Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 38 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Natasha Anindita
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran parenting style ibu bekerja yang memiliki anak usia 1-3 tahun. Baumrind (dalam Martin & Colbert, 1967, 1971, 1980) mengajukan tiga tipe pola asuh orangtua berdasarkan dua dimensi: parental warmth or responsiveness dan parental control or demandingness. Tiga tipe itu adalah tipe autoritatif, otoriter, dan permisif.
Penelitian dilakukan secara kuantitatif sengan subjek penelitian sebanyak 39 orang. Subjek dipilih dengan kriteria seorang ibu usia 20-40 tahun, bekerja, memiliki anak usia 1.-3 tahun.
Hasil uji validitas menunjukkan item no I, 6, 14, I 7, 19, 24 pada dimensi permisif, item no.
25 pada dimensi otoriter memiliki koefisien yang kecil bahkan ada yang minus sehingga dapat dikatakan item-item tersebut tidak valid. Sedangkan basil uji reliabilitas menunjukkan dimensi permisif kurang reliabel untuk mengukur parenting style tipe permisif. Gambaran parenting style pada ibu bekerja yang memiliki anak usia 1-3 tahun menghasilkan hal-hal sebagai berikut: (I) Pada dimensi Permisif, sebagian besar subjek memiliki parenting style permisif pada tingkat sedikit diatas rata-rata; (2) Pada dimensi Otoriter, sebagian besar subjek memiliki kecenderungan parenting style pada tipe otoriter; (3) Pada dimensi Autoritatif, semua subjek cenderung memiliki parenting style pada tipe Autoritatif pada tingkat yang tinggi;(4) Secara keseluruhan, hampir semua subjek memiliki parenting style tipe autoritatif kecuali satu subjek memiliki parenting style tipe otoriter. Kemudian, dapat dikatakan setiap subjek memiliki ketiga tipe parenting style didalam diri mereka. Namun hanya satu tipe yang paling menonjol sehingga subjek dikategorikan ke salah satu tipe saja."
2008
T38323
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2010
S3620
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoanita Eliseba
"ABSTRAK
Kekerasan merupakan wacana yang sudah sangat umum belakangan ini.
Balikan di dalam keluarga, yang seharusnya menyediakan rasa aman bagi para
anggotanya, pun dapat menjadi tempat yang paling tidak aman. Kasus kekerasan
dalam rumah tangga yang disebut juga kekerasan domestik ini tidaklah sedikit
jumlahnya, walaupun pada kenyataannya hal ini seringkah dipungkiri. Kekerasan
domestik banyak dialami oleh wanita. Kekerasan domestik yang terjadi dapat
berupa kekerasan fisik, finansial, seksual, maupun emosional dan psikologis. Di
dalam keluarga wanita berperan sebagai istri dan sebagai ibu. Wanita sebagai ibu,
memiliki fungsi penting dalam melakukan pengasuhan anak. Ibu adalah primary
care giver bagi anak. Mengasuh anak bukanlah hal yang mudah, apalagi bila
harus ditambah dengan tekanan berupa perilaku kekerasan dari orang yang
seharusnya paling memberikan dukungan. Oleh karena itu penelitian ini
dimaksudkan untuk melihat gambaran parenting style yang dikembangkan ibu,
dalam konteks dimana ibu menjadi korban kekerasan domestik. Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif, melalui metode wawancara
mendalam. Subjek penelitian adalah tiga orang ibu yang menjadi korban
kekerasan domestik
Kerangka teoritis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori yang
menyangkut konteks kekerasan, dalam hal ini kekerasan domestik; teori
parenting; teori molhering\ teori parenting style.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa dari tiga subjek, dua
subjek mengembangkan parenting style jenis authoritative / authoritative
reciprocal (democratic), dan satu subjek lainnya mengembangkan parenting style
jenis authoritarian / authoritarian power assertive (autocratic). Kekerasan
domestik yang dialami para subjek diakui merupakan tekanan yang sangat berat
dan berpengaruh pada subjek, termasuk dalam hal mengasuh anak. Namun
tampak adanya perbedaan jenis parenting style yang dikembangkan. Hal ini
dikarenakan faktor karakteristik subjek sebagai ibu, dan karakteristik anak yang diasuh terlihat memiliki pengaruh yang lebih besar dalam menentukan perilaku
pengasuhan seperti apa yang dikembangkan oleh ibu. Tekanan lain yang cukup
signifikan dirasakan oleh para subjek adalah masalah finansial. Para subjek jelas
sangat membutuhkan dukungan. Dukungan dapat berupa dukungan langsung
maupun dukungan tidak langsung. Keluarga luas tampak cukup berperan dalam
memberikan dukungan bagi para subjek.
