Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maruli Wisnu Wardhana Butarbutar
Abstrak :
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Kelurahan Paseban, Jakarta Pusat merupakan salah satu zona merah DBD pada bulan Maret 2009 sehingga perlu dilakukan pemberantasan vektor DBD, Aedes aegypti. Untuk dapat memberantas vektor DBD dengan tepat, perlu diketahui tempat berkembang biak, angka kepadatan dan penyebarannya. Penelitian bertujuan untuk mengetahui keberadaan larva di container luar rumah di Paseban Barat dan Paseban Timur. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 2-3 Mei 2009. Penelitian berupa survei larva di 100 rumah di Paseban Barat dan Paseban Timur. Container luar rumah yang ditemukan dibagi berdasarkan wilayah Paseban. Data dianalisis menggunakan chi square’s test untuk mengetahui hubungan wilayah dengan keberadaan larva Ae.aegypti di container luar rumah. Dari 100 rumah yang disurvei di Paseban Barat didapatkan house index 12%, container index 5,98% dan breteau index sebesar 18 sedangkan dari 100 rumah di Paseban Timur didapatkan house index 27%, container index 15,04%, dan breteau index sebesar 40. Dari seluruh container luar rumah di Paseban Barat, hanya satu container yang positif larva sedangkan di Paseban Timur container yang positif larva sebanyak 14 buah. Pada chi square’s test didapatkan nilai p=0,000 yang berarti terdapat perbedaan bermakna antara keberadaan larva Ae.aegypti di container luar rumah di Paseban Barat dan Paseban Timur. Disimpulkan bahwa kepadatan dan penyebaran vektor DBD di Paseban Timur lebih tinggi daripada Paseban Barat; dan keberadaan larva Ae.aegypti di container luar rumah di Paseban Timur lebih tinggi daripada Paseban Barat. ......Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a public health problem in Indonesia. Paseban District, Central Jakarta became a DHF red zone at March 2009 so that the DHF vector, Aedes aegypti, must be eradicated. In order to control the vector well; the breeding places, larval density and larval spreading must be known. The purpose of this study was to determine the existence of Ae.aegypti larvae in outdoor containers in West Paseban and East Paseban. This study did at 2-3 May 2009. It was a larvae survey in 100 houses in each West Paseban and East Paseban. The outdoor containers were divided into two categories based on Paseban area, West Paseban outdoor containers and East Paseban outdoor containers. The data were analyzed by chi square’s test to know the correlation between Paseban area and the existence of Ae.aegypti larvae in outdoor containers. From 100 houses surveyed in West Paseban, the house index was 12%, the container index was 5,98% and the breteau index was 18. From 100 houses surveyed in East Paseban, the house index was 27%, the container index was 15,04% and the breteau index was 40. From all outdoor containers found, there was one larval positive container in West Paseban and there were fourteen larval positive containers in East Paseban. From chi square’s test, the p = 0,000 which means there is correlation between Paseban area and the existence of Ae.aegypti larvae in outdoor containers. The conclusions were the larval density and larval spreading in East Paseban was higher than West Paseban; and the the existence of Ae.aegypti larvae in outdoor containers in East Paseban was higher than West Paseban.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cho Paula Chin Lan
Abstrak :
Dengan masuknya kawasan Asia Tenggara menjadi kawasan perdagangan bebas, maka persaingan dalam bidang pelayanan kesehatanpun tak terelakkan lagi. Mutu layanan kesehatan menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan dan salah satu strategi dalam mengantisipasi hal tersebut adalah dengan Total Quality Management dalam pelayanan kesehatan .Pelayanan yang tidak bermutu dapat menyebabkan pasien tidak kembali untuk memanfaatkan jasa tersebut. Salah satu indikatornya adalah dari penurunan jumlah kunjungan pasien. Adanya penurunan jumlah kunjungan di Balai Pengobatan Umum St. Carolus-Paseban periode tahun 1997-2001 menyebabkan diadakannya penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan pemanfaatan dari Balai Pengobatan Umum St. Carolus-Paseban. Faktor-faktor yang diteliti adalah karakteristik pasien seperti umur, pendidikan, pekerjaan, jenis kelamin, biaya, jarak, penyandang dana dan dimensi kepuasan. Dalam dimensi kepuasan yang diteliti adalah sarana fisik, kehandalan, ketanggapan, jaminan/keyakinan dan kepedulian. Janis penelitian yang digunakan adalah cross sectional pada 98 orang pasien lama yang berkunjung di Balai Pengobatan Umum St. Carolus-Paseban antara tanggal 1 sampai dengan tanggal 12 Nopember 2002. Analisis mengenai pemanfaatan Balai Pengobatan Umum St. Carolus-Paseban dilakukan secara univariat, bivariat dan multivariat. Analisis dimensi kepuasan dilakukan dengan self scale survey menggunakan diagram Kartesius. Dari sini didapatkan hasil faktor-faktor apakah yang menjadi prioritas utama untuk perbaikan. Hasil yang didapat adalah 67,3 % dari jumlah pasien lama yang berkunjung selalu berobat ke Balai Pengobatan Umum St. Carolus-Paseban bila sakit dengan karakteristik 67 % wanita, sebagian besar (74,5 %) berusia muda (15 - 49 tahun), dengan tingkat pendidikan SMU ke atas sebanyak 62,2 %. Dari uji bivariat dengan menggunakan uji Kai Kuadrat didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan bermakna antara karakteristik pasien dengan pemanfaatan Balai Pengobatan Umum St. Carolus-Paseban sedangkan dari ke lima dimensi kepuasan yang diteliti yang berhubungan bermakna dengan pemanfaatan adalah dimensi ketanggapan dan kepedulian. Sedangkan dari uji multivariat dengan uji regresi logistik didapatkan hasil hanya dimensi kepedulian yang dominan. Analisis diagram Kartesius diperoleh gambaran bahwa yang harus mendapat prioritas untuk perbaikan Balkesmas St. Carolus-Paseban adalah kebersihan WC, perhatian perawat terhadap kebutuhan pasien selama pelayanan, keramahan perawat dalam memberikan pelayanan kepada pasien, dan kemanjuran obat yang diberikan oleh dokter. Daftar bacaan: 38 (1974-2002)
