Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Teguh Srinadi
"Pegunungan Kendeng, yang merupakan pegunungan lipatan, yang memanjang dari Semarang sampai Surabaya, tepat di utara Ngawi diterobos silang oleh Bengawan Solo sehingga membentuk lembah melintang. Pengangkatan Pegunungan Kendeng lebih lanjut menyebabkan Bengawan Solo menoreh alas lembahnya (erosi vertikal), untuk menjaga keseimbangannya. Proses tersebut dinamakan anteseden. Pada lembah anteseden ditemukan teras-teras sungai. Teras sungai pada dasarnya merupakan suatu sisa alas lembah yang terbentuk karena perubahan letak alas erosi, yang dapat dipengaruhi oleh eustasi, iklim, atau tektonik. Kenampakan-kenampakan yang terdapat di lembah melintang, dan khususnya lembah anteseden tidak terlepas dari pengaruh 2 kekuatan, endogen dan eksogen.
Yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik lembah melintang khüsusnya dengan penekanan pada karakteristik teras-teras sungai anteseden.
Adapun masalah yang hendak dibahas adalah bagaimana karakteristik geomorfologi lembah melintang dan karakteristik teras-teras sungai anteseden ?"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1990
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gardhika Waskita Paksi
Bandung: Mahasiswa Pencinta Alam, Universitas Katolik Parahyangan, 2011
R 719.32 RAN s
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Steenis, C.G.G.J. van
Jakarta: LIPI Press, 2010
577.53 STE f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Kusratmoko
"Tujuan dari tulisan ini adalah terungkapnya gambaran tentang distribusi curah hujan pada wilayah pegunungan dan korelasinya dengan faktor topografi (ketinggian dan lereng). Tiga wilayah pegunungan di pulau Jawa diambil sebagai daerah penelitian meliputi, wilayah pegunungan di sekitar Dataran Tinggi Bandung (Geomer I), seluruh wilayah pegunungan pedalaman Jawa Tengah (Geomer II), dan wilayah pegunungan di sekeliling Dataran Tinggi Malang (Geomer III), yang kemudian masing- masing Geomer ini dibagi menjadi 2 wilayah analisis yaitu, wilayah lereng Utara dan wilayah lereng Selatan. Sebanyak 227 stasiun pengamat hujan di pilih dalam penelitian in, dengan perincian 73 stasiun di Geomer I, 86 stasiun di Geomer II, dan 68 stasiun di Geomer III.
Data curah hujan yang dipakai adalah data curah hujan untuk periode tahun 1912- 1942. Distribusi curah hujan yang dibahas meliputi distribusi curah hujan untuk bulan Agustus den bulan Januari, distribusi curah hujan musim hujan dan musim kering, serta distribusi cursh hujan tahunan.
Distribusi curah hujan dalam penelitian ini adalah variabel tidak bebas (variabel Y), sedangkan ketinggian, lereng, dan anus angin permukaan merupakan vaniabel bebas ( variabel x)"
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1988
S33349
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Martel, Yann
Jakarta: Gramedia Pustaka utama, 2017
813 MAR p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Bungaran Antonius
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2010
305.8 SIM m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Hylkema, S.
"Buku ini menceritakan tentang bagaimana orang-orang di pegunungan dan tentang orang-orang yang ada di Irian khususnya Irian Barat dalam penceritaan berbahasa Belanda."