Melakukan observasi dalam setting sehari-hari terhadap interaksi dan
perilaku pengasuhan ibu sangat disarankan, untuk mendapatkan konfirmasi
terhadap hasil wawancara dan memperkaya data."
2004
S3304
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adelia Auliyanti
"disadari secara langsung karena adanya pembiaran ? pembiaran (Sharpe & Taylor, 1999). Kekerasan dalam pacaran sendiri di definisikan sebagai suatu tindakan yang menekan, merusak atau melecehkan secara seksual maupun psikologis (Bird & Melville, 1994). Adanya standar ganda yang menjadi dasar utama berjalannya suatu hubungan menunjukkan tidak hanya tujuan dan cara pandang laki ? laki dan perempuan yang berbeda, tetapi menunjukkan pula bahwa laki ? laki memiliki kekuasaan lebih besar dari perempuan dalam hubungan tersebut (Dilorio, 1989 dalam Bird & Melville, 1994). Pandangan yang terbentuk dan diyakini mengenai peran laki ? laki dan perempuan dalam suatu hubungan juga tak lepas dari peran pengasuhan orangtua dan sosialisasi peran gender dalam keluarga (Norman & Collins, 1995).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana remaja perempuan yang menjadi korban kekerasan dalam pacaran memaknai relasi, cinta dan mempersepsi peran dirinya maupun pasangan mereka. Hal tersebut dipengaruhi oleh pengasuhan orangtua serta pandangan gender, sehingga mereka tetap bertahan dengan kekerasan yang terjadi sebelum akhirnya keluar dari hubungan tersebut. Sampel penelitian ini adalah tiga orang remaja perempuan yang mengalami kekerasan oleh pasangan mereka dengan usia pacaran lebih dari satu tahun. Hasil penelitian menunjukkan gambaran pola pengasuhan, ideologi gender, pemaknaan terhadap cinta, dan peran pacar serta kekerasan yang beragam dan sedemikian rupa mempengaruhi bertahannya responden dalam hubungan pacaran yang berkekerasan. Pada penelitian ini juga ditemukan data yang mengarah pada kodependensi dengan pasangan yang abusive pada ketiga responden.
In dating context, violence against women cannot be directly realized because of the inattentive principle and believe that the abusive partner will change (Sharpe & Taylor, 1999). Dating violence defined as actions in dating which elements to press, to damage and to flatter sexually or psychologically (Bird & Melville, 1994). Double standard as the way a relationship should be, shows that not only are men?s goals likely to be different from women?s but males have more power in the relationship (Dilorio, 1989 on Bird & Melville, 1994). Believe toward women and men roles in a relationship cannot be separated from the role of parenting and gender socialization on family (Norman & Collins, 1995).
