Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fitra Abriwibawa
"Penggunaan bahan bakar fosil yang tak terbaharukan secara terus menerus akan membawa dunia pada krisis energi. Pengembangan energi terbaharukan mutlak diperlukan sebagai solusi untuk menjawab permasalahan ini. Di Indonesia permasalahan sampah juga telah mencapai tingkat mengkhawatirkan, besarnya timbulan sampah tak diimbangi kemampuan mengolah sehingga telah mengakibatkan bencana seperti banjir dan wabah penyakit. Pengolahan sampah dengan teknologi anaerobik digestion sangat tepat karena mampu menghasilkan biogas sebagai energi terbaharukan dan sekaligus membantu mengatasi permasalahan sampah.
Volume terbentuknya gas dalam proses Dekomposisi fakultatif sangat dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya adalah perubahan variasi komposisi bahan baku dan penambahan bakteri. Penelitian experimental ini bertujuaan untuk mendapatkan identifikasi awal terbentuknya gas pada dekomposisi fakultatiff campuran sampah pekarangan dan sampah dapur.
Didapatkan hasil bahwa Dekomposisi Fakultatif campuran sampah pekarangan dan sampah dapur akan menghasilkan gas. Semakin banyak kandungan sampah pekarangan maka akan semakin sedikit gas yang dihasilkan, sebaliknya semakin banyak kandungan sampah dapur maka akan semakin banyak gas yang dihasilkan. Penambahan bakteri EM4 akan memberikan pengaruh secara langsung terhadap volume gas yang dihasilkan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S50542
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Ayu Rai Sawitri
"Pola pekarangan masyarakat desa Pakraman di Bali, didasari atas konsep Tri Hita Karana. Konsep tersebut mengatur ruang pekarangan untuk menciptakan hubungan yang harmonis dengan sang pencipta (Parahyangan), manusia (Pawongan) dan lingkungan (Palemahan). Penelitian ekologi pekarangan dilakukan di desa Pakraman, Buleleng Bali bertujuan untuk mengetahui kekayaan dan keanekaragaman serta menggali informasi mengenai potensi pemanfaatan spesies tanaman pekarangan.
Penelitian ini mencakup keanekaragaman, persepsi dan pengetahuan pemanfaatan spesies tanaman pekarangan pada tiga lokasi altitude (h) yaitu daerah altitude rendah (h≤500 m dpl), altitude menengah (500
Hasil penelitian menunjukkan jumlah spesies yang ditemukan sebanyak 304 spesies dari 229 genus dan termasuk dalam 95 famili. Kekayaan spesies di daerah rendah sebanyak 227 spesies, menengah 202 spesies dan tinggi 156 spesies. Hasil perhitungan indeks keanekaragaman spesies (H?) Shannon-Wiener pada 3 kategori altitude menunjukkan penurunan keanekaragaman seriring dengan peningkatan ketinggian. Hasil analisis dengan Local User's Value Index (LUVI) diperoleh 9 kategori guna dari keseluruhan lokasi penelitian yaitu bahan makanan, hiasan atau ornamen, ritual, peneduh atau perindang, obat-obatan, penulak bala (mitos), sumber penghasilan, menyama braya (sosial) dan pewarna, namun ditemukan perbedaan persepsi fungsi pekarangan bagi masyarakat pada tiap daerah ketinggian. Spesies tanaman dengan nilai kepentingan budaya (ICS-Index of Cultural Significance tertinggi adalah nyuh biasa (Cocos nucifera) sebesar 156 dengan 14 jumlah pemanfaatan.

Balinese homegarden at Pakraman villagers in Bali, is based on the concept of Tri Hita Karana (THK). The concept of managing the yard space to create a harmonious relationship with the creator (Parahyangan), human (Pawongan) and the environment (Palemahan). Ecological research conducted in the village Pakraman homegarden, Buleleng Bali aims to find and explore the richness and diversity of plants spescies and also to get information about the potential use of plants species.
