Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ho, Aaron H.-P., editor
"Latar Belakang: Ventilasi mekanik diperlukan pasien kritis di unit perawatan intensif dengan tujuan menormalkan kadar gas darah arteri dan menyeimbangkan kadar asam basa, namun penggunaan ventilasi mekanik yang berkepanjangan dapat menyebabkan terjadinya Ventilator Associated Pneumonia, cedera paru, infeksi nosokomial, dan sepsis. Ketebalan diafragma memiliki korelasi signifikan dengan lama penggunaan ventilasi mekanik. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan faktor-faktor risiko dengan ketebalan diafragma pasien kritis di ICU, sehingga dapat membantu untuk memprediksi lamanya penggunaan ventilasi mekanik.
Metode: Penelitian ini merupakan studi analitik observasional terhadap 30 subjek penelitian yang memenuhi kriteria penerimaan selama periode September 2018- Desember 2018 di Ruang Perawatan Intensif RSUP Dr. Mohammad Hoesin. Ketebalan diafragma pasien kritis yang menggunakan ventilasi mekanik diukur pada hari ke-0, ke-3, ke-5 dan kemudian dibandingkan.
Hasil: Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan ventilasi mekanik didominasi oleh laki-laki (63,33 %), usia 40-70 tahun (63,33%), dengan status nutrisi kategori tidak obes (90%). Penurunan ketebalan diafragma signifikan terjadi pada hari ke-3 (nilai P = 0,026). Penurunan ketebalan diafragma memiliki hubungan yang bermakna dengan RNL (nilai P = 0,003), kadar prealbumin (nilai P = 0,025), IMT (nilai P = 0,015), sepsis (nilai P = 0,010), dan pemberian albumin artifisial (nilai P = 0,013). Sedangkan usia (nilai P = 0,603), jenis kelamin (nilai P = 0,906), opioid (nilai P = 0,315), dan kadar glukosa (nilai P = 0,303) menunjukkan hubungan yang tidak bermakna secara statistik.
Simpulan: Penurunan ketebalan diafragma terjadi pada subjek yang menggunakan ventilasi mekanik dipengaruhi oleh RNL, kadar prealbumin serum, IMT, sepsis, dan penggunaan albumin intravena, namun tidak dipengaruhi usia, jenis kelamin, penggunaan opioid, dan pemberian infus albumin intravena.

Background: Mechanical ventilation required by critical patients in intensive care unit to normalizing arterial blood gas and balancing acid-base levels, but prolonged use of mechanical ventilation can cause ventilator associated pneumonia, lung injury, nosocomial infections, and sepsis. Diaphragm thickness has a significant correlation with the duration of mechanical ventilation uses. This study aims to analyze the relations of risk factors with the thickness of the diaphragm of critical patients in the ICU. Hopefully it can help to predict the length of the mechanical ventilation uses.
Methods: This study was an observational analytic study of 30 research subjects who met the acceptance criteria during the period September 2018-January 2019 in the Intensive Care Unit of Dr. Mohammad Hoesin Hospital. The diaphragm thickness of critical patients using mechanical ventilation was measured on the 0th, 3rd, 5th and then compared by days.
Results: The study showed that the use of mechanical ventilation was dominated by men (63.33%), ages 40-70 years (63.33%), with nutritional status in the category of not obese (90%). A significant decrease in the thickness of the diaphragm occurred on the 3rd day (p-value = 0.026). The decrease in diaphragm thickness has a significant relations with RNL (p-value = 0.003), prealbumin level (p-value = 0.025), BMI (p-value = 0.015), sepsis (p-value = 0.010), and artificial albumin (p-value = 0.013). Whereas age (p-value = 0.603), gender (p-value = 0.906), opioid (p-value = 0.315), and glucose level (p-value = 0.303) showed a relations that did not reach statistical significance.it
Conclusion: The decrease in diaphragm thickness occurred in subjects using mechanical ventilation affected by RNL, serum prealbumin levels, BMI, sepsis, and intravenous albumin uses, but were not affected by age, sex, opioid use, and intravenous albumin infusion.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Purwati
"Perawatan pada pasien dengan perdarahan intraserebral pada fase subakut memerlukan pemantauan ketat di ruang rawat ICU. Masalah keperawatan yang terjadi pada pasien meliputi bersihan jalan napas inefektif, perfusi serebral inadekuat, ketidakstabilan glukosa darah, resiko defisit nutrisi, resiko ketidakstabilan cairan dan elektrolit, serta adanya risiko perluasan infeksi. Masalah gastrointestinal pada pasien ICH mengakibatkan gangguan penyerapan nutrisi dengan tingginya GRV yang berisiko terjadinya aspirasi. Salah satu intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah melalui pijat perut (abdominal massage). Laporan ini disusun untuk memaparkan analisis asuhan keperawatan pada pasien kritis dengan perdarahan intraserebral dalam penerapan abdominal massage untuk mengurangi residu lambung. Asuhan keperawatan diberikan secara menyeluruh sesuai masalah keperawatan pada kasus selama tiga hari. Sebagian intervensi meliputi abdominal massage yang dilakukan selama 20 menit sebanyak dua kali sehari. Setelah asuhan keperawatan diberikan didapatkan bersihan jalan napas yang belum efektif, perfusi serebral belum adekuat, glukosa darah belum stabil, defisit nutrisi tidak terjadi dengan peningkatan asupan, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dan perluasan infeksi masih mungkin terjadi. Residu NGT berkurang hingga 0 cc setelah dilakukan intervensi abdominal massage. Pemberian intervensi abdominal massage sebagai bagian dari keseluruhan asuhan keperawatan dapat diterapkan di berbagai ruang rawat untuk menurunkan GRV dan meningkatkan penyerapan nutrisi pasien dengan NGT.