Factors Connected with the Usage of Balai Pengobatan Umum Balkesmas St.Carolus- Paseban Year 2002Now that the Southeast Asia region has become a free trade area, competition the field of health services can no longer avoided. It has become a matter of vital importance to pay proper attention to the quality of health services provided and one of the strategies in anticipating this is by applying Total Quality Management in providing this services. Services of substandard quality will keep patients away from making further use of these services. One indication of this is the drop in the number of patients' visits. It is this drop in the number of patients' visits at St. Carolus-Paseban Community Health Center during the period from 1997 to 2002 that has led to the investigation of this study. It's aim is finding out what factors, if any, show any correlation to the utilization of the services provided by characteristics such as age, educational background, occupation, sex, pattern of expenses, party responsible for medical expenses, and degree of satisfaction, The scope of the study into ascertaining the degree of satisfaction includes physical facilities, dependability of the services, attentiveness of the staff, trust or confidence in the services, and degree of concern as shown by doctors and nurses. This study used the cross sectional method as applied to 98 patients who visit St. Carolus-Paseban Community Health Center on a regular basis during the period from November 1 until November 12, 2002. The study of the utilization of service at St. Carolus - Paseban Community Health Center was conducted on the basis of univariate, bivariate and multivariate analysis. The study-on the degree of satisfaction was conducted on the basis of self-scale survey employing the Kartesius diagram, These studies have resulted in identifying the factors which deserve priority when taking steps for improvement. The result produced were as follows: 67.3% of regular patients invariably visit St. Carolus-Paseban Community Health Center when they experience health problems, with the following specifics: 67% of the mare female, with the majority (74.5%) in the age bracket of 15-49 years; 62,2% have an educational level of senior high and higher. The bivariate test employing the Chi Square test produced the conclusion that there exists no meaningful correlation between patients' characteristics and their utilization of the service at St. Carolus-Paseban Community Health Center, while of the five aspects of satisfaction studied, those with a meaningful correlation to utilization of services at the Community Health Center are dependability of the services and concern of the staff. In addition, multivariate tests employing logistic regression tests concluded that the only aspect showing any kind of dominance is concern as shown by doctors and nurses. Analysis of the Kartesius diagram showed that in improving health services at St.Carolus - Paseban Community Health Center, priority should be given to cleanliness of public lavatories, nurses' attentiveness toward patients' needs during medical checks, friendliness in nurses' behaviour while handling patients, and efficacy of the medicines prescribed by the doctor. References: 38 (1974-2002)
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T13041
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rawina Winita
Abstrak :
Infeksi kecacingan yang disebabkan oleh Soil Transmitted Helminths (STH) merupakan masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Upaya pemberantasan dan pencegahan penyakit kecacingan di Indonesia secara nasional dimulai tahun 1975 dan prevalensinya tahun 2003 turun sampai 8,9%. Namun dekade terakhir terjadi peningkatan prevalensi termasuk di Jakarta. Salah satu upaya pemberantasan kecacingan adalah dengan memberikan edukasi kecacingan untuk meningkatkan perilaku kebersihan diri sehingga dapat mencegah penyakit kecacingan. Penelitian ini bertujuan mengetahui angka kecacingan siswa SDN Pagi Paseban Jakarta Pusat setelah dilakukan edukasi kecacingan. Penelitian dilakukan secara analitik observasional dari bulan Desember 2010 sampai Juni 2011 terhadap 113 siswa melalui pemeriksaan feses dan kuesioner mengenai data perilaku kebersihan diri. Angka infeksi sebelum edukasi adalah 11,5% dengan spesies Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura serta infeksi campur A. lumbricoides dan Trichuris trichiura. Enam bulan setelah edukasi angka infeksi turun bermakna menjadi 0,9% (p=0,002) dengan jenis infeksi campur A. lumbricoides dan T. trichiura.