The purpose of this research is to find out how teenage girls who became victim of dating violence explain their dating relationship with their partners, love, also their perception of themselves and the partners. That issues influenced by parenting and gender view that has roles to form the relationship, so they keep stay on the relationship before they find way out of the abusive relationship. Sample for this research are three teenage girls who experienced dating violence in more than one years relationship with their abusive partner. The research showed variation on parenting, gender ideology, their understanding of love, relationship and violence that affect them to stay in abusive relationship. This research also found that three respondents are trapped in codependency with their abusive partner.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fairuz Nadiah
"ABSTRAK
Indonesia adalah negara muslim tersebesar di dunia dengan jumlah penduduk muslim mencapai 201 juta jiwa. Setiap muslim wajib membaca dan memahami Alquran yang menjadi pedoman hidup. Namun, jumlah penduduk muslim Indonesia yang masih buta huruf aksara Alquran terbilang tinggi yakni mencapai 65% atau sekitar 135 juta jiwa. Berbagai cara dilakukan pemerintah untuk dapat menguragi tingginya jumlah buta huruf aksara Alquran. Salah satu cara dengan memasukkan pelajaran baca tulis Alquran dalam kurikulum muatan lokal. Namun, program tersebut dirasa belum cukup efektif karena kurangnya waktu yang disediakan dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa guru bidang studi agama Islam di sekolah, rendahnya literasi Alquran pada siswa disebabkan oleh faktor internal yakni, kurangnya motivasi belajar dan manajemen waktu yang buruk dan faktor eksternal yakni, kurangnya bimbingan dari orangtua untuk mempelajari Alquran. Dalam upaya meningkatkan kemampuan literasi Alquran pada remaja muslim, peneliti memfokuskan penelitian pada faktor eksternal yang diwakili oleh pola asuh orangtua dan faktor internal yaitu self reguated learning. Penelitian ini bertujuan memperjelas hubungan antara pola asuh orangtua dengan kemampuan literasi Alquran dan pengaruh self-regulated learning dalam peningkatan kemampuan literasi Alquran pada remaja muslim. Pengambilan dan pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitaif dengan uji korelasi dan uji regresi berganda. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pola asuh orangtua tidak berkorelasi dengan kemampuan literasi Alquran pada remaja muslim. Sedangkan,self-regulated learning memiliki korelasi dengan kemampuan literasi Alquran pada remaja muslim.

ABSTRACT
Indonesia is the largest Muslim country in the world with a Muslim population of 201 million. Every Muslim is obliged to read and understand the Koran as a way of life. However, the population of Indonesian Muslims who are still illiterate in the Koran script is relatively high, reaching 65% or around 135 million people. Various ways are carried out by the government to reduce the high number of illiterate characters in the Koran. One way to include Qur'anic literacy lessons in the local content curriculum. However, the program was deemed not effective enough due to lack of time provided in learning. Based on the results of interviews with several teachers of Islamic studies in schools, the low level of Qur'anic literacy in students is caused by internal factors, namely lack of motivation to learn and poor time management and external factors, namely lack of guidance from parents to learn the Koran. In an effort to improve the literacy skills of the Koran in Muslim adolescents, researchers focused their research on external factors represented by parenting and internal factors, namely self reguated learning. This study aims to clarify the relationship between parenting parents with literacy literacy skills and the effect of self-regulated learning in improving Qur'an literacy skills in Muslim adolescents. Retrieval and processing of data in this study using a quantitative method with a correlation test and multiple regression tests. The results in this study indicate that parenting style do not correlate significantly with the literacy skills of Alquran in Muslim adolescents. Meanwhile, self-regulated learning has a significant correlation with the literacy skills of Alquran in Muslim adolescents."
Depok: Universitas Indonesia. Sekolah Kajian Stratejik dan Global, 2019
T51668
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Maharani Tristanita Marsubrin
"Latar belakang. Sindrom nefrotik (SN) merupakan penyakit ginjal yang sering ditemukan pada anak. Komplikasi SN terkait perjalanan penyakit, terapi, fisik dan psikososial yang memengaruhi kualitas hidup.
Tujuan. Mendapatkan gambaran tentang kualitas hidup anak SN yang berobat di Departemen Ilmu Kesehatan Anak (IKA) Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) dan faktor yang berhubungan.
Metode. Studi deskriptif analitik dengan desain potong lintang di poliklinik nefrologi dan rawat inap Departemen IKA RSCM periode April 2012 - Desember 2013. Subjek berusia 2-18 tahun. Penilaian kualitas hidup menggunakan PedsQLTM 4.0 modul generik dan pola asuh menggunakan Kuesioner Pola Asuh Anak (KPAA).
