Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arin Anggita Alma Dei
Abstrak :
Skripsi ini membahas mengenai bagaimana bentuk dominasi hegemoni maskulinitas di Indonesia serta bagaimana hegemoni maskulinitas tersebut memengaruhi sikap normalisasi kekerasan yang dilakukan oleh anak laki-laki, secara khusus Novel Dear Nathan. Dengan metode kualitatif, penelitian ini berusaha melihat bagaimana pesan dan penggambaran yang dilakukan oleh penulis novel mengenai maskulinitas yang digambarkan pada setiap tokohnya. Teori yang digunakan adalah kriminologi budaya dan feminis radikal. Teori kriminologi budaya digunakan dalam menjelaskan bagaimana pesan kekerasan disampaikan dalam novel fiksi dapat memengaruhi perilaku pembacanya. Sementara itu, teori feminis radikal digunakan dalam menganalisis pesan, berupa hegemoni maskulinitas yang merupakan akar dari adanya normalisasi kekerasan oleh laki-laki. Hasil dari penelitian ini menggambarkan bahwa setiap karakter pada tokoh Dear Nathan mendukung hegemoni maskulinitas sehingga melakukan normalisasi kekerasan yang dilakukan oleh anak laki-laki. Namun, di sisi lain tokoh-tokoh tersebut hadir dengan suatu pemahaman yang dimiliki oleh penulis novel, dimana pembaca tidak hanya sebagai agen yang menerima pesan saja namun juga mendukung pesan tersebut. Dengan demikian, novel Dear Nathan ini tidak hanya sebagai instrumen dalam melanggengkan hegemoni maskulinitas, namun juga sebagai bukti adanya dominasi hegemoni maskulinitas di Indonesia. ......This thesis discusses how the hegemonic form of masculinity dominates in Indonesia and how this hegemonic masculinity influences the normalization of violence perpetrated by boys, specifically in the Novel Dear Nathan. Using a qualitative method, this research tries to see how the messages and depictions carried out by the novelist regarding masculinity are depicted in each character. The theories used are cultural criminology and radical feminists. The theory of cultural criminology is used to explain how messages of violence conveyed in fiction novels can affect the behavior of their readers. Meanwhile, radical feminist theory is used in analyzing messages in the form of hegemonic masculinity which is the root of the normalization of violence perpetrated by boys. The results of this study illustrate that each character in the character Dear Nathan supports hegemonic masculinity so that it normalizes violence perpetrated by boys. However, these characters come with an understanding that is owned by the author of the novel, which it turns out that the readers are not only an agent who receives the message but also supports the message, so that it can be said that the novel Dear Nathan is not only an instrument in perpetuating hegemonic masculinity but also as evidence of the dominance of hegemonic masculinity in Indonesia.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Idham Holik
Abstrak :
Momentum Pemilu 2004 kali ini merupakan kesempatan yang bagus untuk menguji komitmen partai politik terhadap perempuan, terutama pada partai-partai islam yang sangat rawan menggunakan jargon-jargon keagamaan. Affirmative action yang tertera dalam kuota 30% untuk keterwakilan perempuan merupakan era baru bagi perempuan dalam politik dengan dimensi yang Iebih luas. Tindakan ini menghadapi jalan terjal yang siap-siap menggagalkan terealisasinya konsep tersebut. Jalan tersebut adalah budaya patriarki, yang saat ini sangat ketal dianut oleh masyarakat Kabupaten Bekasi. Budaya tersebut memposisikan laki-laki Iebih mendominasi daripada perempuan. Caleg perempuan harus berkompetisi di daerah pemilihan yang padat dengan kouta tinggi, kira-kira di atas 23000-an. lni menggambarkan bahwa tidak mudah bagi mereka semua untuk memperoleh kursi DPRD Kab. Bekasi melalui perhitungan proporsionaI terbuka (pemilih yang memilih nama mereka secara langsung). Dibutuhkan kerja politik yang sangat keras untuk membuat mereka bisa mencapai target angka BPP (Bilangan Pembagi Pemilihan), apalagi