Intestinal Worm Eradication Efforts on Primary School Students. Intestinal infection caused by Soil Transmitted Helminths (STH) is a public health problem of Indonesia. Eradication efforts and disease prevention in Indonesia started in 1975 and its coverage can reduce the prevalence to 8.9% in 2003. But in Jakarta, the last decade prevalence of worm infection increased. Factors influence of high worm infection is a clean healthy behaviors. One effort to combat STH infection to do provision to improve personal hygiene behavior which can prevent the infection. This study aims to determine rates of STH worm to 113 students of SDN Paseban Central Jakarta after counseling about Soil Transmitted Helminths infection. The study was conducted from December 2010 to June 2011 by analytic observational through stool examination and questionnaire about personal hygiene. Rate of infection before counseling was 11.5% with species are Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura and mixed infection A. lumbricoides and Trichuris trichiura. Six month later after counseling infection rate decline signifacantly to 0.9% (p = 0.002) with a double infection type A. lumbricoides and T. trichiura.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Nugraheni
Abstrak :
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia terutama di Jakarta. Pada tahun 2008 terdapat 4290 penderita dan banyak wilayah yang dinyatakan tergolong zona merah antara lain Kelurahan Paseban dengan jumlah penderita 135 orang. Untuk melakukan pemberantasan diperlukan data dasar antara lain tingkat pengetahuan warga mengenai DBD. Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat pengetahuan ibu rumah tangga (IRT) mengenai pemberantasan sarang nyamuk (PSN) DBD dan faktor yang berhubungan. Desain penelitian ini adalah cross sectional. Survei dilakukan menggunakan kuesioner pada tanggal 30 dan 31 Mei 2009. Dipilih 100 IRT sebagai subyek penelitian dengan simple random sampling. Data dianalisis dengan uji chi-square menggunakan SPSS. Hasil penelitian menunjukkan jumlah IRT yang memiliki pengetahuan kurang 45 orang (45%), 23 orang (23%) cukup, dan 32 orang (32%) baik. Terdapat perbedaan bermakna antara pengetahuan IRT mengenai PSN DBD dengan usia (p= 0,031), tingkat pendidikan (p=0,002) dan jumlah sumber informasi IRT (p= 0,016). Tidak terdapat perbedaan bermakna antara pengetahuan IRT mengenai PSN DBD dengan pekerjaan (p= 0,223) dan aktivitas yang diikuti di lingkungan (p= 0,546). Disimpulkan tingkat pengetahuan IRT mengenai gejala DBD tergolong kurang, berhubungan dengan usia, pendidikan dan jumlah sumber informasi, dan tidak berhubungan dengan pekerjaan dan aktivitas di lingkungan rumah. ......Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is one of Indonesia's health problems especially in Jakarta. There had been 4290 cases of DHF within 2008. Central Jakarta has few red zones and among them is Paseban village with 135 cases. The elimination of DHF requires few informations such as the society?s knowledge about DHF. Therefore, the objective of this research is to identify the knowledge about eliminition of mosquito breeding places (PSN) and their associatied factors among housewives. The design of this research is cross sectional. Survey was performed using questionnaire on 30th and 31st of May 2009. The number of subject was determined using simple random sampling with the result of 100 housewives. The data was analyzed using chi-square fascilitated by SPSS. The outcome shows that 45% of respondents are lack of knowledge, 23% of respondents have adequate knowledge, and 32% has good knowledge about PSN. There are significant difference between respondent's knowledge about DHF and their age (p=0,031), their formal education (p=0,002) and the number of information's sources they received (p=0,016). There are no significant difference between respondent's knowledge about DHF and their work (0,223) and their activity in the environment (0,546). In conclusion the level of knowledge about PSN DBD among housewives in Paseban is mostly poor and has significant difference with their age, level of formal education and number of information source they have got. However it has no significant difference with their job and their activity in the environment.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Michael Hartanto A
Abstrak :
