Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 30 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jana Hafiza
Abstrak :
ABSTRAK
Poliuretan merupakan jenis polimer yang dihasilkan dengan mereaksikan bahan kimia reaktif poliol dan diisosianat. Penambahan lignin pada poliuretan dapat dijadikan sebagai kompatibiliser karena lignin memiliki gugus polar dan nonpolar. Penelitian ini dilakukan pembuatan produk hibrida poliuretan berbasis lignin dengan menggunakan polietilen glikol PEG dan 4,4 rsquo; metilenbis sikloheksil isosianat HMDI serta lignin sebagai kompatibiliser. Variabel yang digunakan adalah penambahan berat molekul PEG dan mol HMDI dengan 0,5 gram lignin. Produk kemudian dikarakterisasi dengan menggunakan FT-IR Fourier Transform Infra-Red Spectroscopy , 1H-NMR Nuclear Magnetic Resonance , STA Simultaneous Thermal Analysis , SEM Scanning Electron Microscopy , serta sudut kontak. Hasil pengujian NMR diketahui bahwa gugus hidrogen meningkat seiring dengan peningkatnya berat molekul PEG. Spektra FTIR memperlihatkan pita serapan gugus alkohol yang lebih tinggi dengan penggunaan PEG 6000. Berdasarkan grafik STA terlihat bahwa bertambahnya berat molekul PEG akan semakin meningkatkan temperatur melting dan temperatur dekomposisi. Kestabilan termal terlihat lebih baik dengan penggunaan PEG 6000. Indeks perbandingan polar dan nonpolar pada produk hibrida poliuretan berbasis lignin meningkat seiring meningkatnya kadar HMDI. Dari pengujian contact angle diketahui bahwa meningkatkan berat molekul PEG meningkatkan sifat kenonpolaran produk hibrida poliuretan berbasis lignin.
ABSTRACT
Polyurethane is a polymer formed by reacting the reactive chemicals of polyols and diisocyanates. The addition of lignin to the polyurethane can be used as a compatibilizer because lignin has a polar and nonpolar group. In this research, the product formed by using polyethylene glycol PEG and 4,4 39 methylenebis cyclohexyl isocyanate HMDI and lignin as the compatibilizer. The variable used the addition of molecular weight of PEG and mole of HMDI with 0.5 gram lignin Characterized of product by FT IR Fourier Transform Infra Red Spectroscopy , 1H NMR Nuclear Magnetic Resonance , STA Simultaneous Thermal Analysis , SEM Scanning Electron Microscopy , and contact angle. The results of the NMR test show that the hydrogen group increases by increase the molecular weight of PEG. FTIR spectra showed higher absorption band of alcohol group with using PEG 6000. Based on STA showed that increasing PEG molecular weight will further increase melting temperature and decomposition temperature. Thermal stability looks increase with the use of PEG 6000. The polar and nonpolar comparison index on lignin based polyurethane hybrid products increases with increasing HMDI levels. Contact angle testing showed that increasing the molecular weight of PEG and mole of HMDI increases the nonpolar sides of lignin based polyurethane hybrid products.
2017
T48698
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisa Nur Iskandar
Abstrak :
Vinblastine and vincristine are secondary metabolites from Madagascar periwinkles that have a very high economic value as chemotherapy drugs. These compounds are naturally produced in a very low quantity in planta. One promising alternative method for vinblastine and vincristine production is to use a treatment that can trigger plant stress response in vitro. This study has been done to evaluate the effect of drought stress using polyethylene glycol (PEG) on vinblastine and vincristine production in the C. roseus callus culture, which were grown on medium Zenk supplemented with plant growth regulators (PGR) 1 μM NAA + 10 μM Kinetin to induce laticifer and idioblast differentiation. 13-week-old callus cultures were then treated with 0%, 6%, 9%, and 12% (w/v) PEG4000 each for 0, 24, 48, and 72 hours. Biochemical analysis was performed using HPLC to determine the levels of vinblastine and vincristine, while the presence of differentiated cells (idioblasts and laticifers) was determined using a histochemical method. Protein profiles of the culture were determined by SDS-Page. The results showed that drought treatment with PEG4000, until the concentration was 12% (w/v), did not significantly affect the production of vinblastine and vincristine, but might affect terpenoid production. Histochemical analysis confirmed the presence of idioblasts, non-elongated laticifers, and laticifers that were producing and accumulating terpenoids highest in the 12% PEG treatment. PEG treatments also did not change the protein profile of callus.