Hasil. Seratus pasien SN mengikuti penelitian dan didapatkan gangguan kualitas hidup berdasarkan laporan orangtua dan laporan anak 19%. Usia 5-7 tahun, usia 13-18 tahun, status sosioekonomi rendah, dan kondisi relaps jarang pada SN sensitif steroid (SNSS) merupakan faktor risiko gangguan kualitas hidup pada laporan orangtua (p<0,05) dengan rasio prevalens secara berurutan 5,22, 7,5, 3,48, 10,33. Penggunaan steroid saat penelitian memiliki hubungan dengan kualitas hidup berdasarkan laporan orangtua (p<0,05). Tingkat pendidikan ayah yang semakin rendah merupakan faktor risiko gangguan kualitas hidup pada laporan anak (p<0,05) dengan rasio prevalens 5,22. Lama diagnosis memiliki hubungan dengan kualitas hidup pada laporan orangtua dan anak (p<0,05). Status sosioekonomi dan pola asuh merupakan faktor risiko gangguan kualitas hidup.
Simpulan. Usia prasekolah, remaja, kondisi relaps jarang, penggunaan steroid, lama diagnosis, tingkat pendidikan ayah semakin rendah, status sosioekonomi dan pola asuh akan memengaruhi kualitas hidup anak SN. Gangguan kualitas hidup pada pasien SN merupakan masalah yang perlu diperhatikan dalam tata laksana.

Background. Nephrotic syndrome (NS) is the most common kidney disease in children. Complication of NS is associated with course of disease, therapy, and psychosocial condition affecting the quality of life (QoL).
Aim. Describing the QoL in children with NS and its associated factors in pediatric outpatient clinic and ward in Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital.
Method. Cross sectional study was performed in pediatric nephrology clinic and ward in Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital, from April 2012 to December 2013. Subjects were 2 to 18 years old. Quality of life was assessed using PedsQLTM 4.0 generic module and parenting style was assessed with Kuesioner Pola Asuh Anak.
Results. One hundred subjects participated in this study and QoL impairment was reported in 19% subjects based on report from parents and children. Factors associated with impairment QoL from parent's report were age group 5 - 7 years old, age group 13 - 18 years old, low socioeconomic status, and infrequent relapse condition in steroid sensitive NS (P<0.05), with prevalence ratio 5.22, 7.5, 3.48, 10.33, respectively. Steroid use was also associated with QoL according to parent’s report (P<0,05). Lower father's education was risk factor for QoL impairment according to patient's report (P<0,05) with prevalence ratio 5.22. Duration of diagnosis was associated with QoL according to parent’s and patient’s report (P<0,05). Socioeconomic status and parenting style were risk factors of QoL impairment in children with NS.
Conclusion. Preschool age, teen age, infrequent relapse, steroid use, duration of diagnosis, low father’s education, socioeconomic status, and parenting style are associated with QoL in children with NS. Quality of life impairment is important in management of children with NS.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Eka Sari Prawiro
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran penalaran moral prososial dan persepsi gaya pengasuhan sebagai prediktor tingkah laku prososial. Penelitian ini melibatkan 307 orang remaja (219 remaja putri, 88 remaja putra) dengan rata- rata usia 17,63 tahun (rentang usia 13-24 tahun). Tingkah laku prososial diukur dengan Prosocial Tendencies Measures-Revised (Carlo & Randall, 2003) yang mencakup kategori altruism, anonymous, compliant, dire, emotional dan public Penalaran Moral Prososial diukur dengan Prosocial Reasoning Objective Measures (Eisenberg, Carlo & Knight, 1992) yang mengidentifikasi orientasi penalaran hedonistic, approval, needs, stereotyped dan internalized. Persepsi gaya pengasuhan diukur dengan Parental Authority Questionnaire (Trinkner, 2012) yang memilah gaya otoritatif, otoritarian dan permisif. Ketiga instrumen tersebut memiliki nilai reliabilitas yang tinggi dengan nilai r berturut-turut r = 0,78, r = 0,71 dan r = 0,72.
