya terlihat dari adanya produk peraturan perundang-undangan yang memiliki semangat syariat Islam; dan 2) pemaafan, selain dikenal dalam hukum pidana Islam, juga merupakan sebuah praktik yang sejalan dengan paradigma hukum keadilan restoratif yang mana telah mulai diterapkan di Indonesia. ......This undergraduate thesis discusses about the prospect of applying forgiveness, which is a form of settlement for qisas diyat crimes known in the Islamic criminal law, in death by negligence especially in traffic accident cases in Indonesia. There are three issues addressed: the concept of death by negligence and its sanctions according to Indonesian criminal law, the concept of wrongful murder and its sanctions in Islamic criminal law, and the prospect of applying forgiveness as an alternative settlement in death by negligence in traffic accident cases in Indonesia. The research method used is the juridical normative method through library research. The result of this research shows that forgiveness as an alternative settlement has a rather good prospect to be implemented in Indonesia in cases of death by negligence in traffic accident cases for these reasons: 1) some laws in Islamic law have been integrated into Indonesian positive laws and the results can be seen through the existence of legislations that have the spirit of Islamic law; and 2) not only is forgiveness known in Islamic criminal law, it is also a practice that goes hand in hand with restorative justice, a new legal paradigm that has been implemented in Indonesia.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library