Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nisa Rabriella
Abstrak :
Kopolimerisasi onggok-polivinil alkohol (PVA)-akrilamida (AAm) dibuat dengan teknik iradiasi sinar gamma. Campuran bahan-bahan tersebut dibuat menjadi suatu kopolimer yang ramah lingkungan bersifat biodegradable sehingga dapat diaplikasikan dalam bidang pertanian sebagai bahan untuk modifikasi pupuk fosfat yang memiliki sifat pelepasan lambat. Kopolimer dibuat dengan jumlah onggok tetap, serta volume PVA 10% w/v dan akrilamida 3% w/v divariasikan. Selain itu, variasi dosis iradiasi (5, 10, 15, dan 20 kGy) dilakukan pada pembuatan kopolimer. Pada penelitian ini diperoleh kopolimer yang paling baik untuk digunakan sebagai bahan modifikasi pupuk fosfat adalah sampel (I). Sampel (I) merupakan kopolimer onggok-polivinil alkohol-akrilamida dengan komposisi 3 gram onggok, 45 mL PVA 10% w/v, dan 105 mL Akrilamida 3% w/v. Terjadinya kopolimerisasi onggok-PVA-akrilamida pada sampel (I) ditunjukan oleh hasil karakterisasi FTIR. Pengaruh penambahan onggok terhadap kestabilan termal dan terbentuknya pori pada kopolimer sampel (I) di tunjukan oleh hasil karakterisasi TGA dan SEM. Pengamatan dan pengujian terhadap nilai persen fraksi gel, rasio swelling, dan persen pelepasan fosfat pada kopolimer sampel (I) diperoleh hasil sebesar 48.71%, 321.63 %, 18.13%. Pengukuran sifat pelepasan lambat dilakukan dengan metode absorbsi-desorbsi. Dalam penelitian ini terlihat bahwa sifat kopolimer dipengaruhi oleh komposisi PVA dan akrilamida dan dosis iradiasi.
Copolymerization of tapioca waste-polyvinyl alcohol (PVA)-acrylamide was made with gamma irradiation techniques. Mixtures of these materials made into an copolymer that have environmentally-friendly with biodegradable properties so that it can be applied in agriculture as a material for the modification of phosphate fertilizers that have slow release properties. Copolymer was made with fixed amount of tapioca waste and the volume of PVA 10% w/v and acrylamide 3% w/v was varied. In addition, the variation of irradiation dose (5, 10, 15, and 20 kGy) was done on making of the copolymer. In this study was obtained the best copolymer to be used as material for the modification of phosphate fertilizers was sample (I). Sample (I) was the copolymer of tapioca waste-polyvinyl alcohol-acrylamide with 3 gram tapioca waste, 45 mL PVA 10% w/v, and 105 mL acrylamide 3% w/v as the composition. The occurrence of copolymerization tapioca waste-PVA-acrylamide on sample (I) was shown by the results of FTIR characterization. Effect of tapioca waste on the thermal stability and the formation of pores in the copolymer sample (I) was shown by the results of TGA and SEM characterization. Observation and testing the yield of percent gel fraction, swelling ratio, and percent release of phosphate in the copolymer sample (I) was obtained respectively 48.71%, 321.63 %, 18:13%. Measurement of slow release properties was done by absorption-desorption methode. In this study shows that the properties of copolymer is influenced by the composition of the PVA and acrylamide and irradiation dose.
2016
S62126
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ladiya Puspita Ningrum
Abstrak :
ABSTRAK
Pada negara yang mayoritas memiliki lahan pertanian seperti Indonesia, pupuk berperan penting dalam meningkatkan kualitas produksi tanaman. Untuk efisiensi pemberian pupuk, dikembangkan kopolimer untuk memodifikasi pupuk agar memiliki sifat pelepasan lambat. Pada penelitian ini dilakukan sintesis kopolimer dari onggok-kitosan-akrilamida AAm dengan teknik iradiasi sinar gamma yang bertujuan untuk memanfaatkan limbah, penekanan biaya produksi, serta menciptakan kopolimer yang biodegradable. Kopolimer dibuat dengan komposisi onggok 2 -kitosan 2 w/v dan akrilamida yang divariasikan. Selain itu, dilakukan variasi dosis iradiasi sinar gamma 5, 10, 15, dan 20 kGy . Hasil yang diperoleh kopolimer optimum dengan AAm 7 dosis iradiasi 15 kGy sebagai bahan modifikasi pupuk fosfat dengan hasil pengujian dari fraksi gel, pengembangan larutan pupuk, dan pelepasan lambat pupuk fosfat masing-masing 79,13 ; 619,59 ; 11,51 . kopolimer optimum dikarakterisasi dengan FTIR, DSC, dan SEM. Pengukuran sifat pelepasan lambat dilakukan dengan metode absorbsi-desorbsi. Kinetika reaksi pelepasan pupuk dari kopolimer diperoleh mengikuti orde pertama. Energi aktivasi dapat diperoleh dengan menghubungkan konstanta laju dan temperatur, yaitu sebesar 38024,08 J/mol. Kualitas dari kopolimer dipengaruhi oleh komposisi kitosan dan akrilamida serta dosis iradiasi, sedangkan absorbsi-desorbsi pupuk dipengaruhi oleh waktu perendaman, pH, dan temperatur.