Penalaran moral prososial dan persepsi gaya pengasuhan dapat memprediksi tingkah laku prososial pada remaja. Persepsi remaja terhadap gaya pengasuhan orang tua berkontribusi lebih besar (11,4%) dibandingkan penalaran moral prososial (5,2%). Semakin kuat persepsi bahwa orang tua bergaya pengasuhan otoritatif, semakin kuat kecenderungan remaja untuk bertingkah laku altuistik. Semakin kuat persepsi bahwa orang tua bergaya pengasuhan permisif, semakin kuat kecenderungan remaja untuk bertingkah laku prososial emosional. Remaja putra lebih banyak menampilkan tingkah laku prososial dire, sementara remaja putri lebih banyak bertingkah laku altruistik

ABSTRACT
This research aimed at exploring prosocial moral reasoning and perceived parenting style as predictors of prosocial behavior. Involving 307 adolescents (219 female, 88 male, Mage = 17,6, range = 13-24), prosocial behavior was measured using Prosocial Tendencies Measure-Revised (Carlo & Randall, 2003) which identifies altruism, anonymous, compliant, dire, emotional and public. Prosocial moral reasoning was measured using Prosocial Reasoning Objective Measure (Eisenberg, Carlo & Knight, 1992) indicating hedonistic, approval, needs, stereotyped and internalized reasoning orientation. Perceived Parenting Style measured by PAQ (Parental Authority Questionnaire, Trinkner 2012) identifying authoritative, authoritarian and permissive parenting style. Those instruments have high reliability i.e, r = 0,78, r = 0,71, and r = 0,72 respectively.
Prosocial behavior was predicted by prosocial moral reasoning and perceived parenting style. Perceived parenting style contributed (11,4%) more than prosocial moral reasoning (5,2%). The stronger the adolescent?s perception that their parents used authoritative parenting style, the more they showed altruistic prosocial behavior. The stronger adolescent?s perception that their parents used permissive parenting style, the more they showed emotional prosocial behavior. Male adolescent showed more dire prosocial behavior while female adolescent more altruistic prosocial behavior"
2016
T46452
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Aulia Jasmy
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat perbedaan perolehan. Theory of Mind pada anak usia 4-6 tahun antara anak yang diasuh oleh Ibu dan yang diasuh oleh Nenek. Hal ini didasari bahwa ToM dipengaruhi oleh pola asuh. Fenomena menunjukkan bahwa anak usia 4-6 tahun tidak hanya diasuh oleh Ibu.Banyaknya Ibu yang bekerja memunculkan alternatif pengasuhan, salah satunyaoleh Nenek dengan alasan bahwa Nenek merupakan sosok yang dapat dipercaya. Diasuh oleh individu yang berbeda, maka diperkirakan pola asuh yang diterapkanjuga berbeda. Untuk mengetahui pola asuh digunakan alat ukur PSDQ dan untukmengetahui ToM digunakan ToM Scale. Untuk mengetahui perbedaan perolehanToM pada kedua kelompok dilakukan Independent sample t-test. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada perolehanskor total ToM pada kedua kelompok t 102 =1.64, p=0.347.

This research aimed to examine whether Theory of Mind ToM developmentdiffers in preschool children whom reared by Mother and whom reared byGrandmother. It rsquo s based on that ToM is influenced by parenting styles.Phenomenon showed that preschools children not only taken care by Mother. Theincreasing number of working Mothers raised many alternative caregiver, one ofthem is Grandmother, which is a person who can be trusted. Raised by differentperson might be applied different parenting style. To determined parenting stylesthis research used PSDQ. To measured ToM development, five task in Theory ofMind Scale were given to 140 preschool children 53 preschool children whichfostered by Mother and 51 preschool children which fostered by Grandmother .To know the different acquisition of ToM this research compared usedIndependent sample t test. The result showed that there are no significantdifferences on ToM acquisition between two groups, t 102 1.64, p 0.347.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S66065
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Ayu Putri
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara perceived parenting style dan coping style to school related stress pada remaja. 442 siswa/I SMA kelas 3 turut berkontribusi dalam penelitian ini. Perceived Parenting Style diukur dengan kuesioner Parenting Style Questionaire PSQ yang dikembangkan oleh Lamborn et al 1991, sedangkan Coping style to school Related Stress diukur dengan menggunakan Coping Across Situation Questionaire CASQ yang dikembangkan oleh Seiffge-Krenke et al 2001.