Produksi Senyawa Viblastin dan Vincristin pada Kultur Kalus Tanaman Tapak Dara (Catharanthus roseus (L.) G. Don) dengan Pemberian Cekaman Menggunakan Polietilena Glikol (PEG). Vinblastin dan vincristine merupakan senyawa metabolit sekunder dari tanaman Tapak Dara yang memiliki nilai ekonomi tinggi sebagai obat kemoterapi kanker. Kedua senyawa ini hanya diproduksi dalam jumlah yang sangat sedikit pada tumbuhan. Salah satu metode alternatif yang menjanjikan untuk meningkatkan produksinya adalah dengan pemberian cekaman pada kultur in vitro. Telah dilakukan penelitian dengan tujuan untuk menentukan pengaruh pemberian cekaman kekeringan menggunakan polyethylene glycol (PEG) terhadap produksi senyawa vinblastin dan vincristine pada kultur agregat C. roseus yang ditanam pada medium Zenk dengan penambahan zat pengatur tumbuh (ZPT) NAA 1 μM + Kinetin 10 μM untuk menginduksi pembentukan kelenjar latisifer dan sel idioblas. Kalus yang berusia 13 minggu kemudian diberi perlakuan cekaman kekeringan menggunakan PEG4000 0%, 6%, 9%, dan 12% (w/v) masing-masing selama 0, 24, 48, dan 72 jam. Analisis dilakukan secara histokimia untuk menguji keberadaan latisifer pada kalus dan biokimiawi untuk menentukan kadar vinblastin dan vincristine dengan menggunakan HPLC. Selain itu dilakukan pula analisis profil protein dengan SDSPage. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian cekaman kekeringan dengan menggunakan PEG4000 hingga konsentrasi 12% (w/v) tidak berdampak signifikan terhadap produksi senyawa vinblastin dan vincristine namun diduga berdampak pada pembentukan senyawa terpenoid. Sel idioblas dan latisifer yang mengandung terpenoid dalam jumlah relatif banyak ditemukan pada perlakuan PEG 12%. Perlakuan dengan PEG juga tidak berdampak pada perubahan profil protein kalus. Analisis protein menunjukkan bahwa seluruh perlakuan memiliki profil protein yang sama.
Institut Teknologi Bandung, School of Life Sciences and Technology, 2016
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Athoillah Azadi
Abstrak :
ABSTRAK
Polylactide acid (PLA) telah banyak diteliti dan telah digunakan sebagai material yang dapat digunakan untuk plat penyambung tulang (miniplate). Namun, PLA memiliki degradasi yang lambat pada fase kristal dapat menyebabkan beberapa komplikasi pada jaringan. Miniplate berfungsi sebagai penyambung tulang rusak yang dapat ditransplantasikan ke dalam tubuh tanpa adanya penolakan dari tubuh. Pati sagu (Metroxylon sago) sebagai polimer biodegradable yang keberadaanya melimpah di Indonesia, memiliki kemampuan degradasi yang baik dan tidak beracun, berpotensi memperbaiki sifat degradasi dari PLA. Penelitian ini bertujuan menganalisa karakteristik implan miniplate yang terbuat dari campuran PLA/pati sagu dengan compatibilizer Poly ethylene glycol (PEG) menggunakan metode injection molding pada berbagai variasi temperatur injeksi. Proses pencampuran PLA dengan pati sagu dan PEG menggunakan metode solution blending. Penelitian ini menggunakan material pati sagu sebagai pengisi (filler) pada PLA dengan prosentase 10%, 20%, 30%, 40% dan 50% dari berat campuran PLA/pati sagu. Compatibilizer PEG 10% dan 20% berat ditambahkan ke dalam campuran PLA/pati sagu dan digunakan untuk mencetak miniplate pada temperatur injeksi 150 oC, 160 oC, 170 oC, dan 180 oC. Sifat mekanik, sifat biodegradabilitas, struktur, sifat termal, serta morfologi dari produk miniplate berhasil dianalisis. Pada campuran PLA/pati sagu menunjukkan bahwa keseragaman distribusi dan ikatan antarmuka pati sagu dan PLA menjadi penyebab pada penurunan kekuatan tarik, kekuatan bending, serta modulus elastisitas dibandingkan dengan PLA murni. Penambahan compatibilizer PEG memberikan pengaruh pada peningkatan ikatan antarmuka pati pada matrik PLA, peningkatan kemampuan tarik, penurunan temperatur lebur (Tm) dan temperatur transisi kaca (Tg), serta meningkatkan derajat kristalinitas (Xc) dari miniplate. Peningkatan temperatur injeksi akan meningkatkan laju degradabilitas. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa pencetakan optimum miniplate dengan injection molding berada pada temperatur 170 oC pada penambahan PEG 10%.
