Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ni Luh Putu Agustini
Abstrak :
Dewasa ini perkembangan dunia kedokteran semakin bertambah pesat sehingga tidak saja berfungsi dalam hal penyembuhan namun juga memberikan suatu peluang yang positif terhadap dunia kecantikan. Salah satunya ialah bedah plastik. Dulu suatu tindakan bedah plastik selalu dikaitkan dengan suatu keadaan dimana pasiennya menderita suatu indikasi medis sehingga memerlukan penanganan bedah plastik. Namun dunia kedokteran kini tidak lagi hanya berfungsi apabila adanya indikasi medis, tetapi juga dapat berfungsi sebagai penambah daya tarik kecantikan seseorang. Bedah plastik mempunyai karakteristik yang khusus misalnya dalam hal bedah plastik estetik yang berbeda dengan tindakan medis lainnya. Hal ini disebabkan karena bedah plastik estetik lebih mengutamakan kepada suatu hasil kerja dari dokter bedah plastik yang bersangkutan (Resultaatverbintenis), walaupun memang bedah bedah plastik rekonstruksi merupakan bedah plastik yang lebih mengutamakan daya upaya atau usaha maksimal dari tindakan dokter (Inspaningverbintenis). Perlindungan hukum atas hak-hak konsumen (pasien) di Indonesia, sebenarnya telah diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Begitu juga hak-hal pasien telah diatur dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan dan Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Salah satu hak tersebut adalah untuk mendapatkan ganti kerugian atas tindakan pelaku usaha yang menyebabkan kerugian itu. Aspek hukum perlindungan konsumen (pasien) menjadi fokus penting karena tindakan dokter bedah plastik yang sering merugikan konsumen. Dalam hal bedah plastik ada beberapa permasalahan yang dapat timbul seperti tidak adanya pengaturan secara eksplisit yang mengatur mengenai dokter yang berwenang untuk melakukan tindakan bedah plastik. Hal ini menyebabkan banyak dokter yang mengklaim dirinya mampu untuk melakukan bedah plastik.Permasalahan lainnya ialah apabila seorang dokter melakukan Perbuatan Melawan Hukum maupun wanprestasi yang biasanya disebut dengan Malpraktek. Pemberlakuan klausula-klausula yang bersifat baku sehingga konsumen (pasien) hanya bisa menerima dan tidak adanya kesempatan bernegosiasi dan terkadang klausula tersbut berisi pembebasan tanggung jawab dari pihak dokter bedah plastik. Klausula tersebut sering terdapat dalam Informed consent. Sedangkan alternatif penyelesaian sengketa antara konsumen (pasien) dengan dokter bedah plastik apabila terjadi suatu tindakan malpraktek dalam bidang Perdata, maka dapat diselesaikan baik melalui pengadilan atau di luar pengadilan yaitu dengan cara musyawarah serta dapat diajukan permasalahan kepada organisasi profesi yang terkait yaitu MKEK IDI (Majelis Kehormatan Etik Kedokteran).
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T36564
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karisma Rani
Abstrak :
ABSTRAK
Ketertarikan terhadap penampilan fisik adalah hal yang lazim terdapat dalam diri setiap manusia. Tidak dapat dipungkiri bahwa baik pria maupun wanita menyukai orang yang berpenampilan menarik dan cenderung berespon secara positif terhadap mereka. Bagi kaum wanita, penampilan fisik yang menarik merupakan suatu problematika tersendiri. Pola asuh yang diterima sejak kecil serta pengaruh dari lingkungan membuat wanita seakan dituntut untuk lebih memperhatikan penampilan fisiknya dibandingkan pria. Donovan dan Sanford (dalam Cohen, 1984) mengemukakan bahwa salah satu alasan mengapa wanita mempermasalahkan fisiknya adalah karena wanita hidup dalam budaya dimana wanita dituntut untuk cantik agar dapat dihargai. Setiap wanita memiliki gambaran tersendiri akan penampilan fisiknya, dan bagaimana ia melihat tubuhnya secara keseluruhan . Gambaran semacam ini disebut body image. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa body image erat kaitannya dengan harga diri seseorang. Banyak faktor yang mempenganihi pembentukan body image, diantaranya adalah pengaruh lingkungan, media massa, dan sebagainya. Paradigma kecantikan yang ditimbulkan dari pengaruh faktor-faktor tersebut dapat memberikan dampak yang negatif bagi wanita. Banyak wanita yang terobsesi dengan penampilan fisiknya, dan tidak jarang memiliki tuntutan-tuntutan yang tidak realistis terhadap dirinya sendiri. Remaja putri adalah kelompok usia yang rentan terhadap gangguan body image. Para ahli mengatakan bahwa kepedulian akan penampilan fisik umumnya dimulai ketika seseorang menginjak usia remaja. Pada masa remaja itulah penampilan fisik sangat mempenganihi bagaimana seseorang mempersepsikan dirinya sendiri. Banyak cara yang dilakukan wanita untuk mengatasi ketidakpuasan terhadap penampilan fisiknya, antara lain berkonsultasi dengan ahli kecantikan, menjalani diet ketat, dan Iain-lain. Salah satu cara yang saat ini populer untuk mengatasi ketidakpuasan terhadap penampilan fisik tersebut adalah melakukan bedah plastik kosmetik. Bedah ini bertujuan untuk merubah bagian tubuh yang tidak disukai seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui body image remaja putri yang telah menjalani bedah kosmetik, melihat perubahan psikologis yang dialami pasca operasi, dan adanya kemungkinan kecenderungan Body Dismorphic Disorder pada pasien. OnlidHs. ( n1 995), Rice (1996). Penjelasant seiornig-ktaeto rmie pnegrekneamib kaonngsaenp rdiermia djaan dbaargii Paanpnaylai ay adiatnu body image oleh Atwater (1983), dan teori-teori mengenai perkembangan body imase pada remaja yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Untuk membahas mengenai gangguan body mage, peneliti menggunakan teori Heinberg (dalam Thompson, 1996). Body mage dalam hubungannya dengan operasi plastik dijelaskan menggunakan teori dari Thompson (1996). Metode penelitian yang digunakan menggunakan pendekatan kualitatif dengan penggunaan studi kasus terhadap tiga orang responden. Untuk menggali informasi sedalam-dalamnya digunakan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh responden mengalami ketidakpuasan pada satu atau lebih dari bagian tubuhnya. Seluruh responden juga mengakui adanya prototype fisik ideal seorang wanita yang terdapat dalam masyarakat, dan pentingnya penampilan fisik dalam meningkatkan rasa percaya diri mereka. Selain itu para responden juga merasakan kontribusi dari media terhadap body image mereka. Peneliti berharap adanya penelitian lanjutan mengenai topik bedah kosmetik ini, mengingat masih sedikitnya penelitian mengenai topik ini sedangkan gangguan body image adalah hal yang banyak dialami pada remaja putri.
2003
S2427
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanwar Hadiyanto
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian riset operasional, kualitatif untuk pembuatan desain cetak biru layanan bedah elektif di rumah sakit Pondok Indah – Pondok Indah. Tujuan penelitian ini adalah memetakan pengalaman pasien bedah elektif di RSPI Pondok Indah saat ini, mendesain cetak biru layanan pasien bedah elektif yang dapat menjadi pedoman dalam penyusunan perencanaan perbaikkan mutu layanan, khususnya bedah elektif di RS Pondok Indah - Pondok Indah dan memberikan saran agar cetak biru layanan bedah elektif yang dihasilkan dapat diimplementasikan. Hasil penelitian ini adalah peta pengalaman pasien bedah elektif dan cetak biru layanan bedah elektif yang masing-masing terbagi dalam 4 tahap yaitu rawat jalan, rawat inap pre-operasi, kamar operasi dan rawat inap paska-operasi. Peta pengalaman pasien bedah elektif di RS Pondok Indah- Pondok Indah memperlihatkan banyak potensi untuk perbaikkan proses khususnya dalam memperbaiki pengalaman pasien saat ini. Cetak biru layanan bedah elektif yang dihasilkan merupakan masukkan untuk memperbaiki pengalaman pasien di rumah sakit di mana penelitian ini dilakukan dan langkah-langkah pembuatan cetak biru ini dapat menjadi contoh bagi rumah sakit lain untuk mengelola pengalaman pasien dan pelengkap yang bermanfaat dalam pembuatan standar pelayanan kesehatan dalam pelayanan pasien yang berfokus pada pasien sesuai amanat dari Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tentang Rumah Rumah Sakit karena cetak biru ini memperhatikan semua aspek layanan dari sisi pasien maupun dari sisi semua pemberi layanan termasuk yang bukan dokter dan perawat. ......This research is an qualitative, operational research to design service blueprint for elective surgery at the Rumah Sakit Pondok Indah - Pondok Indah. The purpose of this study was to map the current experience of elective surgery patients in Pondok Indah RSPI, to design service blueprint for elective surgery patients which would be a guide in the preparation for the hospital in