Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Naftally Clarettha
Abstrak :

 

Tong Tong Fair merupakan festival budaya Indo terbesar yang diselenggarakan di Den Haag. Tong Tong Fair sebagai pasar malam memiliki nilai sejarah dan budaya yang tinggi. Sejak hadirnya Tong Tong Fair, orang-orang Indo memiliki wadah untuk bernostalgia dengan budaya Indo. Selain untuk mengobati rasa rindu terhadap tanah air, Tong Tong Fair juga diperuntukkan kepada generasi selanjutnya yaitu orang-orang Indo dan keturunannya yang tinggal di Belanda. Kegiatan Tong Tong Fair tidak hanya menyediakan program budaya dan gerai makanan yang menarik untuk dikunjungi. Namun juga kita dapat menemui beragam barang khas yang dimiliki oleh budaya Indis contohnya adalah kerajinan tangan dengan berbagai variasi. Tong-Tong Fair diharapkan menjadi wadah untuk orang Indo agar tetap mempertahankan identitas budaya mereka di Belanda. Permasalahan yang terdapat pada penelitian ini adalah: Bagaimana Tong Tong Fair dapat bertahan sampai saat ini? Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan keunggulan dari Tong Tong Fair dan keragaman budaya yang ditampilkan  di Tong Tong Fair sehingga dapat bertahan sampai saat ini. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analitis dan konsep identitas budaya dari Stuart Hall. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekembangan kegiatan Tong Tong Fair berubah seiring dengan pergeseran identitas kultural orang Indo di Belanda. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dengan Tong Tong Fair dapat bertahan karena mengikuti perkembangan yang ada di masyarakat. Perubahan yang terjadi dalam masyarakat seiring berjalannya waktu memberikan perubahan pada perkembangan dalam kegiatan Tong Tong Fair

 


 

Tong Tong Fair is the biggest Indo festival which are held in Den Haag. As a  night market, Tong Tong Fair has high historical & rich cultural values. Since the presence of Tong Tong Fair, Indo have their own place to reminisce with Indo culture. Beside to cure homesick feeling into Indo culture, Tong Tong Fair also aimed to inherit the culture into the next Indo generation that live in Netherlands. Besides of food & cultural program, Tong Tong Fair also sell Indonesian goods with many variation. Tong Tong Fair is expected can be a place for Indo keeping their cultural identity in Netherlands. The issue that exist in this research is: How Tong Tong Fair maintain its existence until now? The aim of this research is to explain the advantages of Tong Tong Fair and cultural diversity that being showed in Tong Tong Fair. Author using analytical descriptive & cultural identity theory from Stuart Hall. The research show that Tong Tong Fair  activities development is a shift in Indo's cultural identity in Netherlands. In this research, author can conclude that Tong Tong Fair succeed maintain its existence because it followed community development. The changes from community development  also effect activities development in Tong Tong Fair.

 

Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Adella Nuralya
Abstrak :
Penelitian ini membahas mengenai nilai-nilai budaya yang terlihat pada salah satu pekan raya di Jakarta, yaitu Pekan Raya Jakarta (PRJ), khususnya selama masa penyelenggaraannya di Lapangan Monas. Pasar malam dan pameran telah menjadi salah satu tempat hiburan yang diminati masyarakat di Jakarta. Pada masa kolonial tahun 1920-an, terdapat pasar malam di Batavia yang dikenal dengan nama Pasar Gambir. Seiring perkembangannya, jenis pasar malam yang serupa dengan Pasar Gambir dihidupkan kembali untuk masyarakat Jakarta. Acara tersebut adalah Pekan Raya Jakarta yang telah eksis sejak tahun 1968. PRJ mendapatkan antusiasme yang besar dari masyarakat sehingga dijadikan acara tahunan tetap. Walaupun dinamakan Pekan Raya Jakarta, PRJ tidak hanya menampilkan budaya Jakarta, akan tetapi kerap kali menampilkan keberagaman budaya Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apa saja keberagaman budaya Indonesia yang telah direpresentasikan oleh Pekan Raya Jakarta selama masa perayaannya di Lapangan Monas. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri dari empat tahapan, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, serta historiografi. Tahapan pertama yaitu heuristik didapatkan berbagai buku yang berkaitan dengan PRJ, surat kabar yang didapat dari Perpustakaan Nasional RI Salemba, dan berbagai artikel jurnal. Berdasarkan metode sejarah yang telah dilakukan, didapat hasil penelitian berupa adanya representasi keberagaman budaya Indonesia di PRJ yang dapat dilihat dari arsitektur kedaerahan pada paviliun, pertunjukkan tari daerah, lomba kedaerahan, serta makanan khas daerah yang dijual di PRJ. ......This article explains the diversity of Indonesian cultural values represented at one of the fairs in Jakarta, that is Pekan Raya Jakarta (PRJ), especially during its celebration at Monas Square. Night markets and fairs have become popular entertainment venues for the people of Jakarta. During the colonial era in the 1920s, there was a night market in Batavia known as Pasar Gambir. Over time, a similar type of night market to Pasar Gambir was held again in Jakarta. The event is PRJ, which has been held since 1968. PRJ received great enthusiasm from the public and became an annual event. Although named the Pekan Raya Jakarta, PRJ not only showcases Jakarta’s culture but frequently displays the diversity of Indonesian culture. The purpose of this research is to identify the diversity of Indonesian culture represented by the PRJ during its celebration at Monas Square. This research uses historical research methods consisting of four stages: heuristics, criticism, interpretation, and historiography. In heuristics, obtained various books related to PRJ, newspapers from the National Library of Indonesia in Salemba, and various journal articles. Based on the historical methods applied, this article finds that PRJ represents the diversity of Indonesian culture which can be seen from regional architecture in pavilions, traditional dance performance, regional competitions, and regional foods sold at PRJ.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Yumeldasari,author
Abstrak :
Penelitian ini berfokus pada keberadaan dua pasar malam di Jalan Puri KelurahanKembangan Selatan Kecamatan Kembangan Jakarta Barat dengan unit analisisnyaadalah pedagang pengunjung pendukung dan Pemerintah Kota Jakarta Barat sertapihak pihak lain yang berkaitan secara langsung atau tidak langsung dengankeberadaan pasar malam di lokasi ini Keberadaan pasar malam di Jalan Puri Moleksejak tahun 2009 merupakan fenomena yang tidak dapat diabaikan di tengahpesatnya pertumbuhan pusat perbelanjaan modern seperti mal Para pelaku yangberada di pasar malam Jalan Puri Molek yang berasal dari berbagai latar belakang memaknai pasar malam tersebut tidak hanya sebagai tempat belanja tetapi lebihsebagai ruang publik bagi mereka untuk berinteraksi dan menjalin keakraban satusama lain serta kesempatan memperoleh pekerjaan dan tempat untuk mendapatkanhiburan yang murah meriah khususnya bagi masyarakat ekonomi kelas menengah kebawah Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode instrumental casestudy Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dengan parapelaku yang ada di kedua pasar malam di Jalan Puri Molek yaitu pasar malam ldquo PuriWalk rdquo dan pasar malam ldquo CNI rdquo serta melakukan observasi dan juga mengumpulkandata data sekunder baik data institusional bahan bahan kepustakaan berupa bukubukureferensi artikel karya ilmiah dan sumber sumber internet serta foto foto yangdiambil selama melakukan penelitian Dari analisis diketahui 1 selain karena letaknya yang sejak dulu menjadi lokasiwarga berkumpul dan berinteraksi keberadaan pasar malam di Jalan Puri Molek jugatidak lepas dari adanya kekuatan komuniti yaitu kekuatan para pedagang denganfaktor etnisitas patron klien situasi nilai tawar dan kesamaan nasib ataukepentingan kepentingan para pengunjung dengan faktor hiburan proximity danmedia interaksi serta peluang dari pendukung dengan faktor kekuatan kekuasaan eksistensi kelompok dan penghasilan 2 kedua pasar malam dapat bertahandikarenakan komuniti yang berada di dalamnya memiliki posisi yang lebih kuatdibandingkan Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Barat yang lebih fokus padapembangunan pusat belanja modern sehingga penyediaan fasilitas publik bagimasyarakat miskin kota seperti pasar malam terabaikan. ......This research is focused on existence between two night market at Jalan Puri Molek Kelurahan Kembangan Selatan Kecamatan Kembangan West Jakarta With theseller customer supporter and the government as the analysis unit and include otherparties who related directly or indirectly with the existence of night market at thislocation Since 2009 the existence this night market at Jalan Puri Molek is aphenomenon that can not be overlooked in the midst of the rapid growth of a modernshopping center such as shopping mall The subject are in Jalan Puri Molek nightmarket from different backgrounds to interpret the night market not only as places toshop but rather as a public space for them to interact and establish familiarity witheach other as well as an opportunity to get a job and a place to get cheapentertainment especially for the lower middle class economy This research used a qualitative approach with an instrumental case study method Data was collected through in depth interviews with the subject who are on the twonight market in Jalan Molek Puri the night market Puri Walk rdquo and the night market CNI as well as observation and also collect secondary data whether the datainstrumental library materials such as reference books articles scientific papers andinternet resources as well as the photographs taken during the research From this analysis it could be conclude that 1 aside because it was long a crowdgather and interact where the night market in jalan molek puri also can not beseparated from the local community strength specifically the strength of the traderswith the ethnicity patron client the value of bargaining situation and the fatesimilarities or interests the interests of the visitors to the entertainment factors proximity and interaction of media as well as the opportunity of supporting thepower of power factor the existence of groups and income 2 The two night marketcan survive because the local community who are in it have a stronger position thanWest Jakarta administration city government which is more focused on theconstruction of a modern is more focused on the construction of a modern shoppingcenter so that the provision of public facilities for the urban poor such as the nightmarket neglected
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library