Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ade Naufal
"Tesis ini membahas teror peledakan bom di Indonesia wilayah barat, tengah dan timur pada periode tahun 2000-20I0. Teror bom menimbulkan dampak berupa gangguan stabilitas politik dan keamanan nasional Stabilitas tersebut sangat diperlukan dalam upaya meraih cita cita yaitu tujuan kesejahteraan dan kecerdasan bengsa dan negara, yang hanya dapat dicapai melalui pembangunan. Oleh karena itu, teror peledakan born perlu dicegah. Salah satu upaya awal dalam pencegahan, yaitu melalui identifikasi komprehensif atas peristiwa teror bom menggunakan tools timeline analysis. Tools ini bermanfaat dalam melakukan pemolaan dan visualisasi, baik menyangkut waktu dominan, pelaku, motif, lokasif wilayah, jenis bahan peledak, sasaran/holspot dan keterkaitan antar peristiwa teror bom. Jenis penelitian ini termasuk deskriptif-analitik, yaitu menuturkan., menganalisa, menafsirkan dan mengklasiftkasikan data-data teror bom, guna memperoleh gambaran menyeluruh peristiwa bom di Indonesia. Adapun gambaran peristiwa teror bom di Indonesia, antara lain: jumlah terbanyak signifikan terjadi di Indonesia wilayah barat khususnya Jakarta, terdapat tren menurun dari tahun ke tahun, hotspot area yaitu sarana publik, jenis baban peledak menggunakan low explosive, sasaran terbanyak yaitu gereja, serta waktu dominan signiftkan peledakan bom di bulan-bulan Oktober dan Desemher. Hasil dalam penelitian ini menyarankan penggunaan timeline analysis dalam melakukan analisis komprehensif, perlu diwaspadai waktu tertentu peledakan bom terutama di bulan tertentu Desember, penggunaan CCTV sebagai faktor deterent, serta penggunaan data primer dalam mendukung validitas data.

This thesis describes the terror bombing in the western; central and east Indonesia in the period 2000-20!0. Terror bomb impacts of disruption of political stability and national security. Stability is needed in order to achieve the ideals of independence set forth in the Preamble of the 1945 Constitution, one of them is the purpose of prosperity and intelligence of the nation and state which can only achieved through development. Therefore, the terror bombings should be prevented. One of tbe early prevention is using .comprehensive identification of the bomb incident by the timeline analysis tools. This tool is used in conducting design and general visualization, either in relation to the dominant time, the perpetrator, motive, location/region, type of explosives, targets I hotspot and the linkages between the bomb incident. The study is a descriptive-analytic, which describing, explaining, analyzing, interpreting and classifying the data of terror bombing, in order to obtain a comprehensive picture of bombings in Indonesia. The big picture of Indonesian terror bombings are: the number of the most significant occurred in western Indonesia, especially in Jakarta, show a downward trend from year to year, public utilities as the hotspot area, the using of low explosive type, most of the target is church, and the dominant time bombing is in October to December. The results of this study suggest the use of the timeline analysis in conducting?"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2011
T33661
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Ayu Esthi Widiatmika
"Peristiwa peledakan bom yang terjadi di Kuta Bali pada tanggal 12 oktober 2002 yang selanjutnya lebih dikenal dengan sebutan Bom Bali I dapat dikatakan sebagai sebuah bencana besar bagi Indonesia, sehingga diperlukan adanya suatu tindakan-tindakan "istimewa" oleh pemerintah, khususnya Polri. Dalam peledakan yang menelan korban terbesar kedua setelah tragedi 11 September 2001 tersebut, Indonesia (khususnya Polri) dibantu oleh banyak negara-negara lain yang peduli akan peristiwa tersebut. Bantuan tersebut datang antara lain dari negara Inggris, Jerman, Jepang, Australia, New Zealand, Amerika, Perancis, Belanda, Swedia dan Singapura. Sementara untuk memfasilitasi koordinasi antar negara tersebut, Australia dipilih sebagai koordinatornya.
