"Perilaku agresif merupakan salah satu tanda krisis terjadinya perilaku prososial, yaitu tindakan yang dilakukan secara sadar untuk menguntungkan orang lain. Perilaku prososial merupakan konstruk multidimensional yang terdiri dari menolong, menghibur, dan berbagi. Melalui metodologi dan konten yang sesuai dengan karakteristik Taman Kanak-kanak maka Pelatihan Bermain Prososial dapat menjadi suatu cara untuk mengajarkan perilaku prososial yang dilakukan di dalam lingkup sekolah, khususnya TK. Penelitian ini bertujuan untuk menguji Pelatihan Bermain Prososial dalam meningkatkan perilaku prososial pada anak. Desain penelitian yang digunakan adalah quasi-experimental pretest-posttest nonequivalent control group. Partisipan penelitian ini adalah 16 anak TK yang berusia 5-6 tahun. Pelatihan Bermain Prososial berlangsung selama tiga hari. Pengukuran perilaku prososial dilakukan menggunakan instrumen penelitian yang dibuat oleh peneliti sebelum dan setelah pelatihan. Analisis data menggunakan tes Mann-Whitney dan tes Wilcoxon signed-rank menunjukkan bahwa setelah pelatihan terjadi perbedaan yang signifikan pada pemahaman tentang perilaku prososial secara keseluruhan (U = 2,00, T = 21,00, p < 0,05) maupun per dimensinya (Umenolong = 7,00, T = 15,00 , p < 0,05; Umenghibur = 2,00, T = 21,00, p < 0,05; dan Uberbagi = 6,00, T = 15,00, p < 0,05). Akan tetapi, pada perilaku prososial hanya terdapat perbedaan yang signifikan pada dimensi menolong (U = 8,00, p < 0,05). Perubahan ini menetap 12 hari setelah pelatihan saat posttest 2. Penelitian ini menunjukkan bahwa Pelatihan Bermain Prososial dapat meningkatkan pemahaman tentang perilaku prososial (menolong, menghibur, dan berbagi) dan perilaku prososial, yaitu perilaku menolong.
Aggressive behavior is one of the most troubling signs of a crisis of prosocial behavior, that is voluntary act that which is intended to benefit other people. Prosocial behavior can be considered as a multidimensional construct which is composed of helping, comforting, and sharing. Through an appropriate methodology and content which are suitable with school context characteristic that comfortable for children therefore Pelatihan Bermain Prososial can be considered as a way to teach prosocial behavior in school context, especially kindergarten. This study aimed to examine Pelatihan Bermain Prososial in increasing children prosocial behavior. The research design was a quasi-experimental pretest-posttest nonequivalent control group. Participant of this study were 16 kindergarten children aged 5-6 year-old. The Pelatihan Bermain Prososial was conducted in 3 days. Prosocial behavior is measured by using measurement instruments which created by researcher before and after training. Analysis of data by using Mann-Whitney test and Wilcoxon signed-rank test showed significant difference in total (U = 2.00, T = 21.00, p < 0.05) and in each dimension of prosocial behavior understanding (Uhelping = 7.00, T = 15.00 , p < 0.05; Ucomforting = 2.00, T = 21.00, p < 0.05; and Usharing = 6.00, T = 15.00, p < 0.05) after training. However, there was significant difference in prosocial behavior aspect which is in helping (U = 8.00, p < 0.05). These changes were persistent in the 2nd posttest session 12 days later after training. This research suggests that Pelatihan Bermain Prososial can increase understanding about prosocial behavior (helping, comforting, and sharing) and prosocial behavior which is in helping behavior. "