Angka Kejadian Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Paseban, Jakarta Pusat terus meningkat sehingga dibutuhkan suatu upaya pemberantasan vektor DBD. Salah satu upaya pemberantasan yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan penyuluhan kepada warga setempat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran penyuluhan dalam menurunkan angka kepadatan dan penyebaran vektor DBD dengan menggunakan desain eksperimental berupa survei keberadaan larva Aedes aegypti. Keberhasilan penelitian ditentukan dengan survei 100 rumah di Paseban Timur, Kelurahan Paseban, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat pada bulan Mei 2009 (pre-penyuluhan) dan Juni 2009 (post-penyuluhan) dengan single larval method. Hasil penelitian menunjukkan penurunan house index (HI), container index (CI) dan breteau index (BI) 26%, 14,909%, 41 menjadi 11%, 6,909%, dan 19. Indikator penyebaran dan kepadatan yaitu HI dan CI dianalisis dengan uji Mc Nemar. Didapatkan nilai p untuk HI = 0,124 yang menunjukkan tidak ada hubungan antara penyuluhan dengan angka penyebaran vektor DBD, sedangkan nilai p untuk CI = 0,003 yang menandakan adanya hubungan bermakna antara penyuluhan dengan angka kepadatan vektor DBD. ......The cases of Dengue Haemorraghic Fever (DHF) in Kelurahan Paseban, Jakarta Pusat, are still increasing from year to year so it is need some strategies to eliminate the DHF vector. One of the strategies is by giving health promotion to public. The objective of this research is to see the role of health promotion in decreasing the population and spread of DHF’s vector with experimental design by doing surveys seeing Aedes aegypti’s larvaes existence. The successfulness of this research depends on surveys in 100 houses in Paseban Timur, Kelurahan Paseban, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat, in May 2009 (pre-health promotion) and June 2009 (post-health promotion) by using single larval method. The results of this research show decreasing on house index (HI), container index (CI) and breteau index (BI) after health promotion from 26%, 14,909%, and 41 to 11%, 6,909%, and 19. The indicator of DHF vector population and spread are HI and CI that were analyzed by McNemar statistic test. It was acquired the P value for HI = 0,124 that shows there is no correlation between health promotion and the number of DHF vector spreading, whereas CI=0,003 that shows there is a decreasing population number of DHF vector after giving the health promotion.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marsya Maryami N
Abstrak :
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan di DKI Jakarta, salah satunya di kelurahan Paseban. Pemberantasan DBD hanya dapat dilakukan dengan memberantas vektornya. Oleh karena itu, untuk merencanakan pemberantasan vektor DBD, maka diadakan penyuluhan kepada masyarakat. Setelah diadakan penyuluhan, dilakukan lagi survei untuk mengetahui keberadaan larva Aedes aegypti. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keberadaan larva Aedes aegypti berdasarkan volume air container setelah penyuluhan demam berdarah dengue. Survei dilakukan pada tanggal 21 Juni 2009 di Paseban Barat. Pengambilan data dilakukan di 100 rumah dengan single-larval method, yaitu mengambil satu larva di setiap container lalu diidentifikasi menggunakan mikroskop. Container kemudian dikategorikan menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok container dengan volume air < 1 liter dan container dengan volume air > 1 liter. Data container yang terkumpul dianalisis menggunakan uji chi-square untuk mengetahui hubungan volume air container dengan keberadaan larva Aedes aegypti. Dari 100 rumah yang diteliti didapatkan house index sebesar 11%, container index 4,3%, dan breteau index 14. Tingkat penyebaran DBD di Kelurahan Paseban termasuk tinggi, dilihat dari angka house index yang lebih tinggi dari 10%. Sebagian besar larva ditemukan pada container dengan volume air < 1 liter yaitu 9 container, sedangkan container dengan volume air > 1 liter 5 container. Dari uji chi-square, didapat nilai p sebesar 0,046, yang berarti terdapat perbedaan bermakna antara keberadaan larva dengan volume air container. Disimpulkan bahwa keberadaan larva Aedes aegypti berhubungan dengan volume air container. ......Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) is considered as one of major public health problem in DKI Jakarta, including Paseban village. The control of dengue can only be done by eradicating the vector, Aedes aegypti. Therefore, to plan the eradication of dengue vector, the health education is required. After the health education, the survey should be conducted to determine the presence or larvae Aedes aegypti. The purpose of this study was to determine the presence of Aedes larvae aegypti according to the water volume of the container based on a survey conducted on 21 June 2009 in West Paseban which is one of the areas with high dengue cases in Central Jakarta. The data carried in 100 homes with a single-larval method, which took a larva in each container and then identified them using a microscope. Container then categorized into 2 groups, container with water volume ≤ 1 litre and container with water volume > 1 litre. Data were collected and analyzed using chi-square test to determine the association between the existence of Aedes aegypti larvae and the water volume of container. From the surveyed house, the house index was 11%, container index was 4,3%, and breateu index was 14. The DHF spread in Paseban village is considered high because the house index exceed 10%. Most of the larvaes were found in container with water volume < 1 litre 9 container, compared to container with water volume > 1 litre only 5 container. From the chi-square test analysis, we found that p count is 0,046, which means there is meaningful association. We conclude that there is association between the existence of Aedes aegypti larvae with the water volume of container.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