s'-Gravenhage : Martinus Nijhoff, 1974
BLD 572 HYL
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ridha Chairunissa
"Kualitas sinyal telepon seluler di wilayah pegunungan (Kecamatan Cisarua) memiliki kuat sinyal yang bervariasi. Hal ini dipengaruhi oleh variabel-variabel seperti jarak dari BTS, ketinggian tempat, ketinggian BTS, dan arah hadapan lereng.Dari keempat variabel tersebut, variabel ketinggian tempat dan jarak dari BTS mempunyai hubungan yang kuat terhadap kualitas sinyal. Perhitungan korelasi antara kualitas sinyal dengan ketinggian BTS dihasilkan bahwa tidak ada hubungan antara kualitas sinyal dengan ketinggian BTS. Hasil tersebut didapat dari perhitungan korelasi Pearson Product Moment. Penyusunan model keruangan dihasilkan dari persamaan matematis yang dispasialkan dalam bentuk grid. Model keruangan kualitas sinyal telepon seluler di wilayah pegunungan (Kecamatan Cisarua) dibagi ke dalam 5 kelas, yaitu baik, cukup baik, kurang baik, buruk, dan sangat buruk. Kualitas sinyal yang baik cenderung berada di bagian barat daerah penelitian dan mengelilingi BTS. Kualitas sinyal yang kurang baik hingga sangat buruk berada di bagian tengah hingga ke selatan daerah penelitian. Secara keseluruhan, model keruangan kualitas sinyal telepon seluler di wilayah pegunungan (kecamatan Cisarua) memperlihatkan bahwa semakin ke arah timur, maka kualitas sinyal semakin menurun seiring dengan bertambahnya ketinggian tempat."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S34170
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Windi Susetyo Ningrum
"ABSTRAK
Kesenian kerap kali dipandang dan dikaitkan dengan permasalahan global dan perekonomian. Suatu seni akan berubah sesuai dengan pangsa pasar, bukanlah suatu fenomena baru. Sayangnya, keberadaan kesenian kurang dilihat secara mendalam terkait keberadaan dirinya. Thesis ini bertujuan untuk melihat kesenian dari sudut pandang habitus masyarakatnya. Beberapa kelompok seni di Desa Bandyngrejo, Kab. Ngablak, Kec. Magelang, Jawa Tengah ini memiliki strategi untuk melestarikan kesenian. Keberadaan mereka yang dari luar nampak bersaing, nyatanya memiliki cerita berbeda di dalamnya. Rumusan masalah akan dijawab melalui pendekatan kualitatif dan metode etnografi. Data-data yang didapatkan berasal dari wawancara, observasi, dan penelurusan dokumen. Pada metode observasi, saya ikut berpartisipasi akan kegiatan yang dilaksanakan masyarakat Bandungrejo dan juga kelompok seni. Temuan dilapangan menunjukan bahwa kesenian tidak dapat diukur dengan uang. Habitus merupakan alasan yang kuat suatu kelompok agar tetap mempertahankan dirinya. Kesenian tetap hadir bukan karena ada ancaman, namun habitus masyarakat desa sangat mendukung dan berpengaruh pada seni. Ditambah dengan paradigma labeling sebagai lsquo;desa seni rsquo;, perubahan karakter masyrakat dari negatif ke positif, dan juga seni dikatakan sebagai komunitas terbayangkan. Seni, jika dilihat secara holistik lagi akan memiliki makna yang berbeda.

ABSTRACT
Art is often viewed and linked to global issues and the economy. An art will change according to market share is not a new phenomenon. Unfortunately, the existence of art is not seen in depth related to its existence. This thesis aims to see art from the point of view of the community 39 s habitus. Some art groups in Bandungrejo Village, Kab. Ngablak, Kec. Magelang, Central Java have a strategy to preserve the arts. Their existences look like be competitive each other. it is however differ from the reality. Problem formulation will be answered through qualitative approach and ethnography method. The data obtained comes from interviews, observation, and documents research. In the observation method, I participated in the activities undertaken by the Bandungrejo community and the art group as well. Field findings show that art can not be measured by money. Habitus is a strong reason for a group to maintain itself. A threat is not a reason why art remains its existence, due to the habitus of the village community is very supportive and influential on art. Furthermore, the paradigm of labelling as 39 art village 39 , the changing of society 39 s character from negative to positive have an impact that art is said to be the unimaginable community. Again, art will have a different meaning if it is viewed in holistic way."
2018
T50678
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>