Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Heru Pujiono
Abstrak :
Tuberculosis Paru merupakan salah satu penyakit kronis yang harus mendapat perhatian untuk segera diatasi dan ditangani. Di Indonesia strategi untuk menanggulanginya dengan Directly Observed Treatment Shorcourse chemotherapy (DOTS) telah dilaksanakan di 7.349 Puskesmas (97 %). Keberhasilan penanggulangan Program Tuberculosis Paru terkait erat antara komitmen dan pendanaan. Apabila dapat dijalankan dengan baik akan memberi keuntungan secara ekonomis. Mengingat alokasi pembiayaan kesehatan baru mencapai 3,93 % APBD Kabupaten Bengkayang. Maka untuk memberikan advokasi perlu dilakukan evaluasi ekonomi terhadap program kesehatan, salah satunya dengan CEA (Cost Effectiveness Analysis). Kondisi geografis sepesifik Kabupaten Bengkayang terdiri dari daerah pantai, kepulauan, pedaiaman, perkotaan, perbatasan dan tertinggal. Maka untuk lebih memberikan gambaran apakah pembiayaan kesehatan sudah sesuai dengan karakteristik daerah dilakukanlah studi kasus analisis efektifitas biaya penemuan dan pengobatan penderita tuberculosis pant dengan konseling/penyuluhan dan Pengawas menelan Obat (PMO) anggota keluarga dan petugas kesehatan dengan tanpa konseling dan PMO hanya anggota keluarga di Puskesmas Pantai dan Puskesmas Perbatasan. Untuk mengetahui komitmen anggaran dilakukan penggalian pendapat 1 pandangan kepada pengambil keputusan. Disain penelitian adalah kuantitatif. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan basil cost effectiveness ratio penemuan dan pengobatan penderita tuberculosis paru dengan konseling/penyuluhan dan PMO anggota keluarga dan petugas kesehatan dengan tanpa konseling dan PMO hanya anggota keluarga di Puskesmas Pantai dan Puskesmas Perbatasan. Pengumpulan data primer berupa observasi dan wawancara mendalam dengan pengambil keputusan. Data sekunder dengan telaah dokumen. Hasil penelitian studi kasus ini menunjukkan bahwa komponen terbesar biaya penemuan dan pengobatan penderita tuberculosis paru dengan konseling/penyuluhan dan PMO anggota keluarga dan petugas kesehatan serta tanpa konseling dan PMVIO hanya anggota keluarga adalah biaya operasional sebesar 57,53 % di Puskesmas Sungai Duri (63,27 % gaji dan 17,01 % bahan habis pakai), sebesar 64,67 % di Puskesmas Sungai Raya (78,50 % gaji dan 10,87 % bahan habis pakai), sebesar 65,80 % di Puskesmas Jagoi Babang (90,34 % gaji dan 5,23 % bahan habis pakai) dan sebesar 32,66 % di Puskesmas Seluas (77,83 % gaji dan 12,50 % bahan habis pakai). Penemuan dan pengobatan penderita Tuberculosis Pam dengan metode konseling dan PMO di Puskesmas Pantai lebih efektif dibandingkan Puskesmas Perbatasan. Hampir semua pengambil keputusan menyatakan dukungan terhadap pembiayaan program kesehatan dan efektifitas tergantung pada SDM, sarana dan prasarana, serta pembiayaan kesehatan. Dalam pelaksanaan program tuberculosis part' di Puskesmas perlu didukung adanya konselinglpenyuluhan dan PMO tenaga kesehatan. Sosialisasi SPM dan hasil studi kasus sebagai bahan evaluasi dan advokasi dalam penyususnan anggaran APBD 2007. Dan efektifitas pelaksanaan program digunakan sebagai dasar dalam penentuan Kebijakan Umum Anggaran (KU A) APBD Kabupaten Bengkayang. ...... Lungs tuberculosis is one of the chronic diseases that have to be noticed then handled and overcome earlier. Overcome strategy by Directly Observed Treatment Shorcourse chemotherapy (DOTS) had conducted in 7.349 Puskesmas (97 %). Lungs Tuberculosis Program overcome efficacy related with commitment and funding. If conducted well, it will give benefit economically. Remembering health funding alloction recently reach 3,93 % of Bengkayang Regency APBD. Therefore to give advocated need economic evaluation toward health program, one of them is CEA (Cost Effectiveness Analysis). Specific geographical condition of Bengkayang Regency consist of coast, island, hinterland, urban, border and remains. Therefore to give view that health defrayal is appropriate with district characteristic conducted case study of cost effectiveness analysis case detection patient and lungs tuberculosis medication patient with conselling and PMO with family and health provider without no conselling and PMO by family only in Coastal Puskesmas and Border Puskesmas. To find the