Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 82 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Selvia Kusdwiyanti
Abstrak :
Peran kepemimpinan memiliki arti yang sangat penting dalam peningkatan mutu melalui akreditasi pada organisasi pelayanan kesehatan primer. Kepemimpinan yang efektif berpengaruh terhadap proses menuju keberhasilan akreditasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis peran kepala puskesmas dalam persiapan akreditasi puskesmas di Puskesmas Beber Kabupaten Cirebon Jawa Barat tahun 2016. Puskesmas Beber merupakan puskesmas yang telah melalui tahap persiapan akreditasi dan puskesmas pertama di Jawa Barat yang akan dilakukan survei akreditasi nasional. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif. Prosedur sampling yang digunakan adalah non-probability sampling dengan prinsip kecukupan dan kesesuaian. Metode pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dengan Kepala Puskesmas Beber dan focus group discussion (FGD) terhadap 16 staf Puskesmas Beber yang terbagi dalam dua kelompok FGD. Untuk keabsahan data, dilakukan triangulasi sumber, metode dan telaah dokumen. Hasil penelitian menunjukan peran kepemimpinan kepala puskesmas merupakan hal yang utama dalam persiapan akreditasi. Dari informasi yang didapatkan dari hasil FGD dan wawancara mendalam, peran kepemimpinan dalam persiapan akreditasi adalah penetapan tujuan organisasi dengan komitmen dan visi yang jelas, membangun pondasi organisasi dengan tim yang kuat dan memiliki kapabilitas, membangun kemauan staf untuk berpartisipasi dengan menunjukan nilai-nilai kepemimpinan, menghasilkan ide-ide termasuk melakukan kajibanding untuk perbaikan mutu, dan melakukan perubahan dengan menggerakan semua sumberdaya yang ada. Secara umum dapat disimpulkan bahwa peran kepemimpinan kepala puskesmas dalam persiapan akreditasi merupakan kunci utama. Peran kepemimpinan tersebut pada akhirnya mendorong sistem yang kuat yang dapat membawa seluruh staf puskesmas untuk bersamasama dalam satu visi, meningkatkan mutu pelayanan melalui akreditasi puskesmas. ......The process of communication, collaboration and coordination have a major impact on the effectiveness of the organization and an important element in the achievement of quality health services. The purpose of this study to analyze patterns of communication, collaboration and coordination in Puskesmas Ibrahim Adjie - Bandung, which has implemented a quality standard ISO 9001: 2008 and as the best health center in 2016 in West Java. The research method uses a qualitative approach is confirmatory. To maintain the validity of the data was performed using triangulation sources and methods of data collection is done by in-depth interviews to four people who are important in the process, focus group discussions by six staff, observation and study of the document. The results showed there is a pattern of all levels and channels of communication. The pattern of broad-spectrum collaboration is secondary. Coordination patterns are strengthening and expansion. Barriers that often happens, the choice of priority delivery of information, the dual role, misunderstanding, trouble harmonize time activities with other agencies, the repetition of the process of coordination when there is change of officials such as district or village heads, the delay in the approval of program activity reports from the district and village. Suggestions are to continue to maintain the existing pattern and increase, the need for advocacy for the strengthening of human resources, the need for a MoU, it is necessary to transfer the pattern of the process that has been ongoing basis to the health center personnel. Outside agencies similar to apply the pattern of the existing processes.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Decker, Randall E.
Boston: Little, Brown And Company, 1980
808.042 7 DEC p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fakhri Hadi
Abstrak :
Kota Pariaman merupakan salah satu kota di Indonesia yang terindikasi rawan terhadap bencana tsunami dikarenakan lokasinya yang berada di pinggir pantai serta berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Desa pesisir Kota Pariaman yang menghadap langsung ke lepas laut membuat desa pesisir tersebut semakin rentan terhadap tsunami. Oleh karena itu, diperlukan penelitian kerentanan wilayah terhadap tsunami guna meminimalkan kerugian akibat bencana. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pola kerentanan wilayah terhadap bencana tsunami. Kerentanan wilayah dilihat dari keterpaparan, sensitivitas, serta ketahanan. Keterpaparan dilihat dari ketinggian, jarak dari garis pantai, lereng, dan jarak dari sungai. Sensitivitas dilihat dari jumlah penduduk, dan kualitas bangunan. Ketahanan dilihat dari persepsi dan pengetahuan mitigasi bencana, serta sosialisasi mitigasi bencana. Setiap komponen tersebut kemudian ditampalkan dengan teknik overlay skoring dan pembobotan sehingga diperoleh kerentanan wilayah terhadap tsunami. Pola spasial kerentanan wilayah terhadap tsunami dapat diperoleh dari kerentanan wilayah tersebut dengan menggunakan nearest neighbor analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kerentanan Rendah lebih mendominasi, kemudian diikuti oleh Sedang dan Tinggi. Tingkat kerentanan Rendah terhadap tsunami berada di kelompok permukiman selatan dengan tingkat keterpaparan Sedang, sensitivitas Rendah, dan ketahanan Tinggi dengan pola seragam. ......Pariaman city is one of cities in Indonesia that is indicated prone to tsunami due to its location which is directly adjacent to the Indian Ocean. The coastal villages of Pariaman City that faces directly to the offshore makes the coastal villages more vulnerable to tsunamis. Therefore, it is necessary to study the vulnerability of the region to the tsunami to minimize disaster losses. This study aims to see the pattern of regional vulnerability of tsunami. The vulnerability of this region is seen from exposure, sensitivity, and resillience. Exposure is seen from the elevation, distance from shoreline, slope, and distance from river. Sensitivity is seen from total population, and building quality. Resilience is seen from perception and knowledge of tsunami mitigation, and socialization of tsunami mitigation. Each component is overlaid with overlay techniques scoring and weighting to obtain the vulnerability of the region to the tsunami. Spatial patterns of regional vulnerability to tsunamis can be seen from the vulnerability of the region using nearest neighbor analysis. The results showed that Low vulnerability level is dominated, followed by Moderate and High . Low level is located in the southern settlement group with Moderate exposure, Low sensitivity and High resilience with dispersed pattern.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rubinstein, Moshe F.
Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall, 1975
511 RUB p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Moynihan, Noel
Switzerland: Roche, Basle, 1988
616.98 MOY i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Adrian Rahmat Purwanto
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana serangkaian proses yang dialami oleh beberapa musisi jazz, dari mereka kecil hingga dewasa, proses ini kemudian membuat sebuah karakter tersendiri yang dimiliki oleh musisi tersebut, yakni, sebuah karakter yang dikatakan oleh orang-orang sebagai ?jazzy people?, atau orang-orang yang bermain musik dengan nge-jazz. Dalam menjelaskan serangkain proses tersebut, penelitian ini membahas profil masing-masing informan (musisi jazz) dengan rinci. Data diperoleh dari kegiatan sehari-hari informan, yang diceritakannya kembali kepada peneliti. Penelitian ini dilakukan dalam kurun waktu sekitar satu setengah tahun, dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara mendalam terhadap para informan, dan melakukan kegiatan sehari-hari bersama mereka (participant observation). Beberapa proses yang dialami setiap musisi ini kemudian menjadi data yang akhirnya diolah dan dianalisa, dan menghasilkan kesimpulan, yakni masing- masing musisi mengalami pola penanaman kebudayaan yang berbeda yang berpengaruh terhadap musik mereka, yang akhirnya menjadikan mereka musisi jazz. Pola-pola penanaman kebudayaan yang ditemukan dari penelitian ini antara lain adalah, pola pengenalan musik sejak dini oleh keluarga si musisi, juga karena faktor lingkungan dimana dia berada, dan pola penanaman kebudayaan yang terjadi karena adanya kesempatan dan keseriusan dalam diri musisi jazz tersebut. Berdasarkan penelitian ini, disimpulkan bahwa seseorang yang menjadi musisi jazz itu melewati beberapa proses panjang dalam kehidupan mereka. Tidak bisa dikatakan bahwa musisi itu bisa menjadi seorang yang ?jazzy? hanya karena faktor keluarga saja, tetapi juga karena faktor-faktor lain, yang diantaranya adalah institusi formal, dan lingkungan.
ABSTRACT
This study aimed to see how a series of processes experienced by some jazz musicians, from their early years into adulthood, where this process later create a character that is owned by the musician, that is, a character called by people as "jazzy people", or people who play jazz music. In explaining the series of processes, this research discusses the profile of each informant (jazz musicians) in detail. The data was obtained from the daily activities of informants that were shared to the researcher. The research was conducted within a period of about one and a half years, and to collect the data, the researcher used in-depth interviews with informants and also performs daily activities with them. The processes experienced by each musician was later was used as the data that eventually was processed and analyzed, and lead to the conclusion that each musician experienced different pattern of enculturation, which influenced (affected) their music, and in the end made them become jazz musician. Enculturation patterns found in this research include introducing music to the musician from their early childhood by their family, influence by their environment, and the opportunity and seriousness of the jazz musicians themselves. Based on this research, it was concluded that, a jazz musician went through long and different processes in their lives. We can not say that a musician could become a 'jazzy' only because of family factor, but also, the existence of other factors such as the formal institution, and environment.
2010
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sonika Achalli
Abstrak :
ABSTRAK
Dermatoglyphics is the study of fingerprints and skin patterns. Dermal configurations appear during the 12th week of intrauterine life and are completely established by the 24th week. These configurations, except the overall size, are said to remain constant throughout an individual lifetime. Objective: To assess the relationship between fingerprint patterns and skeletal malocclusion. Methods: Fingerprint patterns were collected using the ink method from 90 subjects who were divided into skeletal class I, II, and III malocclusion groups of 30 subjects each. Results: The loop pattern was more frequent in patients with skeletal class I and II malocclusion, and the whorl pattern was more frequent in those with class III malocclusion. Conclusion: The present study attempted to assess the relationship between dermatoglyphic patterns with skeletal malocclusion to use as an indicator of developing malocclusion at an early age.
