Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Inggrid Primadevi
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat dampak tinggal di lingkungan budaya lain terhadap identitas budaya siswa AFS Indonesia. Siswa program AFS yang tinggal di luar negeri selama satu tahun akan mengalami akulturasi psikologis. Akulturasi psikologis adalah perubahan budaya yang terjadi pada diri individu akibat kontak budaya yang berlangsung secara terus menerus antara dua budaya yang berbeda (Graves dalam Berry & Kim, 1988). Akulturasi dapat membawa berbagai perubahan yang salah satunya adalah perubahan identitas budaya (Liebkind, 1996b). Seorang remaja yang tinggal di lingkungan budaya asalnya saja dapat mengalami kebingungan identitas budaya (Phinney dalam Rice, 1996). Maka siswa AFS yang tinggal di lingkungan budaya lain diasumsikan akan mengalami dinamika identitas budaya yang lebih besar dan lebih kompleks karena semakin banyaknya pilihan perilaku budaya dan keinginan untuk conform dengan perilaku tersebut. Identitas budaya sendiri adalah imej individu terhadap nilai dan perilaku yang menjadi karakteristik budayanya, perasaannya mengenai karakteristik budaya dan pemahaman mengenai sejauh mana karakteristik budaya tersebut terefleksikan oleh dirinya (Ferdman, 1995). Identitas budaya juga bisa dikaitkan dengan evaluasi terhadap keanggotaannya dalam kelompok budaya tertentu. Karakterisitik budaya disini akan dilihat pada empat kategori besar yakni keluarga, sekolah, pergaulan sosial remaja dan kehidupan beragama. Metode penelitian adalah metode kualitatif dengan menggunakan wawancara dan observasi. Subyek adalah 4 orang siswa AFS yang sudah kembali (retumee) dari Jepang dan Belgia dalam jangka waktu satu tahun, perempuan, berada dalam tahap remaja akhir (18-22 tahun) dan tinggal di Jakarta. Hasil analisis dan interpretasi menunjukkan bahwa berdasar bentuk budaya Fiske (dalam Triandis, 1994), semua subyek mempersepsi budaya asalnya sebagai budaya kolektivis. Sedangkan subyek yang ke Jepang mempersepsi budaya Jepang di tempat tinggalnya sebagai budaya kolektivis cenderung individualis dan subyek yang ke Belgia mempersepsi budaya Belgia ditempat tinggalnya sebagai budaya individualis. Perbedaan budaya tersebut membuat subyek semakin menyadari aspekaspek budaya asal dan budaya baru selama di luar negeri. Perbedaan tersebut membuat siswa mengevaluasi dan mengubah perilaku budayanya. Dalam hal ini, terdapat tiga pola perubahan identitas budaya siswa selama di luar negeri, yakni mempertahankan dan tidak mempertahankan identitas budaya asalnya serta mempertahankan identitas budaya asalnya dengan mengadopsi perilaku budaya barunya. Terjadinya pola perubahan ini bervariasi dari satu siswa ke siswa lain, tergantung dari latar belakang budaya siswa dan budaya baru yang ditemui siswa. Namun terdapat kecenderungan bahwa perubahan yang dilakukan selama di luar negeri adalah perubahan yang sejalan dengan budaya asal siswa. Selain itu ditemukan pula bahwa semua siswa tidak mempertahankan identitas budaya asalnya dalam hal kebiasaan hidup sehari-hari seperti kebiasaan mengucapkan salam. Secara keseluruhan, dinamika yang dialami subyek sangat besar mengingat perbedaan budaya yang ada dan kecenderungan subyek untuk selalu mengubah perasaan dan perilakunya setiap kali masuk ke dalam lingkungan budaya baru. Walaupun perilaku mereka berubah, namun siswa justru lebih merasa sebagai bagian dari budaya Indonesia dan bangga terhadap hal tersebut selama di luar negeri. Ini terlihat dari usaha subyek untuk membela nama baik Indonesia jika mereka mendengar berita-berita negatif mengenai Indonesia dan bangga menampilkan atraksi budaya Indonesia. Usia remaja ternyata adalah usia yang tepat untuk mengirimkan siswa ke luar negeri dalam rangka program pertukaran pelajar karena remaja senang mencoba hal-hal baru. Namun demikian, penyusunan program orientasi dan reorientasi dengan materi karakteristik budaya baru yang lebih spesifik serta pengaktifan peran konselor selama siswa di luar negeri disarankan untuk lebih ditingkatkan.
2002
S3082
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri A. P. Soekirman
Abstrak :
ABSTRAK
American Field Service International, suatu badan yang mengelola program pertukaran siswa dari berbagai negara, pernah melakukan suatu penelitian untuk mengetahui dampak pengalaman menetap di luar negeri pada para pesertanya. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa beberapa karakteristik pribadi, di antaranya kesadaran akan kesempatan-kesempatan lain; kemampuan beradaptasi dan kemandirian tanggung jawab atas diri sendiri, meningkat secara positiĀ£ akibat mengikuti program AFS. Skripsi ini membahas mengenai sosialisasi yang diperoleh individu dari suatu lingkungan dengan kebudayaan yang sama sekali berbeda dengan kebudayaan asalnya dan hubungannya dengan peningkatan ketiga karakteristik AFS tersebut. Sosialisasi yang dikaji dalam tulisan ini ialah yang diperoleh individu dari lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan di luar keluarga dan sekolah ketika berada di luar negeri. Adapun pertanyaan peneLitian skripsi ini ialah apakah ada kecenderungan meningkatnya ketiga karakteristik tersebut pada para peserta AFS Indonesia, dan apakah sosialisasi yang mereka terima ketika berada di luar negeri berhubungan dengan peningkatan ketiga karakteristik ini. Dalam penelitian ini, sampel ditentukan pada peserta AFS Indonesia angkatan 1981-1986 yang dikirim ke Amerika Serikat dalam rangka mengikuti Program Pengiriman Satu Tahun sebagai kelompok individu yang pernah mengalami kontak secara langsung dengan suatu kebudayaan asing (30 responden). Penelitian ini juga menggunakan sebuah kelompok pembanding yang terdiri dari individu-individu yang tidak mempunyai pengalaman tersebut (30 responden). Adapun data diperoleh dengan mengirimkan kuesioner (mailedquestionaire) dan wawancara mendalam. Setelah dikaji, kesimpulan yang dapat ditarik ialah bahwa ada kecenderungan meningkatnya ketiga karakteristik ini pada para peserta AFS. Indonesia. Tampak pula bahwa sosialisasi yang diterima peserta AFS dari lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan di luar keluarga dan sekolah ketika di Amerika Serikat berhubungan dengan peningkatan kesadaran akan kesempatan-kesempatan lain; kemampuan beradaptasi dan kemandirian tanggung jawab atas diri sendiri.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library