This study includes diversity, perceptions and knowledge utilization homegarden plant species in three locations height (h) that is a low area (h ≤500 m asl), medium (500 < h <1000 m above sea level) and high (h ≥1000 m asl) to further grouped by extents (a) is a small yard (a ≤300 m2), medium (300
The results showed the number of species found as many as 304 species from 229 genera and included in 95 families. Lower species richness in the area as much as 227 species, 202 species of medium height and 156 species. Results of calculation of the index of species diversity (H ') Shannon-Wiener at 3 height categories showed a decline diversity with increased height. Results of the analysis by the Local User's Value Index (LUVI) gained 9 categories in order of overall research sites are foodstuffs, ornaments, ritual, shade, drugs, penulak bala (myth), source of income, menyama braya (social) and dyes, but found differences in the perception of the homegarden functions for society at every altitude. Plant species named nyuh biasa (Cocos nucifera) has highest Index of Cultural Significance (ICS) value of 156 in 14 types of utilization."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
T43640
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Dian Rosadi
"Telah dilakukan penelitian tentang keanekaragaman tumbuhan obat pascapersalinan di pekarangan masyarakat Sunda Desa Ciburial, Banten. Tujuan pertama penelitian yaitu untuk mengetahui keanekaragaman tumbuhan obat pascapersalinan, berdasarkan pengetahuan lokal masyarakat Sunda Desa Ciburial. Metode penelitian dilakukan dengan pendekatan etnobotani melalui wawancara. Tujuan kedua yaitu mengetahui Indeks Nilai Penting tumbuhan obat pascapersalinan di pekarangan masyarakat Sunda Desa Ciburial. Metode penelitian yang dilakukan yaitu analisis vegetasi dengan kuadrat ganda. Tumbuhan obat yang dimanfaatkan masyarakat Sunda Desa Ciburial untuk pengobatan pascapersalinan mencapai 46 spesies. Terdapat tiga spesies tumbuhan obat yang memiliki intensitas pemanfaatan tertinggi yaitu Jahe Zingiber officinale, Cikur Kaempferia galanga dan Koneng Curcuma domestica. Hasil analisis vegetasi menunjukan bahwa sebanyak 36 spesies tumbuhan obat pascapersalinan diperoleh dari pekarangan. Tumbuhan obat di pekarangan yang memiliki Indeks Nilai Penting INP tertinggi pada kelompok liana yaitu areuy hatta Lygodium circinatum , terna yaitu nampong Siegesbeckia orientalis , perdu yaitu harendong Melastoma malabathricum , dan pohon yaitu kalapa Cocos nucifera.

Research regarding plants diversity on post partum recovery medical used in sundanese community forecourts in ciburial village, Banten has been conducted. This research was aimed to find out plants diversity on post partum recovery medical used, based on sundanese community perspectives. Research methods used ethnobotany perspectives interview. Another aim is to find out importance value indeks of plants used to post partum recovery medical in sundanese community forecourts. Research methods used vegetation analysis with double quadrate. Medicinal plants used by the sundanese community to reach up to 46 species. These three medicinal plants have the highest intensity in utilization, ginger Zingiber officinale , cikur Kaempferia galanga and koneng Curcuma domestica . Vegetation analysis results showed that 36 medicinal plant species obtained from forecourts. Medicinal plants in forecourts which had highest importance value index in liana group was areuy hatta Lygodium circinatum , in terna group was nampong Siegesbeckia orientalis , in perdu group was harendong Melastoma malabathricum and in tree group was kalapa Cocos nucifera.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S66633
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tika Putri Agustina
"ABSTRAK