RR Mega Utami
Abstrak :
Pemberantasan vektor DBD dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain menggunakan biolarvasida berupa bakteri. Tujuan penelitian ini ialah mengetahui efektivitas Bti dalam menurunkan jumlah container positif larva Aedes aegypti di luar rumah di daerah zona merah DBD yaitu Kelurahan Paseban, Jakarta Pusat. Penelitian ini menggunakan desain eksperimental dengan intervensi aplikasi Bti cair dengan konsentrasi 4 mL/m2. Survei entomologi dilakukan di 100 rumah di Paseban pada tanggal 14 Februari 2010 menggunakan single larval method. Pada survai entomologi pertama, Bti diaplikasikan di container di luar rumah lalu dievaluasi pada survei kedua pada tanggal 14 Maret 2010. Data yang diperoleh diolah dengan program SPSS versi 11.5 dan dianalisis dengan uji Fisher?s exact. Hasil menunjukkan bahwa semua container positif larva di daerah perlakuan menjadi negatif setelah diberikan Bti, namun penurunan juga terjadi di daerah kontrol, yang tidak diberikan Bti. Disimpulkan bahwa Bti cair dapat menurunkan jumlah container positif larva Ae. aegypti di luar rumah di kelurahan Paseban. ......There are many alternatives to control DHF vectors, one of these is a biolarvicide using bacteria. The aim of this study was to observe the effectiveness of Bti in decreasing containers with larvae Aedes aegypti outside houses in Paseban villages as DHF red zones. This study used an experimental design with Bti application on 4 mL/m2 concentration as the intervention. Entomological survey was conducted in 200 houses in Paseban on February 14th 2010 using single larval method. On the first entomological survey, Bti was applied on permanent water containers and the results were evaluated on the second survey on and March 14th 2010. The data obtained were processed using SPSS for Windows version 17.0 and analysed using Fisher?s-exact test. The results showed a change concerning containers in intervention area, which turned larvae-negative after Bti application, but a change of containers also happened in control area, which also turned larvae-negative without Bti application. Thus Bti can be used in decreasing containers with larvae Ae. aegypti outside houses in Paseban.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Malik
Abstrak :
Program Rumah Singgah dalam memberdayakan anak jalanan adalah merupakan salah satu program jaring pengaman sosial (JPS) yang diluncurkan Pemerintah. Program tersebut dimaksudkan untuk mengurangi dampak krisis yang melanda Indonesia sejak tahun 1997, yang sampai saat ini masih belum pulih. Disamping melalui rumah singgah, upaya menangani anak jalanan telah pula dilakukan oleh berbagai instansi pemerintah dan lembaga masyarakat sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing. Banyaknya lembaga sosial kemasyarakatan (LSK) yang terlibat dalam mendirikan dan mengelola rumah singgah, disatu pihak adalah merupakan pertanda baik yaitu adanya kepedulian pada hal-hal yang bersifat kemanusiaan. Namun dipihak lain banyak pula diantara mereka yang tidak didukung oleh komitmen moral dan professional yang memadai. Akibatnya banyak rumah singgah dikelola seadanya, terkadang menyalahgunakan paket dana operasional yang disediakan pemerintah. Disamping itu ada pula oknum rumah singgah yang memperlakukan anak jalanan secara tidak wajar. Hal ini diperparah lagi dengan tidak adanya seleksi yang ketat dan tidak berfungsinya kontrol dari pemerintah. Lemahnya kontrol pemerintah karena disain program tidak didukung dengan sistem pengawasan dan pengendalian yang baik. Akibatnya suatu rumah singgah sangat tergantung dari kualitas para pengelolanya semata. Secara umum pelaksanaan operasional rumah singgah ditentukan oleh unsur-unsur, yaitu kebijaksanaan pemerintah, disain program, anak jalanan, komunitas lokal serta pengelolaan rumah singgah itu sendiri. Berkenaan dengan hal tersebut penelitian yang penulis lakukan adalah bertujuan untuk mengungkap gambaran manajemen sosial rumah singgah. Untuk itu penulis meneliti salah satu diantara rumah singgah yang ada. yaitu rumah Singgah Bina Masa Depan (RSBMD) yang terletak di JI. Paseban Raya No. 59 Jakarta - Pusat. Dari hasil penelitian