Care for patients with intracerebral hemorrhage in the subacute phase still requires close monitoring in the ICU ward. The nursing problems occurring in the patient include ineffective airway clearance, inadequate cerebral perfusion, blood glucose instability, risk of nutritional deficit, risk of electrolyte and fluid imbalance, and the risk of infection spread. Gastrointestinal problems in ICH patients result in nutrient absorption disorders with high GRV, which poses a risk of aspiration. One of the interventions that can be done to address high gastric residue is through abdominal massage. This report is prepared to present an analysis of nursing care for critically ill patients with intracerebral hemorrhage in the application of abdominal massage to reduce gastric residue. Nursing care was provided comprehensively according to the nursing problems in the case over three days. Some interventions included abdominal massage performed twice a day. After nursing care was provided, it was found that airway clearance was still ineffective, cerebral perfusion was inadequate, blood glucose was unstable, fluid and electrolyte imbalance had not been resolved, and the spread of infection was still possible. GRV decreased to 0 cc after abdominal massage intervention. The provision of abdominal massage intervention as part of overall nursing care can be applied in various wards to reduce GRV and improve nutrient absorption in patients with NGT."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bona Adhista
"Latar Belakang: Pasien yang menggunakan ventilator mekanik (VM) merupakan pasien dengan penyakit kritis dan memiliki angka mortalitas yang tinggi. Pengetahuan tentang prediktor mortalitas dapat membantu pengambilan keputusan klinis untuk tatalaksana pasien dan mengetahui prognosis pasien. Studi-studi tentang faktor prediktor mortalitas pasien yang menggunakan VM menunjukkan hasil yang berbeda-beda dan tidak ada penelitian yang komprehensif di Indonesia.
Tujuan: Mengetahui faktor-faktor prediktor mortalitas pasien yang menggunakan VM di RSCM.
Metode: Penelitian ini merupakan studi kohort retrospektif pada pasien di Unit Perawatan Intensif (UPI) RSCM yang menggunakan VM selama tahun 2010 –2012. Data klinis dan laboratorium beserta status luaran (hidup atau meninggal) selama perawatan diperoleh dari rekam medis. Analisis bivariat dilakukan pada variabel usia, keganasan, Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), renjatan, pasca operasi, riwayat henti jantung, hiperglikemia, CVD, gangguan ginjal akut, sepsis dan hipoalbuminemia. Variabel yang memenuhi syarat akan disertakan pada analisis multivariat dengan regresi logistik.
Hasil: Sebanyak 242 pasien diikutsertakan pada penelitian ini. Didapatkan angka mortalitas selama perawatan sebesar 45,4%. Kelompok usia, keganasan, ARDS, renjatan, pasca operasi, riwayat henti jantung, stroke, gangguan ginjal akut, sepsis dan hipoalbuminemia merupakan variabel yang berbeda bermakna pada analisis bivariat. Prediktor mortalitas pada analisis multivariat adalah gangguan ginjal akut (OR 1,91; IK 95% 1,08 sampai 3,39; p = 0,002), renjatan (OR 2,13; IK 95% 1,18 sampai 3,85; p = 0,012), CVD (OR 3,39; IK 95% 1,65 sampai 6,95; p = 0,01), ARDS (OR 2,19; IK 95% 1,10 sampai 4,35; p = 0,025) dan riwayat henti jantung (OR 4,85; IK 95% 1,56 sampai 15,07; p = 0,006).
Kesimpulan: Gangguan ginjal akut, renjatan, CVD, ARDS, dan riwayat henti jantung merupakan prediktor independen mortalitas pada pasien yang menggunakan VM.