budget commitment conduct opinionlview delve toward decision maker. Research design is quantitative. Research aim is to find cost effectiveness ratio result of patien and lungs tuberculosis medication invention in Coastal Puskesmas and Border Puskesmas. Primary data gathering was in observation and circumstantial interview with decision maker. Secondary data by document study. This case study research result shows that total cost of case detection and TB Lungs Medication Patient by conselling and PMO with family and health provider with by no conselling and PMO with family only is operasional cost is 57,53 % in Puskesmas Sungai Duri (63,2 % salary and 17,01 % substance used up wear), 64,67 % in Puskesmas Sungai Raya (78,50 % salary and 10,87 % substance used up wear), 65,80 % in Puskesmas Jagoi Babang (90,34 % salary and 5,23 % substance used up wear) and 32,66 % in Puskesmas Seluas (77,83 % salary and 12,50 % substance used up wear). Case detection patient and Lungs TB Medication Patient with Cancelling and PMO Methode in Coastal Puskesmas is more effective with Border Puskesmas. Almost all decision maker express that effectiveness depends on SDM, tools and infrastructure, and also health financing. Program execution in Puskesmas with concelling and PMO with health provider, SPM Socialization and deciding budget allocation need to play attention to program conducting effectiveness evaluation and advocating on in desition to budget APBD 2007. And effectivness execution programme used by decision elementary in policy budget general Bengkayang Regency APBD.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T20066
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahri Gunawan
Abstrak :
Pendahuluan Penyaktit Tuberculosis (TBC) merupakan penyakit menular yang membutuhkan waktu pengobatan sampai 6 bulan. Dukungan PMO keluarga berperan penting dalam meningkatkan pengetahuan, tindakan pencegahan dan kepatuhan pasien. Salah satu metode yang telah terbukti memberikan efek positif adalah Intervensi edukasi kesehatan terstruktur. Tujuan Mengidentifikasi pengaruh intervensi edukasi kesehatan terstruktur terhadap dukungan PMO keluarga dan kepatuhan minum Obat anti Tuberkulosis (OAT) di Kabupaten Muaro Jambi. Metode Penelitian quasy eksperimen dengan pretest and posttest with control goup. Sampel 38 responden pada kelompok intervensi dan 38 pada kelompok kontrol. Analisa data menggunakan uji independent t-tes.dan Mann Whitney Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh edukasi kesehatan terstruktur terhadap dukungan PMO keluarga setelah diberikan intervensi dengan nilai p=0.001 .Terdapat pengaruh edukasi kesehatan terstruktur terhadap kepatuhan minum OAT setelah diberikan intervensi dengan nilai p=0.003. Kesimpulan : edukasi kesehatan terstruktur bertujuan untuk memberikan informasi kepada PMO keluarga akan meningkatkan pendidikan kesehatan, pada akhirnya akan mempengaruhi tindakan yang sehat dalam dukungan keluarga dan meningkatkan kepatuhan minum OAT pada pasien TBC. ......Introduction Tuberculosis (TB) is an infectious disease that requires treatment for up to 6 months. Family PMO support plays an important role in increasing knowledge, preventive measures and patient compliance. One method that has been proven to have a positive effect is a structured health education intervention. Objectives To identify the effect of structured health education interventions on family PMO support and adherence to taking anti-tuberculosis drugs (OAT) in Muaro Jambi District. Quasy experimental research method with pretest and posttest with group control. A sample of 38 respondents in the intervention group and 38 in the control group. Data analysis using independent t-test. The results showed that there was an effect of structured health education on family PMO support after being given an intervention with a value of p=0.001. There was an effect of structured health education on adherence to taking OAT after being given an intervention with a value of p=0.003. Conclusion: structured health education aims to provide information to PMO families will improve health education, will ultimately affect healthy actions in family support and increase adherence to taking OAT in TB patients.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dibadari Chalisa