Jakarta: Journal of Dentistry Indonesia, 2018
J-pdf 25:2 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Elena Soraya
Abstrak :
[ABSTRAK Masyarakat urban tinggal di kota besar mempunyai hubungan komunikasi yang khas. Komunikasi di kota urban indentik dengan penggunaan alat komunikasi elektronik, kontak individu yang sekunder dan jarangnya komunikasi secara tatap muka. Hal ini berkaitan dengan peran-peran yang dijalankan masyarakat urban. demikian intrisik tiga cermen.
ABSTRACT , Urban communities living in big cities has a unique communication link. Communication in the urbanized identical to the use of electronic communication devices, contact the individual secondary and lack of face-to-face communication. This relates to the role - the role that urban society. Thus intrisik three cermen]
2015
S60340
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nugroho Slamet Wibowo
Abstrak :
Tesis ini tentang Corak Birokrasi Dalam Penyidikan Tindak Pidana di Bidang Industri dan Perdagangan Oleh Sat Indag Dit Reskrimsus Polda Metro Jaya. Perhatian utama tesis ini adalah pada corak birokrasi yang terdapat dalam kegiatan penyidikan yang tergambar dalam hubungan antara penyidik dengan saksi, penyidik dengan tersangka, dan di antara penyidik itu sendiri. Fokus penelitian tentang corak birokrasi dalam Sat Indag Dit Reskrimsus sehubungan kegiatan penyidikan terhadap tindak pidana di bidang industri dan perdagangan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan tehnik pengumpulan data melalui pengamatan, pengamatan terlibat, dan wawancara berpedoman untuk mengungkapkan corak birokrasi yang terdapat di Sat Indag tersebut. Tesis ini menunjukkan bahwa corak birokrasi yang terjadi di dalam kegiatan penyidikan oleh Sat Indag, terjadi sebagai suatu bentuk birokrasi dan patologi dalam birokrasi, dan dilakukan dengan cara berhubungan, berkomunikasi, dan dalam berinteraksi sosial antara saksi, tersangka, dan penyidik Sat Indag. Corak birokrasi ini terbentuk dalam hierarki otoritas, adanya spesialisasi dan sistem peraturan, serta impersonalitas. Implikasinya, corak birokrasi yang ada seperti, pertama, tugas-tugas dibagi ke dalam berbagai posisi sebagai tugas resmi. Kedua, petugas diorganisir secara hierarkis dengan rantai ketat perintah dari atas ke bawah. Ketiga, diciptakan pembagian kerja secara detail. Keempat, aturan mengatur semua perilaku dalam rangka pelaksanaan tugas. Kelima, personil dipilih atas dasar kompetensi. Dan keenam, jabatan kantor cenderung menjadi pekerja seumur hidup. Kejahatan yang dilakukan itu berkaitan dengan kemiskinan dan minimnya kesempatan kerja dalam kehidupan mereka. Birokrasi ini diperparah lagi dengan reward dan punishment yang belum dioperasionalkan dalam Sat Indag, sehingga jalinan emosional yang terbentuk sangat tinggi.
The thesis discusses bureaucratic patterns in investigating criminal act in industry and trade conducted by Sat Indag Dit Rekrim Sus (Industrial and Trade Section, Special Crime and Detective Directorate) Jakarta Metropolitan Regional Police. The main focus of the thesis is the bureaucratic patterns of investigation activities which drawn in the relationship between investigator and witness; investigator and suspect; and among investigators themselves. The writer employs ethnography method and collects data by conducting observation, involved-observation, and guided-interview in order to uncover the bureaucratic patterns in Sat Indag above. The result of the thesis reveals that the bureaucratic patterns in investigation activities conducted by Sat Indag happen as a form of bureaucracy and pathology in bureaucracy. They are conducted by establishing relationship, communication and social interaction among witnesses, suspects and investigators of Sat Indag. The bureaucratic pattern is formed in the hierarchy of authority and there are specialization, system of rule and impersonality. There are some implications of such bureaucratic patterns. First, duties are divided into various positions as official duty. Second, personnel are hierarchically organized with a tight chain of command in a top-down way. Third, job distribution is created in a detail way. Fourth, regulations regulate all behavior in carrying out duties. Fifth, personnel are selected based upon their competence. And sixth, position in the office tends to be a position for life. The bureaucracy is aggravated by the system of reward and punishment that has not been operationalized in Sat Indag Dit Reskrimsus resulting in higher emotional relationship among the personnel.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T11974
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9   >>