Background: Mechanical ventilation (MV) is one of the most essential modality that supports many critically ill patients in the intensive care unit (ICU). A high mortality rate was observed in mechanically ventilated patients. The prediction of patients outcome at initiation of MV is important in decision-making process and in the effort reducing mortality rate. This study was designed to determine early predictors of mortality in patients with MV.
Objective: To determine early predictors of mortality in patients with MV in Cipto Mangunkusumo Hospital.
Methods: We performed a retrospective cohort study on 242 ICU patients who used MV for more than 48 hours between January 2010 – June 2012. Data were collected at initiation of mechanical ventilation and the main outcome was all-cause mortality during ICU. We analyzed age, sepsis, hypoalbuminemia, shock, post surgical, Acute Kidney Injury (AKI), hyperglicemia, CVD, malignancy, cardiac arrest, Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) at initiation of MV. Multivariate logistic regression analysis was performed to identify independent predictors of mortality.
Results: A total of 242 patients were evaluated in this study. In-hospital mortality rate was 45.4%. The independent predictors of mortality in multivariate analysis were AKI (OR: 1.91; 95% CI 1.08 to 3.39; p = 0.02), shock (OR: 2.13; 95% CI 1.18 to 3.85; p = 0.012), stroke (OR: 3.39; 95% CI 1.65 to 6.95; p = 0.01), ARDS (OR: 2.19; 95% CI 1.10 to 4.35; p = 0.025) and cardiac arrest (OR: 4.85; 95% CI 1.56 to 15.07; p = 0.006).
Conclusion: Shock, CVD, ARDS, cardiac arrest, and AKI were independent predictors of mortality due to patients with MV.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puti Rahmitha Sany
"Pemberian nutrisi pada pasien kritis dapat terhambat karena kondisi intoleransi atau disfungsi gastrointestinal berupa gangguan pengosongan lambung, gangguan motilitas usus, dan penyerapan saluran cerna. Volume residu lambung dianggap sebagai parameter pemantauan gangguan pengosongan lambung dan toleransi nutrisi enteral pada pasien ICU. Beberapa metode pemberian nutrisi seperti intermittent feeding telah direkomendasikan untuk mengendalikan peningkatan volume residu lambung, namun insiden peningkatan volume residu lambung masih ditemukan, sehingga dibutuhkan metode lain yaitu dengan mengubah posisi tubuh menjadi lateral kanan yang dipertimbangkan dapat mempercepat pengosongan lambung. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui efektivitas pemberian nutrisi enteral menggunakan metode intermittent feeding dikombinasikan dengan posisi lateral kanan terhadap volume residu lambung pada pasien kritis. Metode penelitian ini adalah true experimental design, melibatkan 52 responden pasien kritis di ruang ICU RS Persahabatan, terbagi menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara pemberian nutrisi enteral menggunakan metode intermittent feeding dikombinasikan dengan posisi lateral kanan dengan perlakuan standar terhadap volume residu lambung (p value 0.927). Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa pemberian posisi lateral kanan pada saat pemberian intermittent feeding dapat menjadi salah satu strategi dalam mengurangi volume residu lambung, yang dapat dilihat dari jumlah volume residu lambung yang lebih sedikit dibandingkan posisi semi recumbent. Meskipun secara statistik tidak terdapat perbedaan signifikan terhadap volume residu lambung, namun posisi lateral kanan dapat memberi rasa nyaman dan mencegah terjadinya pressure injury

Nutrition in critically ill patients can be hampered due to gastrointestinal intolerance or dysfunction in the form of gastric emptying disorders, impaired intestinal motility, and gastrointestinal absorption. Gastric residual volume is a monitoring parameter of gastric emptying disorders and enteral nutrient tolerance in ICU patients. Several methods of nutrition such as intermittent feeding have been recommended to control the increase in gastric residual volume, but the incidence of increased gastric residual volume is still found, so another method is needed, namely by changing the position of the body to the right lateral which is considered to accelerate gastric emptying. The purpose of this study was to determine the effectiveness of enteral nutrition using the intermittent feeding method combined with the right lateral position on the volume of gastric residue in critically ill patients. The method of this study is a true experimental design, involving 52 critical patient respondents in the ICU of RS Persahabatan, divided into an experimental group and a control group. The results showed that there was no difference between the administration of enteral nutrition using the intermittent feeding method combined with the right lateral position with standard treatment of gastric residual volume (p value 0.927). The conclusion of this study is that the right lateral position during intermittent feeding can be one of the strategies in reducing the volume of gastric residue, which can be seen from the small amount of gastric residue volume compared to the semi-recumbent position. Although there is no statistically significant difference in gastric residual volume, the right lateral position can provide comfort and prevent pressure injury.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library