Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Suharmoko
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1992
S29864
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irmawati Djojonegoro
"ABSTRAK
Ekstraksi langsung dengan pelarut organik dalam mengisolasi insektisida dari isi lambung atau bagian tubuh lain nya merupakan cara yang sukar di lakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mencari cara isolasi dan pemurnian yang terbaik terhadap insektisida klor organik, fosfor organik dan karbamat dari isi lambung. Selain itu juga mencari cara identifikasi dengan cepat, mudah pengerjaannya sesuai dengan fasilitas laboratorium sederhana serta biaya yang relatif rendah. Isolasi insektisida dari isi lambung dilakukan dengan cara dianalisa, sedangkan pemurnian dialisat menggunakan karbon aktif atau kieselgel. Pada penelitian ini identifikasi insektisida dilakukan dengan cara reaksi kristal aceton air dan kromatografi lapisan tipis. Pemeriksaan dengan kromatografi lapisan tipis menggunakan variasi fasa bergerak dan penampak noda yang sesuai untuk masing-masing golongan insektisida. Dialisat yang diperoleh seringkali masih mengandung minyak tanah. Hasil pemurnian dialisat berupa kristal. Kecuali insektisida fosfor organik, berupa cairan seperti minyak. Pada kromatografi lapisan tipis, diperoleh hasil yang berbeda dalam jumlah bercak, nilai Rf dan warna yang timbul. Ternyata dialisat yang diperoleh memberikan hasil yang dapat ditentukan secara kwalitatif. Pada proses pemurnian, karbon aktif mempunyai kelebihan tekhnis dari pada kieselgel. Sedang cara terbaik untuk pemurnian dialisat yang mengandung minyak tanah, dengan menggunakan centrifuge. Disarankan pemeriksaan lebih lanjut dilakukan secara kwantitatif. Juga terhadap insektisida dalam darah atau jaringan tubuh lainnya secara kwalitatif dan kwantitatif."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1981
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Santi Kertati
"Pelarut organik umumnya digunakan oleh laboratorium kimia untuk keperluan analisis sampel dan merupakan salah satu bahaya kimia yang potensial yang dapat memajani pekerja di laboratorium itu. Dalam penelitian ini dilakukan penilaian risiko terhadap uap pelarut organik di suatu laboratorium pelumas berupa toluena, xilena, heksana, dan klorobenzen. Penilaian risiko masing – masing uap plearut tersebut diakukan berdasarkan penilaian tingkat bahaya, tingkat pajanan, dan tingkat risiko beserta kondisi pengendalian yang telah ada sehingga dapat diketahui karakterisasi risikonya. Salah satu langkah untuk mendapatkan data – data tersebut adalah dengan mengetahui besaran pajanan uap pelarut organik terhadap sample pekerja. Hasil analisis menunjukkan bahwa konsentrasi uap pelarut toluena, xilena, heksana, dan klorobenzena yang memajani sampel pekerja masih berada dibawah nilai ambang batas yang direkomendasikan oleh American Confrence of Governmental Industrial Hygienist (ACGIH). Karakteristik risiko pajanan uap pelarut organik toluena dan heksana terhadap seluruh sampel pekerja laboratorium pelumas PT. PS adalah C3; Karakteristik risiko pajanan uap pelarut organik xilena terhadap analis sedimen, analis visco, dan helper laboratorium pelumas PT. PS adalah C3, sedangkan terhadap analis destilasi, flash point, FTIR, PQ Index, TAN, TBN, interpreter, reporting 1 dan reporting 2 berada pada risiko C1; Karakteristik risiko pajanan uap pelarut organik klorobenzena terhadap analis TBN, dan helper laboratorium pelumas PT. PS adalah C3, sedangkan analis destilasi, flash point, FTIR, PQ Index, TAN, visco, interpreter, reporting 1 dan reporting 2 berada pada risiko C1