ABSTRACT
In a country with majority of the land is dominated with agriculture like Indonesia, fertilizer plays an important role for increasing the quality of plants production. To ensure the efficiency of fertilizer application, copolymer is developed to modify the fertilizer in order to has slow release properties. This research shows how copolymer was synthesized from tapioca waste chitosan acrylamide with gamma ray irradiation method. The objective is to utilize waste, cost efficiency, and to create biodegradable copolymers. copolymers are made with composition of tapioca waste 2 w v chitosan 2 w v and varied acrylamide. Moreover, dose variation of gamma ray irradiation is also conducted 5, 10, 15, and 20 kGy . The result shows the optimum copolymers with AAm 7 and dose irradiation 15 kGy appropriate as good material for phosphate release fertilizer modification based on gel fraction testing, swelling fertilizer solution, and slow release phosphate fertilizer 79,13 619,59 11,51 respectively. Optimum copoolymer product is characterized with FTIR, DSC, SEM. Slow release properties is measured through absorption desorption method. The kinetics of fertilizer release from copolymer is achieved in first order. Activation energy is achieved through connecting the rate constant and temperature, which is 38024,08 J mol. In conclusion, quality of copolymers is affected by chitosan and acrylamide also irradiation dosen, while absorption desorption id affected by immersion time, pH, and temperature.
2017
S67606
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indira Octafiona Darussalam
Abstrak :
Ekstrak kunyit, kulit manggis, dan jahe mengandung senyawa fenolik yaitu kurkumin, α-mangostin, dan 6-gingerol yang memiliki aktivitas antioksidan. Ketiga senyawa bioaktif tersebut dapat dijadikan suplemen antioksidan untuk kesehatan, namun senyawa-senyawa ini sangat rentan terhadap kondisi lingkungan pencernaan sehingga mudah terdegradasi sebelum diserap oleh tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formulasi mikropartikel kitosan-gum arab-ekstrak agar dapat lepas secara lambat pada daerah usus halus. Enkapsulasi senyawa bioaktif dilakukan dengan pembentukan kompleks polielektrolit kitosan-gum arab. Kitosan digunakan sebagai carrier karena bersifat biodegradabel, biokompatibel, non-toksik, dan mukoadhesif. Namun, kitosan mudah larut dalam asam sehingga diperlukan penambahan gum arab sebagai polimer aditif untuk melindungi kitosan dalam suasana asam. Metode pengeringan beku digunakan untuk preparasi mikropartikel kitosan-gum arab yang dimuati ketiga ekstrak karena dapat meminimalisir kehilangan senyawa bioaktif selama proses preparasi dan diharapkan memberikan yield dan pemuatan yang tinggi. Seluruh formulasi menghasilkan yield di atas 90% dan memiliki pemuatan sekitar 12% (ekstrak kunyit), 8% (ekstrak kulit manggis), dan 1% (ekstrak jahe). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan gum arab memiliki dampak yang signifikan dalam menahan pelepasan senyawa bioaktif sehingga didapatkan profil extended release. Berdasarkan hasil uji pelepasan secara in-vitro, formulasi dengan komposisi 0,1 gram gum arab terbukti dapat dijadikan sediaan guna penghantaran bertarget usus halus.
Turmeric, mangosteen peel, and ginger extracts contain substances such as curcumin, α-mangostin, and 6-gingerol which can be used as an antioxidant supplements, but they are very susceptible to the digestive environment and easily degraded before being absorbed by the body. This research aims to obtain a formulation of chitosan-arabic gum microparticles loaded bioactive compounds so that it could be released in small intestine. Encapsulation of the bioactive compounds was carried out by chitosan-arabic gum polyelectrolyte complex. Chitosan is used as a carrier because it has biodegradable, biocompatible, non-toxic, and mucoadhesive properties. However, chitosan is easily dissolved in acidic conditions so arabic gum is needed to protect chitosan under acidic environment. The preparation used freeze-drying method because it can minimizes the loss of bioactive compounds during preparation and it is also expected to provide high yields and loading. All formulations resulted yields percentage above 90% and loading capacity around 12% (turmeric extract), 8% (mangosteen peel extract), and 1% (ginger extract). The results showed that arabic gum had an important significant in the release of bioactive compounds to obtain extended release profile. Based on the in-vitro release test, formulation with 0.1 gram arabic gum can be regarded as a promising candidate for intestinal targeted drug delivery.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Mikrokapsul adalah sediaan obat yang dapat memberikan pola pelepasan obat secara lambat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pelepasan propranolol hidroklorida dari mikrokapsul yang dibuat dengan menggunakan pati singkong suksinat sebagai bahan penyalut. Mikroenkapsulasi dilakukan menggunakan metode penguapan pelarut dengan perbandingan zat aktif-penyalut 1:1, 1:2, dan 1:3. Mikrokapsul yang dihasilkan dievaluasi ukuran partikel, kandungan zat aktif tersalut, dan pola pelepasan obatnya. Pola pelepasan obat diamati dengan uji disolusi menggunakan alat Tipe I (keranjang) dengan medium dapar klorida pH 1,2 selama 2 jam dan dapar fosfat pH 6,8 selama 6 jam. Mikrokapsul yang dihasilkan tidak menunjukan pola pelepasan obat secara lambat, pada jam ke-2 propranolol hidroklorida yang telah dilepas sebanyak 85-91% dan pada jam ke-8 telah dilepas sebanyak 92-95%. Pelepasan obat dari mikrokapsul terjadi secara cepat karena propanolol hidroklorida tidak tersalut dengan baik sehingga tidak dihasilkan mikrokapsul yang bagus. Hal ini diperkirakan karena pati singkong suksinat tidak cocok sebagai bahan penyalut mikrokapsul, atau metode yang dipergunakan tidak cocok untuk melakukan mikroenkapsulasi menggunakan pati singkong suksinat.
Universitas Indonesia, 2006
S32576
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library