kouta suara seperti itu. Tesis ini menelaah bagaimana PKB sebagai salah satu kekuatan politik yang sangat gencar menyuarakan kesetaraan gender dalam politik mencoba menggunakan strategi komunikasi politik untuk memenangkan Pemilu 2004. Analisa yang digunakan akan mengkaji bukan hanya strategi komunikasi politik pada Pemilu 2004 saja, tetapi juga bagaimana PKB Kab. Bekasi dalam Pemilu 2009 mendatang memformulasikan dan mengimplementasikan strategi komunikasi politiknya yang iebih persuasif lagi. Pokok masalah yang dikemukakan adalah apakah PKB Kab. Bekasi mampu memformulasikan dan mengimplementasikan strategi komunikasi politik yang persuasif terrtang isu keterwakilan perempuan. Sebagai partai Islam, apakah PKB Kab. Bekasi dengan strategi komunikasi politik tersebut dapat memenangkan Pemilu 2004. Tujuannya tidak lain ingin mengungkap dan menganalisis hasil penggunaan strategi komunikasi politik tersebut untuk selanjutnya memproyeksikan ke Pemilu 2009 nanti. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatirf dengan pendekatan evaluatif dengan menggunakan data primer dan sekunder. Sementara untuk kerangka pemikirannya, penulis banyak mengutip teori komunikasi politik dan Dan Nimmo, Doris Graber, William J. McGuire, dan lain-lain. Dalam penelitian ini telah diketemukan yaitu: (1) pemilih di Kabupaten Bekasi sebagian besar masih sangat kental menganut budaya patriarki, akibatnya mereka kurang memahami konsep kesetaraan gender dalam politik; (2) perumusan strategi komunikasi politik sangat tergarrtung pada sistem pemilu itu sendiri: (3) dasar penetapan caleg perempuan PKB yaitu pertama, professional appointee dan kedua political appointee; (4) semua caleg perempuan PKB berasal dari komunitas NU dan didominasi dari kalangan guru/ustadzah; (5) hasil identifikasi pemilih yang dilakukan oleh caleg perempuan yaitu komunitas NU, komunitas non-NU seperti karyawan, pedagang, buruh, dIl, pemilih pemula, dan segementasi gender, (6) kampanye caleg perempuan dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang dikeluarkan oleh KPU Kab. Bekasi, bahkan sebenamya sebelum masa kampanye tiba caleg perempuan telah melakukan hidden campaign melalui sarana silahturahmi dan kunjungan. Selama kampanye, caleg perempuan menghadapi kendala yang sangat mempengaruhi yaitu minimnya pendanaan yang dimilikinya, selain itu juga mereka melakukan kerja sama dengan badan otonom NU seperti Fatayat NU, IPNU, dll, sangat disayangkan kerja sama itu sangat ekslusif, hanya dilingkungan NU saja; (7) pendekatan kampanye yaitu pendekatan historis, pendekatan kuttural; dan pedekatan rasional; (8) media kampanye hanya menggunakan media cetakan saja seperti stiker, foster, dif.; (9) badan otonom Pergerakan Perempuan PKB tidak berjalan dalam mensosialisasikan keseteraan gender dalam politik, padahal sebenamya badan tersebut sangat potensial; dan (10) untuk Pemilu 2009 nanti mereka akan menggunakan pendekatan marketing politik (political marketing). Sedangkan untuk rekomendasi akademik dari hasil penelitian ini adalah (1) untuk Pemilu 2009 yang kemungkinan dengan sistem distrik, maka yang mesh ditonjolkan dalam kampanye politik adalah program dan ketokohan kandidat (caleg); (2) merancang dan melaksanakan program pendidikan politik pada rakyat Kab. Bekasi, khususnya perempuan tentang kesetaraan gender dalam politik secara simultan, serta hat ini juga nanti dapat digunakan untuk melakukan identifikasi pemilih; (3) peningkatan penggunaan media, yang awalnya hanya menggunakan media cetakan saja, maka pada Pemilu 2009 nanti sudah semestinya PKB Kab. Bekasi atau caleg perempuannya dapat menggunakan media massa baik media eletronik ataupun cetak, serta harus diiringi dengan kemampuan manajemen fund rising yang lebih baik; dan (4) dafam rangka melengkapi penggunaan pendekatan marketing politik, sebaiknya PKB Kab. Bekasi dapat merekrut tim riset yang handal.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14084
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library