Ditemukan 1 dokumen yang sesuai dengan query
Shadrina Khalisa Chaerunissa
"Artikel ini membahas mengenai peran Aksi Cepat Tanggap (ACT) dalam usaha rekonstruksi dan rehabilitasi pascaerupsi Gunung Merapi tahun 2010. Penulisan ini dibatasi pada tahun 2010 hingga tahun 2018. Tahun 2018 dipilih untuk melihat dampak dari keterlibatan ACT dalam usaha rekonstruksi dan rehabilitasi yang dilakukan pada tahun 2010. Salah satu bencana erupsi gunung api di Indonesia yang cukup menggemparkan masyarakat adalah meletusnya Gunung Merapi pada tahun 2010. Pada 26 Oktober 2010 Gunung Merapi mengalami erupsi pertama dan selanjutnya berturut-turut hingga awal November 2010. Kejadian erupsi tersebut berakibat pada jatuhnya korban jiwa dan harta. ACT berperan dalam usaha rekonstuksi dan rehabilitasi pascaerupsi Merapi tahun 2010 melalui program Integrated Recovery Program. Studi-studi penelitian sebelumnya lebih banyak menggunakan pendekatan ilmu sosial maupun ilmu alam. Artikel ini merupakan historiografi atau penulisan sejarah yang menggunakan metode penelitian sejarah diawali dengan tahap heuristik yakni mengumpulkan sumber, data-data dari dokumen institusi pemerintah, narasumber organisasi Dompet Dhuafa dan surat kabar yang memuat usaha pemulihan Aksi Cepat Tanggap, dilanjutkan dengan tahap kritik sumber atau pengujian data dan sumber, kemudian dilanjutkan dengan tahap interpretasi fakta-fakta yang sudah didapat dari sumber dan tahap terakhir penulisan sejarah atau historiografi.
This article discusses the role of Aksi Cepat Tanggap (ACT) in reconstruction and rehabilitation efforts after the eruption of Mount Merapi in 2010. This research is limited from 2010 to 2018. The year of 2018 was chosen to see the impact of ACT’s involvement in reconstruction and rehabiliitation efforts carried out in 2010. One of the volcanic eruptions in Indonesia that caused a stir in the community was the eruption of Mount Merapi in 2010. On October 2010, Mount Merapi experienced its first and subsequent eruptions in a row until early November 2010. The eruption resulted in the loss of lives and property. ACT plays a role in reconstruction and rehabilitation efforts after Merapi eruption in 2010 through their Integrated Recovery Program. Previous research studies mostly used social and natural sciences approaches. This article uses historical research method starting with heuristic, by collecting sources from government institutional documents, resource person from Dompet Dhuafa organization, also newspapers that contain news of ACT recovery efforts, followed by criticism or testing the data and resources, then proceeding with interpreting the facts that have been obtained from sources, and lastly, developed a narrative exposition of the findings."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library