Generally Organic solvent is used by chemical laboratory for sample analysis needed and it is become one of potential chemical hazardous that can expose to laboratory worker. This research is doing risk assessment of organic vapor at lubricant laboratory, ie toluene, xilene, hexane, and chlorobenzene. Risk assessment of those organic vapors is based on hazard rating, exposure rating, risk rating, and observation about mitigation in order to know its risk characterization. One of the steps to know the exposure rating data is knowing magnitude rating of organic vapor which is expose to laboratory worker. The result shows that concentration of toluene, xilene, hexane, and chlorobenzene is still below threshold limit value recommended American Conference of Governmental Industrial Hygienist (ACGIH). Risk characrterization of toluene and hexane exposure to laboratory worker is C3; Risk characrterization of xylene exposure to sediment and visco analyst also helper is C3 while to destilation, flash point, FTIR, PQ Index, TAN, TBN analyst, interpreter, reporting 1 and reporting 2 is C1; Risk characrterization of chlorobenzene exposure to TBN analyst and helper is C3 while to destilation, flash point, FTIR, PQ Index, TAN, sedimen, visco analyst, interpreter, reporting 1 and reporting 2 is C1"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Norlinda Octavia Muchtar
"Latar Belakang dan Tujuan Penelitian : Pemeriksaan kesehatan berkala tahun 2014, 2015, dan 2016 pada bagian preparation dan assembly lasting suatu pabrik sepatu menunjukkan kejadian gangguan penglihatan warna didapat. Penelusuran dilakukan untuk menemukan penyebab gangguan penglihatan warna didapat dengan kecurigaan diarahkan pada penggunaan pelarut organik, kebiasaan pemakaian alat pelindung diri, dan intensitas cahaya.
Metode : Penelitian ini menggunakan desain kasus kontrol untuk 74 kasus dan 222 kontrol. Pemeriksaan Farnsworth D15 dilakukan sebagai standar diagnosis gangguan penglihatan warna didapat. Selanjutnya, dari pemeriksaan Farnsworth D15 akan didapatkan skor Colour Confusion Index CCI dan penentuan gangguan penglihatan warna secara kualitatif dilakukan melalui aplikasi www.torok.info. Pemeriksaan lingkungan yang dilakukan meliputi pengukuran intensitas cahaya, jarak antara lampu dengan pekerja, dan kadar pelarut organik yang terhirup yaitu Metil Etil Keton dan Benzene-Toluen-EtilBenzene-Xylene. Kuesioner disebar untuk mengetahui riwayat kerja, kesehatan, dan kebiasaan pemakaian alat pelindung diri.
Hasil : 74 pekerja dari total 345 pekerja pada sub bagian preparation dan assembly lasting dinyatakan menderita gangguan penglihatan warna didapat. Kadar pelarut organik terhirup dan jarak lampu terbukti tidak memiliki hubungan bermakna dengan gangguan penglihatan warna didapat. Pemakaian masker selama bekerja, intensitas cahaya, dan masa kerja terbukti memiliki hubungan bermakna dengan gangguan penglihatan warna didapat.
Kesimpulan : Prevalensi gangguan penglihatan warna didapat di bagian preparation dan assembly lasting pabrik sepatu ini adalah 21,44. Pemakaian masker selama bekerja merupakan faktor yang paling berpengaruh menyebabkan gangguan penglihatan warna didapat dengan OR 2,966 IK 95 = 1,409 ndash; 6,245 .

Background and Objective : Medical Check Up in 2014, 2015, and 2016 among shoe factory workers in preparation and assembly lasting division has shown acquired colour vision impairment cases. Identification is held to find the causes with several suspection such as organic solvent, application of personal protective equipment, and intensity of light.
Methods : This study used a case control design for 74 cases and 222 control. Workers are tested by Farnsworth D15 as a golden standard to diagnose acquired colour vision impairment, then colour confusion index CCI score will be determined based from farnsworth D15 test and qualitative methods to distinguish acquired colour vision impairment is set by www.torok.info application. Enviromental measurement include light intensity measurement, the distance between light and worker, and the amount of organic solvent inhaled divided into Metil Ethyl Ketone measurement and Benzene Toluene EthylBenzene Xylene measurement. Quesioner is spread to get the information about history of work, health, and application of personel protective equipment.