Pekarangan adalah salah satu lanskap khas pedesaan, yang memiliki berbagai fungsi krusial. Pekarangan juga merupakan tempat konservasi berbagai sumberdaya hayati lokal. Pekarangan di Kecamatan Pujon telah mulai di kelola kembali sejak adanya kegiatan wisata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman vegetasi penyusun pekarangan di Kecamatan Pujon dan juga mendokumentasikan pengetahuan lokal mengenai manfaatnya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-November 2018. Sebanyak 90 pekarangan telah dijadikan sampel. Terdiri dari 30 pekarangan di dekat sungai, 30 pekarangan di dekat akses jalan dan 30 pekarangan di dekat hutan. Pekarangan tersebut dikelompokkan ke dalam tiga kategori ukuran yaitu besar, sedang dan kecil. Data diambil menggunakan wawancara terstruktur dan semi terstruktur terhadap pemilik pekarangan. Data dianalisis secara kualitatif dengan statistika deskriptif untuk menggambarkan pengetahuan lokal masyarakat. Data tumbuhan dianalisis dengan menghitung Nilai Indeks Penting (INP), Indeks Shannon-Wiener, Indeks kesamaan dan ketidaksamaan. Data pengetahuan lokal dianalisis dengan menghitung nilai kepentingan lokal (Local Users Value Index, LUVI) dan nilai kultural (Index of Cultural Significance, ICS). Terdapat 5 lanskap di Kecamatan Pujon yaitu sawah, tanah tetelan, tegalan, pekarangan dan hutan. Pekarangan merupakan lanskap terpenting keempat dari kelima lanskap tersebut. Terdapat 13 kategori guna tanaman pada pekarangan di Kecamatan Pujon. Tiga belas kategori guna tersebut adalah pangan (PDM=13,3), sayuran (PDM=11,6), bumbu (PDM=9,4), buah (PDM=8,6), minuman (PDM=8,1), obat (PDM=7,9), pakan ternak (PDM=7,7), ornamental (PDM=7,6), papan (PDM=7,1), ritual (PDM=6,5), pagar (PDM=5,3), pewarna (PDM=4,6) dan tanaman pengganggu (2,3). Pekarangan di dekat sungai memiliki nilai INP paling tinggi, diikuti oleh pekarangan di dekat hutan dan pekarangan di dekat jalan. Berdasarkan Indeks Shannon-Wiener, keanekaragaman jenis tanaman pada pekarangan di Kecamatan Pujon termasuk ke dalam kategori sedang-tinggi. Indeks kesamaan antara pekarangan berdasarkan ukurannya, lebih kecil dari pada indeks ketidaksamannya. Sebanyak 39 tanaman yang terdiri dari 3 tanaman penting dalam masing-masing kategori telah dihitung nilai kulturalnya. Bagi masyarakat di Kecamatan Pujon tanaman yang memiliki nilai ICS tinggi adalah klopo (Cocos nucifera) (ICS=53,42) dan gedang (Musa x paradisiata) (ICS=45,83). Pekarangan di Kecamatan Pujon memiliki berbagai jenis tanaman yang berguna bagi pemiliknya. Pekarangan juga memberikan ecosystem services terhadap lingkungan disekitarnya.

ABSTRACT
Home garden is one of the rural traditional landscapes, which has various crucial functions. Home garden also a place to conserve various local resources. Home garden in Pujon Sub-district has begun to be managed again since the existence of tourism activities. This research was conducted in April-November 2019. In total 90 home gardens were sampled. It consists of 30 home gardens near the river, 30 home gardens near the road access and 30 home gardens near the forest. These home garden grouped into three categories there are large, medium and small sizes. Data was taken using structured and semi-structured interviews with the home garden owner. Data were analyzed qualitatively with descriptive statistics to analyze local knowledge. Vegetation data were analyze by calculating Important Value Index (IVI), Shannon-Wiener indeks, simillarity and dissimilarity index. Local knowledge data were analyzed by calculating Index Cultural Significance (ICS), and Local User Value Index (LUVI). There are 5 landcapes in Pujon Sub-district there are, sawah, tanah tetelan, tegalan, home garden and forests. Home garden is the fourth important lanskap in Pujon Sub-district. There are 13 categories of plants used in the home garden in Pujon Sub-district. There are food (PDM = 13.3), vegetables (PDM = 11.6), spices and herbs (PDM = 9.4), fruit (PDM = 8.6), beverages (PDM = 8.1), medicinal plant (PDM = 7.9), fodder (PDM = 7.7), ornamental (PDM = 7.6), home material (PDM = 7.1), ritual and spiritual (PDM = 6.5), fence (PDM = 5.3), natural coloring for foods (PDM = 4.6) and weeds and grasses (2,3). Home garden near the river have hightest IVI, followed by home garden near the forest and home garden near the road. Based on Shannon-Wiener Index, the flora diversity of home garden In Pujon Subdistrict are medium-rich. Simillarity index between home garden based on their sizes, are smallest than the dissimilarity index. In total 39 plants have analyzed using ICS, its consist of 3 plant from each categories. For the people in Pujon Sub-district, the plants that have high ICS were klopo (Cocos nucifera) (ICS = 53.42) and gedang (Musa x paradisiata) (ICS = 45.83). Home garden in Pujon Subdistrict consist of many plant species that have important role for the owner. Home garden also provide ecosystem services for the environtment.