ABSTRACT
Polylactide acid (PLA) has been widely studied as a material for bone joint plates (miniplate). However, slow degradation of PLA on crystal phase could resulting several complications in the tissue. Miniplate function as a connective bone fracture which can be transplanted without repudiaton from the human body. Sago starch (Metroxylon sago) as abundant biodegradable polymer available in Indonesia, has better degradation properties and also non-toxic, potentially can improve the degradation properties of PLA. The purpose of the study was to characterize miniplate implants made of PLA/sago starch coupled with Poly ethylene glycol (PEG) as compatibilizer using injection molding methods at various injection temperatures. The solution blending method is used for the preparation. This study uses sago starch as filler in the PLA matrix with a percentage of 10 wt%, 20 wt%, 30 wt%, 40 wt% and 50 wt%. PEG 10 wt% and 20 wt% was added to PLA/sago starch then used to production at injection temperatures of 150 oC, 160 oC, 170 oC, and 180 oC. Mechanical and thermal properties, biodegradability, structure, and morphology of the miniplate products were analyzed. On PLA/sago starch blend shown that uniformity distribution of sago starch and interface bonds causing decrease tensile and bending strength, also modulus of elasticity compared with pure PLA. Added PEG as a compatibilizer effecting enhancement on interface starch bonds on PLA matrix, increasing drawability, decreasing melting temperature (Tm) and glass transition temperature (Tg), and increasement of crystallinity (Xc). Increasing injection temperatures will promote degradability rate. Research finds the optimum molding temperature using injection molding are at 170 oC in addition 10% PEG.
2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wa Ode Pradhani Mokezha Sabara
Abstrak :
CO2 adalah kontaminan utama dalam gas alam yang dapat dipisahkan menggunakan teknologi membran karena konsumsi energi yang rendah, desain kompak, dan perawatan minim. Selulosa asetat, dipilih karena stabilitas kimia tinggi, biaya terjangkau, dan selektivitas CO2 yang baik, namun perlu peningkatan permeabilitas. Penelitian ini memodifikasi selulosa asetat dengan sinar gamma, PEG, PEGMEA, dan Garam Mohr. Eksplorasi dosis radiasi (10 dan 100 kGy) dan tekanan operasional (10 hingga 100 psi) bertujuan meningkatkan performa membran. Hasilnya, membran dengan PEGMEA 7%, Garam Mohr 2,5%, dan dosis irradiasi 10 kGy memiliki permeabilitas 198,51 barrer dan selektivitas CO2/CH4 sebesar 13. ......CO2 is a major contaminant in natural gas that can be separated using membrane technology due to its low energy consumption, compact design, and minimal maintenance. Cellulose acetate is chosen for its high chemical stability, affordability, and good CO2 selectivity, but it requires improved permeability. This research modifies cellulose acetate with gamma rays, PEG, PEGMEA, and Mohr's salt. The study explores radiation doses (10 and 100 kGy) and operational pressures (10 to 100 psi) to enhance membrane performance. The results show that a membrane with 7% PEGMEA, 2.5% Mohr's salt, and a 10 kGy irradiation dose achieves a permeability of 198.51 barrer and a CO2/CH4 selectivity of 13.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Richa Nurselviana
Abstrak :