Abstrak :
Praktek Kerja Profesi Apoteker di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk memiliki 3 tujuan utama yaitu: yang pertama untuk memahami peranan, tugas dan tanggung jawab apoteker dalam praktek pelayanan kefarmasian di Puskesmas sesuai dengan ketentuan perundangan dan etika farmasi yang berlaku, dan dalam bidang kesehatan masyarakat; yang kedua adalah agar memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap perilaku professional serta wawasan dan pengalaman nyata untuk melakukan praktik profesi dan pekerjaan kefarmasian di Puskesmas; dan yang ketiga adalah melihat dan mempelajari strategi dan pengembangan praktik profesi Apoteker di Puskesmas; memiliki gambaran nyata tentang permasalahan praktik dan pekerjaan kefarmasian di Puskesmas; serta mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan tenaga kesehatan lain yang bertugas di Puskesmas. Dalam pelaksanaan praktek kerja profesi apoteker ini, dilakukan pengerjaan tugas khusus yang berjudul 'Pembuatan Pedoman Penulisan Patient Medication Record di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk Jakarta Barat'. Tugas Khusus ini memiliki tujuan untuk membuat pedoman penulisan Patient Medication Record PMR di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk Jakarta Barat. ......Period Pharmacist Professional Practice at Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk Jakarta Barat has 3 main purposes, the first to understand the duties and responsibilities of pharmacists in puskesmas, do pharmaceutical care activities accordance with statutory provisions and ethics, and in the field of public health the second is to earn knowledge, skills, professional behaviors and the real experiences to carry out pharmacist practices in the puskesmas and the third purpose is to learn about the strategy to develop pharmaceutical care activities in puskesmas, be able to interact with other healthcare professional profession, and also have a real illustration about problem solving activities inside puskesmas. In this practice, done a special assignment entitled 'Making guidelines writing of Patient Medication Records in Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk West Jakarta'. The purpose of this special assignment are to make guidelines writing of Patient Medication Records in Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk West Jakarta.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ambun Kadri
Abstrak :
Penyakit tuberkulosis merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobakterium Tuberkulosis. Di Indonesia penyakit ini merupakan masalah utama kesehatan masyarakat karena kasusnya terus meningkat setiap tahunnya tetapi tidak dapat terdeteksi dengan baik karena salah satu penyebabnya adalah perilaku pencarian pengobatan yang menjadi tersangka penderita penyakit ini tidak datang ke fasilitas kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku pencarian pengobatan tersangka penderita TB Paru di wilayah puskesmas Tanjung Paku Kota Solok tahun 2005. Penelitian ini menggunakankan pendekatan kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam dan diskusi kelompok terarah serta telaah dokumen. Lokasi penelitian dilakukan di wilayah kerja puskesmas Tanjung Paku. Sebagai informan adalah masyarakat yang diduga tersangka penderita TB Paru yang dibagi menjadi enam kelompok berdasarkan perilaku pencarian pengobatannya yaitu perilaku 1 adalah tidak melakukan tindakan apa-apa, perilaku 2 mengobati diri sendiri perilaku 3 berobat kedukun, perilaku 4 membeli obat warung, perilaku 5 berobat ke puskesmas dan perilaku 6 berobat ke dokter praktek swasta. Dari keenam perilaku ini diambil masingmasing satu informan untuk dilakukan wawancara mendalam dan delapan orang untuk dilakukan diskusi kelompok terarah, selain itu juga dilakukan wawancara mendalam kepada petugas kesehatan, pengawas menelan obat, dukun, warung obat, tokoh masyarakat, keluarga dan penderita TB Paru dan dokter praktek swasta. Karateristik informan yang dilihat adalah pengetahuan, persepsi, sikap, motivasi, dan niat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa informan perilaku 1 dan 2 tidak mempunyai pengetahuan tentang TB Paru, perilaku 3 dan 4 mempunyai pengetahuan cukup baik tentang, perilaku 5 dan 6 sudah mempunyai