Results : 74 workers has acquired colour vision impairment among 345 workers that has been checked. The amount of organic solvent inhaled and the distance between light and worker do not show a significant association with acquired colour vision impairment. The application of safety mask, light intensity, and lenght of work show significant associaton with acquired colour vision impairment.
Conclusions : Prevalence of acquired colour vision impairment in preparation and assembly lasting division of this shoe factory workers is 21,44 . Application of safety mask is the main factor that cause acquired colour vision impairment with OR 2,966 IK 95 1,409 ndash 6,245.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Wijanarko
"Penelitian ini dilakukan untuk meneliti kelayakan penggunaan pelarut organik non ODS tipe EMSY 03 terhadap pembersihan permukaan baja tahan karat tipe 430 dan kuningan tipe 44400. Pelarut organik EMSY 03 ini sedang dikembangkan sebagai alternatif pengganti pelarut pembersih terdahulu yang kebanyakan mengandung senyawa terklorinasi substansi perosak ozon seperti 1, 1, 1-trichloroethane.
Pengujian yang dilakukan pada dasarnya untuk mengetahui bilamana terjadi gejala korosi pada sampel logam setelah proses pember.rihan oleh pelarut EMSY 03. Pengujian utama pada penelitian ini adalah pengujian pengildsan ASTM D 1280 yang dirangkai dengan pengujian kekasaran permukaan (ASME B46.I), pengujian AAS. pengamatan mikro dan makro sampel logam, sebelum dan sesudah pencelupan 1, 2 dan 3 jam. Kondisi pengujin untuk kamar dan tanpa agitasi. Selain itu juga dilakuka pengujian untuk mengetahui kecepatan pengeringan dan daya bersih pelarut, karena waktu pengeringan termasuk dalam faktor-faktor yang menyebabkan korosi pada proses pembersihan permukaan logam.
Dari serangkaian pengujian didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa penggunaan pelarut organik EMSY 03 untuk pembersihan permukaan baja tahan karat tipe 430 dan kuningan tipe 44400 tidak menimbulkan dampak negatif gejala karosi seperti penumpukan produk korosi maupun pengikisan permukaan logam. Hasil yang didapat dari pengujian tingkat kebersihan menunjukkan bahwa larut EMSY 03 ini agak sulit mengakat kotoran jika digunakan pada proses pembersihan permukaan logam dengan metode pencelupan konvensional terutama untuk pembersihan komponen berlubang. Selain itu waktu pengeringan pelarut EMSY 03 pada temperature dan tekanan kamar membutuhkan waktu yang lambat, sehingga pada aplikasi di industry dibutuhkan temperature operasi yang lebih tinggi."
2000
S41485
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simamora, Nova
"Latar Belakang : Pekerja di manufaktur sepatu setiap harinya terpajan beragam hazard. Salah satu pajanan adalah pelarut organik. berbagai penelitian melaporkan hubungan yang kuat antara pajanan pelarut organik dengan gangguan fungsi paru obstruksi dan restriksi. Namun belum banyak studi dilakukan untuk mempelajari antara hubungan antara pajanan pelarut organik di manufaktur sepatu dengan faktor-faktor risiko dan gejala klinis gangguan fungsi paru.
Metode : Desain potong lintang melibatkan 134 subyek, Cementing n=67 dan stockfit n=67. Pada bagian cementing terpajan pelarut Aseton, bagian stockfit oleh campuran pelarut Aseton dan klorin. Seluruh subyek dilakukan pemeriksaan fungsi paru dengan menggunakan spirometer menilai KVP dan VEP1/KVP. Subyek dilakukan interview untuk mengetahui gejala klinis, riwayat penyakit dahulu dan riwayat pekerjaan. Kadar pelarut organik di kedua tempat diukur. Analisis statistik menggunakan Chi square dengan p0,05. Multivariat menggunakan regresi logistik metode enter.