Nanopartikel emas memiliki masalah kestabilan yaitu mudah beragregasi sehingga dibutuhkan agen penstabil untuk mencegah agregasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh nanopartikel emas yang stabil dengan menggunakan Polietilen Glikol. Nanopartikel emas disintesis dengan menggunakan metode Turkevich, lalu ditambahkan PEG sebagai agen penstabil dan dikonjugasikan dengan resveratrol sebagai model obat. Konjugat yang terbentuk kemudian dikarakterisasi dengan PSA, FTIR, dan spektrofotometer UV-Vis. Pembuatan RSV-AuNP-PEG menghasilkan larutan jernih berwarna ungu kemerahan, ukuran partikel 83,93 nm dengan indeks polidispersitas 0,562, zeta potensial sebesar -22,9 mV, dan efisiensi penjerapan 75,86 0,66. Sedangkan konjugat AuNP-RSV menghasilkan larutan keruh berwarna ungu, ukuran partikel 51,97 nm dengan indeks polidispersitas 0,694 dan zeta potensial -24,6 mV. Hasil uji stabilitas RSV-AuNP-PEG dalam penyimpanan lebih stabil dibandingkan AuNP-RSV. Namun pada uji stabililitas di dalam medium, RSV-AuNP-PEG paling stabil berada dalam BSA 2 dan tidak stabil pada Sistein 1 , NaCl 0,9 , PBS pH 7,4, dan PBS pH 4. Sedangkan AuNP-RSV paling stabil pada BSA 2 , PBS pH 7,4 dan tidak stabil pada Sistein 1 , NaCl 0,9 , dan PBS pH 4. Penggunaan PEG dalam Konjugat resveratrol-nanopartikel emas mampu mencegah agregasi dalam penyimpanan namun belum mampu melindungi nanopartikel dari agregasi di medium. ...... The gold nanoparticles have a stability problem which is easy to aggregate. Thus, the stabiliser agent is required to prevent aggregation. The purpose of this research was to obtain stable gold nanoparticles by using polyethene glycol. The initial step utilised the Turkevich method to synthesised the gold nanoparticles, then PEG was added as stabiliser agent and conjugated with resveratrol as a drug model. The forming conjugates were characterised by PSA, FTIR, UV Vis spectrophotometers and HPLC. Therefore, RSV AuNP PEG resulted in a clear purple reddish fluid with measurement of particle size by 83.93 nm, polydispersity index 0.562, zeta potential at 22.9 mV, and highest entrapment efficiency of 75.86 0.66. As a comparison, AuNP RSV appeared in a purple turbidity fluid, with the measurement of the particle size by 51.97 nm, a polydispersity index is 0.694, and zeta potential value at 24.6 mV. The results of the stability test of RSV AuNP PEG in storage were more stable than AuNP RSV. However, in the medium stability test, the RSV AuNP PEG were more stable in 2 BSA and unstable in 1 Cysteine, 0.9 NaCl, PBS pH 7.4, and PBS pH 4. On the other hand, the AuNP RSV were most stable at 2 BSA, PBS pH 7.4 and unstable in 1 cysteine, 0.9 NaCl, and PBS pH 4. The application of PEG in conjugate resveratrol gold nanoparticles proficient in preventing aggregation in storage, but unable to preserve the nanoparticles from aggregation in some mediums.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firda Maretha Ivariani
Abstrak :
Nanopartikel emas telah digunakan sebagai penghantaran obat tertarget. Namun nanopartikel emas memiliki energi permukaan yang tinggi dan mudah beragregasi sehingga dapat mempengaruhi stabilitasnya. Oleh karena itu perlu ditambahkan agen penstabil. Tujuan penelitian ini adalah melakukan pembuatan nanopartikel emas yang distabilisasi dengan penambahan PEG dan dikonjugasikan dengan asam folat sebagai pembawa resveratrol. Nanopartikel emas disintesis dengan metode Turkevich dengan mereduksi larutan hidrogen tetrakloroaurat menggunakan natrium sitrat, kemudian distabilisasi dengan penambahan PEG sebagai agen penstabil dan asam folat sebagai homing device. Selanjutnya dikonjugasikan dengan resveratrol sebagai model obat. Konjugat dikarakterisasi dengan Spektrofotometer UV-Vis, FTIR, KCKT, dan PSA serta dilakukan uji stabilitas. Hasil penelitian menunjukkan resveratrol-nanopartikel emas RSV-AuNP memiliki ukuran partikel 51,97 nm dengan indeks polidispersitas 0,694 dan potensial zeta sebesar -24,6 mV. Sedangkan konjugat resveratrol-nanopartikel emas-asam folat yang distabilisasi menggunakan PEG RSV-AuNP-PEG-AF memiliki ukuran partikel sebesar 195,6 nm dengan indeks polidispersitas 0,233 dan potensial zeta sebesar -21,1 mV. Hasil analisis dengan KCKT menunjukkan EP resveratrol