pengetahuan yang baik terhadap penyakit TB Paru. Persepsi informan terhadap penyakit TB Pam pada perilaku 1 dan 2 kurang baik, pada perilaku 3 dan 4 cukup baik dan pada perilaku 5 dan 6 sudah baik Sikap informan terhadap penyakit TB Paru semua setuju bahwa penyakit tarsebut menular dan bisa disembuhkan bila teratur berobat ke puskesmas kecuali pada perilaku 1 dan 2 tidak setuju dengan hal tersebut. Semua informan mempunyai motivasi yang positif terhadap penyakit TB Paru kecuali perilaku 1 dan 2 yang mempunyai motivasi negatif Niat dan keinginan untuk sembuh bila menderita penyakit TB Paru semua kelompok mempunyai niat dan keinginan seperti itu kecuali sebagian kecil dari perilaku 1. Dan laporan puskesmas tahun 2005 basil penjaringan pasien tersangka TB Paru masih sangat rendah Baru mencapai 38,5% dari sasaran yang telah ditetapkan. Petugas kesehatan mempunyai pengetahuan, persepsi, sikap, motivasi dan niat yang bailk terhadap program TB Paru puskesmas demikian juga pada pengawas menelan obat dan keluarga penderita Tidak ada kerjasama puskesmas dengan tokoh masyarakat, dukun dan dokter praktek swasta dalam program penanggulangan penyakit tuberkulosis. Peneliti menyarankan kepada puskesmas Tanjung Paku untuk meningkatkan kegiatan promosi aktif program P2TB paru dan kerjasama lintas sektor dan program.
The tuberculosis is direct infection disease that caused by Mycobacterium Tuberculosis. In Indonesia this disease is the main public health problem because the case adding every year but can not good detection.. Because this case may cause by medication seeking behavior of this disease patient not coming to health facility. This research aim is to find the behavior of TB lungs patient medication seeking in Tanjung Paku primary health center Solok City West Sumatera year 2005. This research using qualitative approach by doing circumstantial interview and directional group discussion and also document analyze. Research location is done in Tanjung Paku'.primary health centre working regional. As informant is society that suspect as TB lungs patient which divided into six group based on medication seeking behavior that is behavior 1 with not doing any action, behavior 2 with curing oneself; behavior 3 of medicating to shaman, behavior 4 with buying stall medication, behavior 5 of medicating in primary health centre and behavior 6 of medicating to private doctor. From these six behaviors each one informant taken for a circumstantial interview and eight people for directional group discussion, and also done circumstantial interview to health official, medicine consumes watcher, shaman, drug store, public figure, family from TB lungs patient and private doctor. Informant characteristic seen is knowledge, perception, attitude, and intention. This research result shows that informant toward TB lungs disease in behavior 1 and 2 do not have knowledge, behavior 3 and 4 is quite good, behavior 5 and 6 is good. Informant perception toward TB lungs disease in behavior 1 and 2 is not quite good, behavior 3 and 4 is quite good, and behavior 5 and 6 is good. Informant attitude toward TB lungs disease is everyone agree that the disease contaminate and can be cured if regularly take medicine from primary health care except in behavior 1 and part of behavior 2 do not agree with it. All informants have positive motivation toward TB lungs disease except behavior 1 and 2 that has negative motivation. Intention and desire to be cured if infect by TB lungs disease is agreed by all group except part of behavior. From primary health centre report year 2005 the result of TB lungs patient screening is 30 % target exist and this still very low. Health official has good knowledge, perception, attitude, motivation, and attention toward primary health care TB lungs program and also toward medicines consumes watcher and patient family. There is no cooperation between primary health centre with public figure, shaman and private doctor in this tuberculosis disease preventative program. Researcher suggest Tanjung Paku primary health centre to increase active promotion activity of it P2TB program and cooperation across sector and program.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T19065
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library