"
2019
T53766
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wika Mardhiyah
"Pengembangan manfaat tumbuhan obat dimulai dengan mengumpulkan informasi dari pengetahuan lokal yang dimiliki berbagai etnis. Salah satu etnis yang unik di Indonesia adalah etnis Minangkabau yang berasal dari Nagari Tuo Pariangan karena memiliki sistem matrilineal. Berdasarkan survey pendahuluan diketahui bahwa sebagian besar tumbuhan obat di Nagari Tuo Pariangan dibudidayakan di pekarangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji pengetahuan tradisional masyarakat mengenai tumbuhan obat dan potensi pekarangan sebagai kawasan konservasi. Penelitian dilaksanakan selama sembilan bulan pada bulan Januari sampai September 2019. Pengambilan data etnobotani dilakukan dengan wawancara semiterstruktur pada 7 orang informan kunci dan 46 orang responden umum. Pengambilan data etnoekologi pekarangan dilakukan dengan analisis vegetasi pada 30 buah rumah. Data etnobotani diolah dengan menghitung Use Value (UV), Index of Cultural Significance (ICS), dan Relative Frequency of Citation (RFC). Data etnoekologi diolah dengan menghitung Indeks Nilai Penting (INP), Indeks Keanekaragaman (H), Indeks Kemerataan (e), dan Kekayaan Spesies (DMg). Analisis data dilakukan secara statistika deskriptif. Masyarakat memanfaatkan 139 spesies tumbuhan obat yang tergolong ke dalam 110 genus dan 59 famili. Tumbuhan obat digunakan untuk mengobati 73 jenis penyakit yang dikelompokkan menjadi 10 kategori. Curcuma longa, Kalanchoe laciniata, Zingiber officinale, dan Orthosiphon aristatus merupakan tumbuhan obat dengan UV, ICS, dan RFC yang tinggi. Sebagian besar tumbuhan obat menurut masyarakat memiliki UV, ICS, dan RFC yang termasuk ke dalam kategori rendah sehingga perlu dikonservasi. Masyarakat menanam 197 sepesies tanaman di pekarangan, termasuk ke dalam 148 genus dan 67 famili. Jumlah spesies tanaman terbanyak ditemukan di pekarangan Jorong Pariangan (117 spesies), sementara persentase tanaman obat tertinggi ditemukan di pekarangan Jorong Guguak (65,6%). Indeks keanekaragaman, kemerataan, dan kekayaan spesies tanaman obat di pekarangan yang tergolong tinggi membuktikan bahwa masyarakat Nagari Tuo Pariangan menanam cukup banyak spesies tanaman obat. Pekarangan dapat dimanfaatkan sebagai kawasan konservasi tanaman obat.

Development of the benefits of medicinal plants begins with gathering information from local knowledge held by various ethnic groups. One of the unique ethnic groups in Indonesia is the Minangkabau ethnic originating from Nagari Tuo Pariangan because it has matrilineal system. Based on preliminary surveys it is known that most of the medicinal plants in Nagari Tuo Pariangan are cultivated in the yard. The purpose of this study is to examine the traditional knowledge of community about medicinal plants and the potential of yard as a conservation area. The research was conducted for nine months from January to September 2019. The collection of ethnobotanical data was carried out by semistructured interviews with 7 key informants and 46 general respondents. Ethnoecological data was collected by analyzing vegetation in 30 houses. Ethnobotanical data was processed by calculating the Use Value (UV), Index of Cultural Significance (ICS), and Relative Frequency of Citation (RFC), while ethnoecological data is processed by calculating the Importance Value Index (INP), Diversity Index (H), Evenness Index (e), and Species Richness (DMg). Data analysis was performed by descriptive statistics. The community utilizes 139 species of medicinal plants belonging to 110 genera and 59 families. Medicinal plants are used to treat 73 types of diseases which are grouped into 10 categories. Curcuma longa, Kalanchoe laciniata, Zingiber officinale, and Orthosiphon aristatus are medicinal plants with high UV, ICS, and RFC. Most of the medicinal plants according to the community have UV, ICS, and RFC which are included in the low category, so it needs to be conserved. The community planted 197 species in the yard, including 148 genera and 67 families. The highest number of plant species was found in Jorong Pariangan (117 species), while the highest percentage of medicinal plants was found in Jorong Guguak (65.6%). Index of diversity, evenness, and richness of medicinal plants in the yard which are classified as high prove that Nagari Tuo Pariangan community plant quite a number of medicinal plants. The yard can be used as conservation area for medicinal plants.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T54887
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitepu, Rebecca Sarah
"Skripsi ini membahas mengenai perbandingan konstruksi hukum pengabdian pekarangan di Indonesia dan Amerika Serikat. Konstruksi hukum pengabdian pekarangan di Indonesia dan Amerika Serikat sedikit berbeda karena pengabdian pekarangan servitude yang dikenal di Amerika Serikat dibagi menjadi 4 empat tipe dimana pembagian ini tidak dikenal di dalam konstruksi hukum pengabdian pekarangan yang ada di Indonesia. Permasalahan ini ditinjau dari perbandingan hukum dengan metode penelitian yuridis normatif dan penulisan bersifat deskriptif. Data dalam penulisan ini diperoleh dari studi dokumen sebagai data utama dari penulisan kualitatif. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa baik Indonesia maupun Amerika Serikat memiliki ciri khas dalam masing-masing konstruksi hukumnya dan terdapat persamaan maupun perbedaan dalam konstruksi hukum pengabdian pekarangan.