pada RSV-AuNP-PEG-AF sebesar 57,67 0,00. Hasil uji stabilitas menunjukkan konjugat resveratrol-nanopartikel emas-asam folat yang distabilisasi menggunakan PEG RSV-AuNP-PEG-AF lebih stabil dibandingkan dengan resveratrol-nanopartikel emas RSV-AuNP . Stabilitas konjugat RSV-AuNP-PEG-AF dan RSV-AuNP pada dapar pH 7,4 dan BSA 2 lebih stabil dibandingkan pada dapar pH 4, sistein 1, dan NaCl 0,9. Dengan demikian stabilisasi PEG pada nanopartikel emas dapat meningkatkan kestabilan nanopartikel emas yang terbentuk. ...... Gold nanoparticles have been used as targeted drug delivery. However, gold nanoparticles have a high surface energy and easily aggregate so it can affect to its stability. Therefore it is necessary to add a stabilizing agent. The purpose of this study was to synthesize the gold nanoparticle stabilized by the addition of PEG and conjugated with folic acid as a resveratrol carrier. The gold nanoparticle was synthesized by Turkevich method by reducing the hydrogen tetrachloroaurate solution using sodium citrate, then stabilized by the addition of PEG as a stabilizing agent and folic acid as a homing device. Furthermore, it was conjugated with resveratrol as a drug model. The conjugate was characterized by UV Vis Spectrophotometer, FTIR, HPLC, and PSA, and stability test was performed. The results showed that resveratrol gold nanoparticle RSV AuNP had particle size 51.97 nm with polydispersity index 0.694 and zeta potential 24.6 mV. While the resveratrol gold nanoparticle folic acid conjugate with PEG stabilization RSV AuNP PEG FA had particle size 195.6 nm with polydispersity index 0.233 and zeta potential 21.1 mV. Analysis result by using HPLC showed that EP resveratrol of RSV AuNP PEG FA was 57.67 0.00. The results of the stability test showed that resveratrol gold nanoparticle folic acid with PEG stabilization RSV AuNP PEG FA was more stable than the resveratrol gold nanoparticle RSV AuNP The stability of RSV AuNP PEG FA and RSV AuNP in buffer pH 7.4 and BSA 2 were more stable than in buffer pH 4, cystein 1 and NaCl 0.9. Thus the stabilization of PEG to gold nanoparticle can improve the stability of the gold nanoparticle.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Widuri
Abstrak :
Dewasa ini pengembangan nanomaterial TiO2 dalam bentuk film sedang mendapat perhatian karena kemudahan dalam aplikasinya. Aplikasi yang populer adalah untuk material antifogging dan self-cleaning. Aditif umumnya ditambahkan pada katalis ini untuk meningkatkan aktivitasnya. PEG (polyethylene glycol) digunakan untuk meningkatkan porositas, memperkecil ukuran kristal serta menurunkan kemungkinan terjadinya peretakan (cracking) film saat proses kalsinasi. SiO2 ditambahkan untuk meningkatkan keasaman dari katalis sehingga mampu meningkatkan hidrofilisitas dari katalis meskipun pada kondisi kurang cahaya. Dalam metode sol-gel rasio larutan prekursor dengan air sangat berpengaruh karena air memegang peranan penting dalam hidrolisis. Dalam penelitian ini rasio larutan prekursor dan air dan berat molekul PEG akan dipelajari lebih dalam. Selain itu uji self-cleaning terhadap kondisi optimum juga akan dilakukan. Fotokatalis dalam percobaan ini dipreparasi dengan precursor TiAcAc dengan metode sol-gel dan kristalisasi panas. Sol dengan variasi TiAcAc/Air, dan berat molekul PEG serta penambahan PEG dan SiO2 kemudian dilapiskan pada penyangga kaca preparat dengan metode spin coating sedangkan pada keramik dilakukan metode spray coating yang dilanjutkan dengan pemanasan pada suhu 100_C dan kalsinasi mencapai suhu 520_ C. Selanjutnya untuk mengetahui hasil dari preparasi katalis ini akan dilakukan karakterisasi dengan FTIR, DRS dan TEM. Uji aktivitas juga dilakukan untuk mengetahui kemampuan swa bersih dan anti kabut dari material yang