Bantuan dari negara-negara tersebut selain berupa bantuan kemanusiaan, juga dengan mengirimkan tenaga-tenaga ahli untuk mereka untuk dapat membantu proses identifikasi, investigasi dan bantuan forensik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada tahun 2002 (khususnya setelah peristiwa 12 Oktober) banyak kerjasama dalam bidang keamanan khususnya mengenai terorisme yang dilakukan oleh Pemerintah dengan negara-negara lain. Salah satunya yang akan dibahas disini adalah kerjasama keamanan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dan Australia melalui Kepolisian Republik Indonesia (Polri) dan Australian Federal Police (AFP).
Terkait dengan penulisan ini, berdasarkan uraian singkat tersebut yang akan menjadi pokok permasalahan adalah Bagaimana ruang lingkup serta proses kerjasama Kepolisian Republik Indonesia dengan Australian Federal Police dalam penanganan terorisme di Indonesia (studi tentang pengungkapan kasus Bom Bali I)? Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk menggambarkan tentang ruang lingkup serta proses kerjasama yang dilakukan oleh Polri dengan AFP dalam penanganan terorisme di Indonesia.
Dalam menganalisa permasalahan tersebut, penulis menggunakan konsep kerjasama keamanan yang diungkapkan oleh Albert Zaccor, sementara untuk kerjasama kepolisian digunakan konsep yang dikemukakan oleh Mathieu Deflem. Mengenai terorisme digunakan konsep yang kemukakan oleh beberapa ahli, salah satunya adalah James Andrew Lewis. Adapun metode penelitian yang digunakan untuk membahas permasalahan tersebut adalah deskriptif analitis melalui penelitian kepustakaan atas dokumen-dokumen yang relevan.
Kerjasama yang dilakukan antara Polri dan AFP adalah ditujukan untuk peningkatan kapasitas atau capacity building Polri. Kerjasama tersebut sangat menekankan pada tingkat individu dan kelembagaan, dalam artian disini adalah kerjasama yang dilakukan tersebut adalah untuk meningkatkan kapasitas personil Polri dan lembaga Polri. Kerjasama yang dilakukan tidak menyentuh pada level sistem. Oleh karena itu kerjasama yang telah dilakukan selama ini walaupun telah memberikan kemajuan yang sangat berarti bagi Polri dalam penanganan masalah terorisme namun dirasakan masih belum maksimal.

The bombing that happens in Bali on October 2002, which latter known as 1st Bali Bombing can be categorized as a major incident for Indonesia, were taken as a special case to Indonesian National Police (Polri). That bomb incident costs a lot as they put it the worst incident that cost people?s life next to the 11 September 2001 incident in New York. Indonesian National Police were helped by various countries including England, Germany, Japan, US, France, Sweden and Singapore. In order to facilitate the coordination between countries, Australia were chosen as the coordinator. Various aids were sent to help Indonesia. The aids were related to humanitarian action. They also sent their experts to help the process of identification, investigation and forensic. Related to the aids that given after 12 October 2002, Indonesia has held a lot of cooperation with another countries. This thesis will describe the security cooperation that held by the Indonesian?s government that represented by the Indonesian National Police (Polri) and Australia that represented by the Australian Federal Police (AFP).
The subject of the study is the process of cooperation between Polri and AFP in handling terrorism in Indonesia (a case study of enlightening the first Bali bombing). The objectives of the study is to describe the scope and process of the cooperation between Polri and the AFP in handling the terrorism in Indonesia.
To analyze the subject, writer use the Albert Zaccor?s concept about Security Cooperation. For further explanations, writer use the Mathieu Deflem?s concept that explains Police Cooperation. To asserts the the definition of terrorism into the analysis, writer use various concepts, including the Concept of terrorism from James Andrew Lewis. The research methods that used in this study is an analytic descriptive thorough library study from the relevant documents.
The cooperation between POLRI and AFP were meant to enhanced the capacities of Polri. The cooperation also emphasize in individual and institutional level, which are means that the cooperation that been done is to enhance the capacity of Polri?s personnel and the Polri?s institution. The cooperation does not touch the level system. Never less, although the cooperation already give a lot to Polri development, but it is still not enough."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T19227
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library