This thesis discusses the comparison in the construction law of servitudes in Indonesia and the United States of America. There are differences between Indonesia and the United States of America rsquo s construction law of servitudes which are servitudes known in the United States consist of 4 four types which are different from servitudes known in Indonesia. With normative legal research methods and descriptive writing, the data in this study were obtained from documents study as the main data of qualitative writing. The result showed that both Indonesia and the United States of America have their own distinctive characteristic and there are differences and similarities in the law construction of servitudes.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2017
S66159
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harris Susanto
"Potensi luas pekarangan di Indonesia sebesar 10,3 juta Ha dan tanaman Gynura procumbens yang mempunyai manfaat: a). sumber karbohidrat, b). sumber vitamin dan mineral, dan c). mencegah penyakit kanker, obat alternatif untuk membantu mengatasi diabetes dan darah tinggi, belum diteliti oleh komunitas dan pebisnis. Hal ini menimbulkan gagasan membentuk role model hubungan penanaman daun G. procumbens dan produsen salad daun agar memberikan manfaat ekonomis, sosial, ekologi bagi pemilik lahan dan potensi mendukung tujuan SDGs. Metode riset adalah mengukur produktivitas tanaman G. procumbens, manfaat ekologi, manfaat ekonomi pekarangan dan melakukan investasi di industri salad dengan hasil sebagai berikut: produktivitas G. procumbens sebesar 4,5 kg/m2/45 hari, active income sebesar Rp 705.460,00 ditambah dengan insentif Rp 1.000,00 per kemasan salad daun yang terjual, serapan karbon 578,4 g/m2/tahun, produksi oksigen 121,5 g/m2/tahun, serta berhasil dikembangkan konsep hulu-hilir untuk terjadinya keberlanjutan usaha pemanfaatan pekarangan berwawasan lingkungan sebagai pendukung tujuan ke-12 SDGs.

A potential backyard area in Indonesia of 10.3 million Ha in Indonesia combined with the unique characteristic of Gynura procumbens which serves as source of a). Carbohidrate, b). Minerals and vitamins, and c). an alternative remedy for diabetic and high blood pressure has not been researched by both the community and businessmen. This research aims to establish a role model on capitalizing backyard by growing G. procumbens and link it with fresh leaf salad producer, through down-streaming process to provide ecology, economy and social benefits. The methodology for the research utilises several parameter measurements such as productivity of growing G. procumbens, benefit in ecology, backyard economic and social as well as making investment to become a salad producer. The results of the research are: the salad production capacity achieving 4,5 kg/m2/45 days consisting of active income of 705,460 IDR, carbon absorption of 578,4 gCO2eq/m2/year, oxygen production of 121,5 gO2eq/m2/year. In addition, upstream-downstream concept was sucessfully carried out to promote the continuation of ecology-oriented backyard utilization to support number 12nd goal of SDGs."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ovita Trianingsih
"Tantangan utama bagi ketahanan pangan perkotaan adalah perspektif kebijakan publik yang hanya mempertimbangkan ketahanan pangan dari sudut pandang pedesaan, sementara kegiatan pertanian di kota dinilai tidak relevan. Dalam menghadapi tantangan tersebut, pemerintah lokal Kota Depok telah mengembangkan program sistem pangan perkotaan lokal yang disebut Pekarangan Pangan Lestari (P2L) di Kecamatan Bojongsari. Keberadaan P2L mempengaruhi peningkatan skor ketahanan pangan Kota Depok sebesar 1,68 dalam 5 tahun dan menempatkan Kota Depok sebagai kota dengan indeks ketahanan pangan tertinggi ke-10 di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mendokumentasikan karakteristik dan pemanfaatan P2L di Kecamatan Bojongsari. Penelitian dilakukan dengan wawancara mendalam dengan 30 orang dan observasi lapangan di 