Hasil : Didapatkan 23 orang (17%) mengalami gangguan fungsi paru testriksi. Tidak ada hubungan bermakna antara pejalan pelarut organik, faktor-faktor risiko demografi dan okupasi dengan gejala klinis gangguan fungsi paru restriksi (p>-.05) /disebabkan masa kerja < 10 tahun. Proporsi subyek dengan gejala bronkitis kronik, di cementing 40.3%, stockfit 62.7%. analisis chi-square menegaskan adanya hubungan bermakna. Di bagian cementing, diperoleh hasil berikut, faktor risiko umur (p < 0.015), masa kerja (p < 0.05), dan total kumulatif pajanan p < 0.05). Dan hasil uji regresi logistik didapat bahwa di bagian cementing, masa kerja faktor risiko dominan terhadap gejala bronkitis kronik p.
Kesimpulan : Dari studi dapat disimpulkan bahwa pajanan pelarut organik mengakibatkan gejala klinis bronkitis kronik yang berhubungan dengan faktor risiko usia, masa kerja, dan total kumulatif pajanan. Tidak ada hubungan bermakna antara panajan pelarut organik terhadap gangguan fungsi paru. Perlu langkah preventif guna mencegah berkembangnya gejala bronkitis kronik menjadi gangguan fungsi paru. Dilakukan dengan pemakaian alat pelindung diri sesuai dengan pajanan kimia dan pemasangan local exhaust.

Background : Depending on the kinds of production sites, Shoe factory workers are exposed to many kinds of occupational hazards with one of them being exposure to organic solvent. Organic solvent exposure has been reported to have adverse pulmonary effects including obstructive and restrictive pulmonary diseases. The study aimed to investigate association between organic solvent exposure, risk factor, and clinical symptoms of pulmonary functions impairment among shoe factory workers.
Methods : Cross sectional study group consist of 134 workers in two different production parts i.e cementing n 67 and stockfit n 67. Subjects works in cementing part were exposed to aceton, while in stockfit to a combination of aceton and chlorine. To all subjecs, pulmonary functions testing including measurement of FVC and FEV1 FVC Value were perfomed asking about clinical symptoms and the histories of both their health and work records. Statistic analysis using Chi square p,0,05 and logistic regretion for multivariate.
Result : All of subject, 23 17 suffered from restrictive diseases. However bivariate analysis using chi square did not show significant correlation between organic solvent exposure, demografic risk factors, clinical symptoms and restrictive lung diseases p 0.05. This probably due to the short work duration of the subject 10 years. Despite this observation, it is important to note that the study strongly identified chronic bronchitis symptoms among workers in both cementing 40.3 and in stockfit 62.7. Furthermore chi square analysis showed significant correlation between risk factors and chronic bronchitis symptoms in both places. in cementing, it was observed that age (p < 0.05), work duration (p < 0.05) and total cumulative exposure (p < 0.015) were significantly contributed to the symtoms. Whereas in stockfit, the risk factors were as follows, work duration (p < 0.05) and total cumulative exposure (p < 0.05). Logistic regression analysis showed that in cementing, work duration was observed to be the greatest risk factor to the bronchitis related-symtoms, p < 0.008, OR 12.100 and CI95% (1.92-76.23, whereas in stockfit, total cumulative exposure was associated the most with the symtoms p0.039 OR 6.667 CI95% )1.099-40.434).
Conclusions : The result from the present studi indicate that occupational exposure to organic solvent has significant association with clinical symtoms related to chronic bronchitis. Risk factors sucs as age, work duration, and total cumulative exposure are observed to contribute to the symtoms. However, exposure to organic solben did not significantly caused lung function disorger. Preventions are required to avoid the clinical symtoms develope into pulmonary impairment, such as the use personal protection equipment and local exhaust apparatus.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library