dihasilkan yang meliputi pengukuran sudut kontak dengan alat contact angle meter dan pengamatan langsung dengan menggunakan kamera digital. Pengembangan nanomaterial dengan metode sol-gel dan kristalisasi panas dengan penambahan dopan PEG dan SiO2 berhasil dilakukan, merujuk pada hasil DRS yang menunjukkan band-gap makin besar, ukuran partikel makin kecil setelah diuji dengan TEM, serta hasil uji sudut kontak yang memperlihatkan penurunan sudut kontak air. Hal ini juga didukung hasil uji kualitatif dimana kabut dan kotoran tidak menempel setelah kaca dan keramik dilapisi oleh katalis. Variasi TiAcAc/H2O yang dilakukan menunjukkan kecenderungan kenaikan aktivitas katalis sesuai dengan hasil FTIR dan uji sudut kontak yang dilakukan, sedangkan variasi berat molekul PEG tidak begitu berpengaruh pada aktivitas katalis yang digunakan.
In the recent time, the development of TiO2 nanomaterial film has been interesting because of its practical applications. Its well known functions are as an antifogging and self cleaning material. Additives are usually added in order to improve its activity. PEG (polyethylene glycol) is generally used as an additive to increase porosity, minimize particle size and prevent film cracking during calcination. SiO2 could make surface more acid, so it can in crease hydrophilicity of TiO2 material even in non-irradiation places. In the sol-gel method, ratio between precursor solution and water ratio became important because water lead the hydrolysis. In this research, ratio between precursion solution and PEG molecular weigt effect will be studied. Beside those, there are test of self-cleaning on the optimum condition. Photocatalyst in this experiment is prepared by using TiAcAc precursor by using sol-gel method. Sol with varies composition of PEG and SiO2 addition then coated in soda lime plate and ceramics as support by using spin coating method and spray coating method then dried in 100_C and calcined until 520_C. After the preparation, then catalyst has been characterized using FTIR, DRS and TEM. Activity test was also done to know self-cleaning and anti fogging performance of this material by using contact angle meter and by direct observation using digital camera. Development of nanomaterial with sol-gel method and hot crystallization and the addition of dopan PEG and SIO2 is quite success according to DRS result that shows the increasing of band gap, the decrease of particle size from TEM result and also the decrease of contact angle. These results are supported also from qualitative test which showed antifogging and self-cleaning activity of catalyst coated glass. Variation of Tiacac/H2O showed the result tends to the decrease of activity. From this research, we find also variation of PEG molecular weight does not give a lot of effects for catalyst activity.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S49695
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Fadila
Abstrak :
ABSTRAK Nanopartikel digunakan untuk menghasilkan nanofluida yang mempunyai stabilitas dan dispersi yang baik sehingga menghasilkan konduktivitas termal yang maksimal. Telah dilakukan penelitian pengaruh Polyethylene Glycol (PEG) terhadap transfer panas nanofluida berbasis karbon arang tempurung kelapa dan tempurung kelapa sawit. Karbon dari arang tempurung kelapa dan tempurung kelapa sawit melalui pemrosesan tertentu menjadi partikel karbon aktif. Partikel karbon aktif ditumbuk halus dan direduksi kembali agar dapat mencapai ukuran nano dengan menggunakan alat planetary ball mill dengan metode top-down selama 15 jam dengan kecepetan putaran 500 rpm. Sintesis nanofluida dilakukan dengan mendispersikan nanopartikel karbon dari arang tempurung kelapa dan tempurung kelapa sawit ke dalam fluida air distilasi. Pada penelitian