secara umum diperoleh kesimpulan bahwa pengelolaan rumah singgah dipengaruhi beberapa unsur yang saling terkait satu sama lainnya. Unsur-Unsur tersebut meliputi ; latar belakang LSK sebagai lembaga yang mendirikan rumah singgah, model manajemen yang dikembangkan, tenaga pengelola sebagai pelaksana, komunitas dan sumber-sumber setempat, serta pedoman atau petunjuk teknis yang ditetapkan. Diperoleh data bahwa Pengelolaan RS-BMD secara internal yang dilaksanakan selama ini berlangsung dalam suasana kekeluargaan. Artinya setiap petugas dapat mengerjakan semua tugas secara bersama-sama atau sendiri-sendiri. Sistem administrasi, ketatausahaan dan pencatatan terhadap semua aktifitas dan asset, serta pendokumentasian, belum ditata dan terlaksana sebagaimana selayaknya suatu lembaga yang professional dalam pengaturan manajemen modern. Sistem perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, pengawasan belum berjalan, terutama yang bersifat eksternal. Dalam merekrut tenaga pengelola, khususnya pekerja sosial dan tenaga administrasi, tidak dilakukan seleksi secara ketat guna memperoleh tenaga professional. Hal ini terjadi karena imbalan yang disediakan sangat rendah dan tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan minimal di Jakarta. Dalam memenuhi keperluan yang dibutuhkan RSBMD, sepenuhnya sangat tergantung pada Yayasan. Dukungan komunitas sekitar terhadap RS-BMD belum memadai. Dukungan dan kerjasama dengan pihak-pihak atau lembaga lain masih bersifat pasif. Artinya, dukungan dan kerjasama muncul bila diminta oleh pengelola RS-BMD. Walaupun dengan pengelolaan yang demikian ternyata 98 orang anak jalanan yang menjadi dampingan RS-BMD, dapat memperoleh pemberdayaan dalam bentuk beasiswa, usaha ekonomi produktif dan latihan keterampilan. Padahal jumlah yang ditargetkan hanya 44 orang anak. Mereka dapat menjalani pendidikan formal dari tingkat SD, SLTP sampai dengan SLTA sebanyak 54 orang. Disamping itu terdapat tiga kelompok usaha dan yang lainnya dapat mengikuti latihan keterampilan dan memperoleh dampingan. Selain pemberdayaan pada anak jalanan juga dilakukan pemberdayaan pada orang tua anak jalanan. Berdasarkan hasil dan temuan penelitian tersebut penulis mengajukan suatu model pengembangan rumah singgah yang berbasiskan komunitas lokal. Komunitas lokal dapat terlibat mulai dari gagasan pendirian rumah singgah, persiapan-persiapan, peiaksanaan, sampai pada tahap pengawasan dan pengendalian, serta ikut bertanggung jawab akan kelangsungan dimasa yang akan datang. Diharapkan dengan model ini rumah singgah mempunyai basis yang kuat untuk melaksanakan misinya dan tidak terbatas pada target proyek yang bersifat jangka pendek.
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T4825
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nusyirwan
Abstrak :
ABSTRAK Bagi manusia air minum merupakan kebutuhan utama. Kualitas air minum sangat menentukan kualitas kehidupan manusia. Air minum yang sehat adalah air minum yang memenuhi persyaratan pokok yaitu persyaratan fisik, kimia dan bakteriologis berdasarkan Permenkes RI No. 416 Tahun 1990. Pada daerah permukiman padat di Jakarta, sebagian besar penduduk masih menggunakan air tanah dangkal untuk memenuhi kebutuhan sehari-h.ari, baik untuk minum, mandi, cuci dan lain-lain. Berdasarkan data sekunder di DKI Jakarta, kualitas air minum yang berasal dari tanah dangkal 64 persen tidak memenuhi syarat bakteriologis, 91,32 persen tidak memenuhi syarat kimia, dan 1,33 persen tidak memenuhi persyaratan fisik. Pada daerah permukiman padat hampir tidak mungkin untuk mendapatkan air bersih dari sumur pompa tangan, apalagi sumur dangkal, karena hampir tidak mungkin untuk memperoleh jarak aman antara sumber air minum dengan limbah rumah tangga. Sekurang-kurangnya ada 39 penyakit yang bersumber pada masalah air minum, antara lain diare, kolera, disentri dan lain-lain. Untuk mengetahui kualitas air sumur yang digunakan oleh penduduk dan hubungannya dengan kesehatan masyarakat, telah dilakukan penelitian di daerah permukiman padat Kelurahan Paseban Jakarta Pusat. Penelitian dilakukan dengan mengambil sampel pada 15 buah sumur pompa di Kelurahan Paseban dengan metode purpossive sampling. Sedangkan untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi, sanitasi dan penyakit yang diderita dilakukan wawancara terstruktur dengan menggunakan kuesioner yang disebarkan secara acak. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sumur pompa tangan di wilayah Kelurahan Paseban, kadar unsur mangan berada diatas ketentuan Permenkes RI No. 416 Tahun 1990. Lima buah sumur kadar mangannya tidak memenuhi syarat untuk digunakan sebagai air bersih. Kadar mangan pada sumur pompa di Kelurahan Paseban berkisar antara 0,052 sampai 1,838 mg/l. Untuk bakteriologis 7 buah sumur tidak memenuhi persyaratan air bersih karena tercemar oleh bakteri Esoherichia coli dengan MEN/100 ml sampel berkisar antara 21 sampai diatas 240. Hasil uji korelasi untuk melihat hubungan antara kualitas bakteriologis dengan jarak sumur dan septik tank, menunjukkan adanya korelasi negatif (d=0,05) yang berarti semakin dekat jaraknya akan semakin tinggi jumlah E. coli yang ditemukan. Kedalaman sumur pompa juga memperlihatkan korelasi negatif dengan kualitas bakteriologis (a=0,05). Hasil uji dengan menggunakan "Fisher Exact Probability Test" untuk melihat perbedaan tingkat prevalensi diare di Kelurahan Paseban menunjukkan tidak ada perbedaan tingkat prevalensi diare di Kelurahan Paseban untuk lokasi dengan kualitas air baik dan kualitas air buruk (p)0,05). Hal ini menunjukkan bahwa timbulnya penyakit diare di Kelurahan Paseban tidak disebabkan oleh kualitas air. Penyebab timbulnya diare mungkin disebabkan perilaku yang tidak sehat, faktor sosial ekonomi, gizi, makanan yang terkontaminasi dengan bakteri, dan lain-lain.
ABSTRACT Correlation Between Well Water Quality and Sanitation With Community's Health in Densely Urban Settlement (A Case Study at Paseban District Central Jakarta)The drinking water for human being is primary needs. The quality of drinking water determines the quality of human life much. Healthy drinking water is the drinking water that fulfill the subjective requirement that is the physical requirement, chemical and bacteriology based of Permenkes RI No. 415, in the year 1990. At densely populated area in Jakarta most people still use shallow ground water to fulfill the daily needs not only for drinking water but also for bathing, washing, and so on. According to secondary data in DKI Jakarta, the quality of drinking water comes from the shallow ground, 84 percent doesn't fulfill the bacteriological requirement, 91,32 percent doesn't fulfill the chemical requirement and 1,33 percent doesn't use the physical requirement. It is hardly possible for the densely populated area to get clean water from hand pump well, and else from the shallow well, because it is hardly possible to get the safe destination between drinking water resource and home pollutant. There are at least 39 disease that comes from the resources or drinking water problem, that is diarrhea, cholera, dysentery and so on. Understanding the quality of the well water that is-used by the population and the relationship of the community's health the research had been made at the densely populated area at Paseban District Central Jakarta. The research had been done by taking samples on 15 pumped wells at Paseban District by using the method of purpossive random sampling. While knowing and understandingthe social economical condition sanitation and diseases that was suffered, the structural interview had been hold by using questionnaire being spread randomly. The result of this research that the hand pump well at the area Paseban District, the content of element mangan is over the determination of Permenkes No. 416 in the year 1990. There are 5 wells that have contain of element which doesn't fulfill for their requirement of clean water. The content of mangan at pump well at Pescehan District from 0,052 mg/l till 1,833 mg/l. The Seven (7) wells for bacteriology don't fulfill the requirement of clean water and drinking water, because it is contaminated by Escherichia coil bacteria, with MEN/100 ml sample is between 21 and over 240. The result of correlation test shows between that the negative correlation (a = 0,05) means the nearer the distances is, the higher the number of E. coil is to be met. The depth of the pump well also the negative correlation with the bacteriological quality (a 0,05). The result of testing by using "Fisher Exact Probability Test"; is showing the difference prevalence diarrhea degree level at Paseban District. The result shows that there is no difference of the prevalence diarrhea degree for the location between the good water quality and bad water quality ( p > 0,05). This case shows that diarrhea disease appears at Paseban District is not because of the diarrhea, is caused by unhealthy behavior, social, economic factor, food that is contaminated by bacteria and so on.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
Tpdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dedy Hendry
Abstrak :
Studi tentang konflik tanah ini dilakukan terhadap program pembangunan perkebunan pola kemitraan antara PT. Gatra Kembang Paseban dengan masyarakat di Mersam. Program ini bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup pekebun rakyat menjadi lebih baik. Masyarakat menyerahkan tanahnya kepada perusahaan untuk dibangun kebun kelapa sawit. Sementara itu, perusahaan selain membangun kebun, juga berkewajiban untuk membantu petani dalam alih teknologi, pengolahan dan pemasaran hasiI. Namun, kenyataannya program ini sampai kini belum dapat mencapai tujuan tersebut.