the planning process of service quality improvement, particularly in elective surgery in Pondok Indah Hospital and provide suggestions to the management for this service blueprint of elective surgery produced can be implemented. The results of this study are elective surgical patients experience maps and service blueprint for elective surgery which both are divided into 4 stages outpatient, inpatient pre - surgery, operating room and post -operative hospitalization. Surgical patients experience maps in Pondok Indah Hospital - Pondok Indah shows a lot of potential for improvement in process especially in improving the current patient experience. Service blueprint for elective surgery has provided an input to improve the patient experience at the hospital where the study was conducted and the steps to create this blueprint can be an example for other hospitals to manage patient experience and a useful complement to standard-setting in patient care according to the mandate of the Indonesia Law Number 44 of 2009 regarding Hospital, because this blueprint considers both aspects of the service, patient and providers perspective, including those who are not physicians and nurses.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T38917
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahayu Mustika Sari
Abstrak :
Infeksi daerah operasi (IDO) merupakan infeksi pada sayatan atau organ yang terjadi setelah pembedahan. Upaya pencegahan terhadap infeksi ini menjadi semakin penting dengan jumlah operasi yang semakin meningkat. Pemberian antibiotik profilaksis seringkali dianggap sebagai pencegahan IDO yang paling mudah dilakukan. Namun ketidaktepatan dalam penggunaannya dapat menjadi faktor risiko penyebab terjadinya IDO. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis ketidaktepatan penggunaan antibiotik profilaksis pada pasien bedah di RSUD Kota Depok pada periode Januari-Maret 2020. Penelitian ini dilakukan secara observasional dengan disain penelitian deskriptif cross sectional dan pengambilan data dilakukan secara retrospektif. Analisis dilakukan pada sampel sebanyak 139 menggunakan metode Gyssens. Hasil analisis ketidaktepatan penggunaan antibiotik profilaksis dengan metode Gyssens yaitu pada kategori VI sebanyak 138 sampel (99,28%), kategori V sebanyak 83 sampel (60,14%) kategori IVa sebanyak 52 sampel (94,54%). Untuk kategori IVb sampai IIc memiliki nilai yang sama yaitu sebanyak 0 sampel. Kategori I semua sampel tidak tepat waktu pemberian sehingga analisa berakhir pada kategori I dengan jumlah 3 sampel.(100%). Sedangkan angka kejadian infeksi daerah operasi pada pasien bedah di RSUD Kota Depok periode 1 Januari -19 Maret 2020 sebanyak 2,87%. Faktor penyebab terjadinya infeksi daerah operasi karena ketidaktepatan penggunaan antibiotik profilaksis pada waktu pemberian, kepatuhan pasien dan penyakit penyerta (komorbid). ......Surgery area infection (SSI) is an infection of the incision or organ that occurs after surgery. prevention against this infection is becoming increasingly important with an increasing number of operations. Treatment of prophylactic antibiotics as the easiest prevention of SSIs. However, inaccuracy in its use can be a factor in causing SSI. The purpose of this study was to analyze the inaccuracy of prophylactic use in surgical patients at RSUD Kota Depok in the period January-March 2020. This study was conducted observational with a cross-sectional descriptive study and data collection was carried out retrospectively. The analysis was carried out on a sample of 139 using the Gyssens method. The results of the inaccuracy analysis of prophylactic antibiotics using the Gyssens method were 138 samples (99.28%) in category VI, 83 samples (60.14%) in category IVa as many as 52 samples (94.54%). For categories IVb to IIc, there are 0 samples. Category I all samples are not presented on time so that the analysis ends in category I with a total of 3 samples. (100%). Meanwhile, the incidence of infection in the surgical area in surgical patients at the Depok City Hospital for the period January 1-March 19 2020 was 2.87%. Factors causing regional infection due to inappropriate use of prophylactic antibiotics at the specified time, patient and comorbidities (comorbid).
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library