ini dikaji pengaruh penambahan PEG terhadap karakteristik nanofluida berbasis karbon dari arang tempurung kelapa dan tempurung kelapa sawit. Karakterisasi nanopartikel karbon dari arang tempurung kelapa dan tempurung kelapa sawit yang dilakukan adalah menggunakan Field-Emission Scanning Electron Microscope (FE-SEM), dan Energy Dispersive Spectroscopy (EDS) untuk mengamati komposisi dan unsur partikel, morfologi partikel dan ukuran partikel agar dapat dibandingkan. Hasil EDS menunjukan partikel karbon dari arang tempurung kelapa memiliki 60,77 wt% karbon sedangkan partikel karbon dari arang tempurung kelapa sawit mengandung 78,08 wt% karbon dan terdapat banyak unsur pengotor pada kedua nya. Karakterisasi FE-SEM menunjukan partikel karbon membentuk aglomerasi. Karakterisasi nanofluida yang dilakukan adalah pengukuran Particle Size Analyzer (PSA), zeta potensial dan konduktivitas termal. Variabel yang digunakan adalah konsentrasi partikel karbon dari arang tempurung kelapa dan tempurung kelapa sawit masing-masing adalah 0%, 0,1%, dan 0,3% lalu dengan penambahan surfaktan PEG dengan konsentrasi 0%, 10% dan 20%.
ABSTRACT Nanoparticles are used to produce nanofluids which have a good stability and good dispersion resulting in maximum thermal conductivity. This research study conduct the effect of Polyethylene Glycol (PEG) on heat transfer carbon-based nanofluids based on coconut shell ash particles and palm shell ash particles. Coconut shell carbon and palm shell ash carbon through certain process to become activated carbon particles. The activated carbon particles are finely ground and reduced again to reach nano size by using a planetary ball mill with a top-down method for 15 hours with a speed of 500 rpm rotation. Synthesis of nanofluids was carried out by dispersing carbon shells and coconut shell nanoparticles into distilled water fluid. In this study the effect of PEG on the characteristics of carbon-based nanofluids based on coconut shell and palm shell ash. Characterization of carbon nanoparticles of coconut shell and palm shell is done using Field-Emission Scanning Electron Microscope (FE-SEM), and Energy Dispersive Spectroscopy (EDS) to use materials and particles, morphology and particle size to be used. The EDS results showed that the coconut shell carbon particles had 60.77% carbon while the coconut shell carbon particles contained 78.08% by weight of carbon and both contained many impurities. The FE-SEM characterization shows carbon particles to form agglomeration. The nanofluid characterization carried out was the measurement of Particle Size Analyzer (PSA), zeta potential and thermal conductivity. The variables used are the composition of carbon particles of coconut shell and oil palm shell are 0%, 0.1%, and 0.3%, then the composition of surfactant PEG with concentrations of 0%, 10% and 20%.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian tablet salut lapis tipis diltiazem HCl dengan menggunakan kitosan sebagai bahan pembentuk lapis tipis. Tablet inti diltiazem HCl dibuat dengan metode kempa langsung dan kitosan 2 % dalam asam asetat 1 % digunakan sebagai bahan pembentuk lapis tipis. Larutan penyalut dibuat dalam 3 formula dengan penambahan PEG 4000 sebagai plasticizer sebanyak 10 % dan 20 % terhadap bobot kitosan. Uji pelepasan diltiazem HCl dari tablet salut dilakukan dalam medium asam dan dapar fosfat pH 6,8 selama 8 jam menggunakan alat disolusi tipe 2. Pengambilan sampel dilakukan pada menit ke-15, 30, 60, 120, 240, 360, dan 480 dan dianalisis dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 235,8 nm. Hasil penelitian menunjukkan penambahan PEG 4000 sebagai plasticizer menghambat pelepasan diltiazem HCl.
Universitas Indonesia, 2007
S32587
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>