Hal ini disebabkan oleh beberapa permasalahan yang dihadapi diantaranya terlambatnya proses konversi lahan, membengkaknya biaya pembangunan dan pemeliharaan kebun, dan pemahaman konsep kemitraan yang belum sama antara petani dengan perusahaan dan pemerintah. Adapun yang menjadi kajian disini adalah masalah konflik tanah.

Untuk memahami bagaimana konflik tanah tersebut terjadi, dilakukan suatu kajian mengenai teori-teori tentang konflik yang dibangun oleh para sosiolog seperti Marx, Simmel, Coser dan Dahrendorf. Menurut Coser, konflik adalah suatu petjuangan diantara dua atau lebih kelompok terhadap nilai, status, kekuasaan dan sumber daya yang langka. Kontlik yang teijadi dibedakan atas dua yaitu konflik yang bersifat manifest dan konflik yang bersifat laten. Konflik yang bersifat manifest ini dibedakan pula menjadi konflik yang terbuka dan ada pula yang tertutup. Dalam konflik yang bersifat manifest ini, dapat dilihat lamanya konflik tersebut berlangsung, dan kerasnya konflik.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Adapun pertimbangannya adalah konflik tanah yang terjadi antara perusahaan perkebunan dengan masyarakat hanya dapat diketahui melalui penelusuran kembali proses terjadinya konflik dengan mewawancarai pihak-pihak yang terlibat konflik. Untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh mengenai konflik yang terjadi, digunakan informan kunci. Kemudian dengan metode pengumpulan data snowlball sampling didapat responden berikutnya.

Dari penelitian dilapangan diketahui bahwa konflik tanah dalam pembangunan perkebunan pola kemitraan di Mersam ini telah berlangsung sejak awal pembangunan tahun 1994 sampai sekarang dengan berbagai macam bentuk, intensitas dan kualitasnya. Konflik tersebut terjadi selain antara perusahaan dengan masyarakat, juga terjadi antara masyarakat dengan masyarakat. Konflik tanah antara perusahaan dengan masyarakat meliputi hilangnya lahan petani yang telah diserahkan untuk dibangun kebun kepada perusahaan, berkurangnya lahan yang akan diterima petani diluar potongan 30 %, penggusuran kebun karet rakyat walaupun tidak ikut program, kelemahan administrasi pemsahaan mengenai data pemilik dan luas lahannya sehingga terjadi perbedaan data antara data awal, data ekspose dan data topografi. Sementara konflik diantara masyarakat meliputi konflik dalam keluarga yaitu tidak adanya kesepakatan dalam keluarga untuk ikut PIR Kernitraan, pembagian tanah yang tidak adil, diantara anggota keluarga, terjadinya jual beli tanah keluarga sementara pembagian tanah diantara anggota keluarga belum jelas/selesai, penguasaan tanah keluarga cenderung oleh salah seorang anak, dan konflik tanah karena penggunaan nama anggota keluarga atau orang lain untuk mendaftarkan tanah. Selain itu konflik tanah antara masyarakat dengan masyarakat meliputi konflik tanah yang terjadi karena tumpang tindihnya lahan, kontlik tanah karena penjualan sebidang tanah yang berulang-ulang, konflik tanah karena pembukaan hutan. Hingga tahun ke- 7 ini, petani belum mengetahui dimana kebun yang akan menjadi milik mereka.

Dari hasil temuan dilapangan tersebut dan kemudian dianalisa secara kualitatif dapat disimpulkan bahwa konflik tanah pada pembangunan perkebunan kelapa sawit PT. Gatra Kembang Paseban tersebut disebabkan oleh masalah pengadministrasian tanah yang kurang baik, makin terbatasnya tanah hutan yang dapat dibuka, dan munculnya kesadaran masyarakat akan hak atas tanah. Bila dilihat dari waktu terjadinya konflik maka dapat dikatakan konflik telah berlangsung lama. Hal ini terjadi karena tidak adanya pemimpin formal maupun informal yang mampu menyelesaikan konflik, sulitnya tercapai kesepakatan pemecahan masalah diantara pihak-pihak yang berkonflik, banyaknya tujuan dan kepentingan pihak-pihak yang berkonflik. Selain itu bila dilihat dari intensitas terjadinya kontlik maka dapat dikatakan bahwa konflik tersebut relatif keras, karena adanya keterlibatan emosional, tidak realistisnya konflik, dan adanya ketidaksamaan dalam penguasaan tanah.
2001
T2487
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>