33 P2L. Data etnobotani diolah dengan menghitung H’ Indeks, Indeks Kesamaan Jaccard, species Use Value (sUV), dan Fidelity Level. Area Pekarangan Pangan Lestari (P2L) di Kecamatan Bojongsari dapat ditemukan di kelurahan-kelurahan Duren Seribu, Duren Mekar, Pondok Petir, dan Serua, yang dikategorikan sebagai sedang dan sempit, dan dikelola oleh kelompok Wanita Tani. P2L berfungsi sebagai lumbung hidup, warung hidup, apotek hidup, pembibitan, peternakan, dan perikanan. Sebanyak 92 spesies yang termasuk dalam 86 genus dan 47 famili diidentifikasi di Kecamatan Bojongsari. Tanaman-tanaman ini telah digunakan oleh masyarakat di Kecamatan Bojongsari sebagai sumber obat, sayuran, rempah-rempah dan bumbu, vitamin, dan karbohidrat masing-masing sebesar 55%, 17%, 10%, 9%, dan 8%. Selain itu, terdapat beberapa hewan yang dipelihara di P2L seperti ayam, kambing, dan lele. Indeks keanekaragaman tergolong tinggi, sedangkan indeks kesamaan rendah. Setiap pekarangan memiliki komoditi yang berbeda-beda tergantung preferensi masing-masing Kelompok Wanita Tani. Berdasarkan hasil kajian kuantitatif diketahui bahwa kategori sUV dibagi menjadi dua yaitu rendah (0,03) dan sedang (0,07). Terdapat 78 spesies tanaman memiliki sUV kategori rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar tanaman belum diketahui manfaat-manfaat lainnya oleh Kelompok Wanita Tani. Spesies yang memiliki Fidelity leveltinggi atau paling sering digunakan untuk pangan dan obat oleh responden dari daerah penelitian antara lain Xanthosoma sagittifolium atau kimpul, Ipomoea aquatica atau kangkung, Capsicum annuum atau cabe, Curcuma longa atau kunyit, Zingiber officinale atau jahe

The main challenge to urban food security is the public policy perspective that only considers food security from a rural point of view, while urban agriculture is deemed irrelevant. In addressing this challenge, the local government of Depok City has developed a local urban food system program called Sustainable Food Gardens (Pekarangan Pangan Lestari - P2L) in Bojongsari District. The existence of P2L has increased Depok City's food security score by 1.68 over five years, positioning Depok as the 10th highest city in Indonesia for food security index. This research aims to document the characteristics and utilization of P2L in Bojongsari District. The study was conducted through in-depth interviews with 30 people and field observations in 33 P2Ls. Ethnobotanical data was processed by calculating the H’ Index, Jaccard Index, Use Value (UV), and Fidelity Level. The areas of Sustainable Food Gardens (P2L) in Bojongsari District can be found in the villages of Duren Seribu, Duren Mekar, Pondok Petir, and Serua, categorized as moderate and small, and managed by Women Farmers Groups. P2L functions as living granaries, living shops, living pharmacies, nurseries, livestock, and fisheries. A total of 92 species belonging to 86 genera and 47 families were identified in Bojongsari District. These plants have been used by the community in Bojongsari District as sources of medicine, vegetables, spices and seasonings, vitamins, and carbohydrates, at 55%, 17%, 10%, 9%, and 8%, respectively. Additionally, several animals are kept in the P2Ls, such as chickens, goats, and catfish. The diversity index is categorized as high, while the similarity index is low. Each garden has different commodities depending on the preferences of each Women Farmers Group. Based on quantitative study results, it is known that the sUV category is divided into two, low (0.03) and moderate (0.07). There are 78 plant species with a low sUV category. This indicates that most plants' other benefits are not yet known by the Women Farmers Groups. Species with high Fidelity levels or most frequently used for food and medicine by respondents from the study area include Xanthosoma sagittifolium or kimpul, Ipomoea aquaticaor kangkung, Capsicum annuum or cabe, Curcuma longa or kunyit, Zingiber officinale or jahe.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library