Hasil penelitian memaparkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan F= 2,748, p0,05 antara perceived parenting style dan internal coping style pada remaja. Gambaran mengenai jenis persepsi parenting style juga dapat dilihat dari penelitian ini. Diketahui pula bahwa anak yang menggunakan active coping style cenderung mempersepsikan orang tua mereka dengan gaya pengasuhan yang authoritative dibanding dengan gaya pengasuhan lainnya.

This research was investigated the relationship between perceived parenting style and coping style to school related stress in adolescence. 442 students was participated in this research. Perceived Parenting Style was measured by Parenting Style Questionaire PSQ that previously developed by Lamborn et al 1991, and Coping style to school Related Stress was measured by Coping Across Situation Questionaire CASQ that was developed by Seiffge Krenke et al 2001.
Result of this study found that there was significant correlation F 2,748, p0,05 perceived parenting style and internal coping style in adolsence. Description about type of perceived parenting style also conducted in this study. This research uncover that adolescence who uses active coping style tend to perceived their parents as authoritative parenting style than the others style of parenting.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evita Marsha Steffiani Rinaldy
"Perkembangan hubungan interpersonal merupakan tugas penting di masa dewasa muda. Individu dewasa muda akan berfokus untuk membangun hubungan yang kuat dan intimate saat mereka mengalami ketegangan antara intimacy dan isolation. Apabila individu gagal mencapai intimacy, individu dapat mengalami isolation, kesepian, ketakutan terhadap hubungan, dan penyesuaian yang buruk. Salah satu hubungan paling penting yang terbentuk dalam kehidupan individu dewasa muda adalah hubungan romantis. Perbedaan individu dalam menjalani hubungan romantis dapat dijelaskan melalui adult attachment, yang terbentuk dari internal working models berdasarkan pola asuh yang dipersepsikan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara perceived parenting style dan adult attachment pada dewasa muda di Indonesia. Partisipan dalam penelitian ini terdiri dari 147 individu dewasa muda yang berusia 18-25 tahun, pernah tinggal dengan salah satu atau kedua orang tua, dan pernah atau sedang menjalin hubungan romantis. Pengukuran kedua variabel dilakukan dengan menggunakan alat ukur Parental Authority Questionnaire dan Experiences in Close Relationship Scale-Short Form. Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara persepsi pola asuh otoriter dan anxious attachment (r = 0,287, p < 0.001). Dengan kata lain, makin tinggi tingkat pola asuh otoriter yang dipersepsikan, makin tinggi pula tingkat anxious attachment yang dimiliki. Penelitian ini juga menemukan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi pola asuh otoriter dan avoidant attachment. Selain itu, persepsi pola asuh otoritatif tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan anxious maupun avoidant attachment.

The development of interpersonal relationships is an important task in emerging adulthood. Emerging adults will focus on building strong, intimate relationships as they experience the tension between intimacy and isolation. If they fail to achieve intimacy, they may experience isolation, loneliness, fear of relationships, and poor adjustment. One of the most important relationships that form in an emerging adult's life is a romantic relationship. Differences in how individuals navigate romantic relationships can be explained through adult attachment, which is formed from internal working models shaped by perceived parenting styles. Therefore, this study aims to examine the relationship between perceived parenting style and adult attachment among emerging adults in Indonesia. Participants in this study consisted of 147 emerging adults aged 18-25 years who have lived with either one or both parents and have been or are currently in a romantic relationship. The measurement of the two variables was conducted using the Parental Authority Questionnaire and the Experiences in Close Relationship Scale-Short Form. The results of the correlation analysis showed a positive relationship between perceived authoritarian parenting and anxious attachment (r = 0.287, p < 0.001). In other words, the higher the perceived level of authoritarian parenting, the higher the level of anxious attachment. This study also found no significant relationship between perceived authoritarian parenting and avoidant attachment. In addition, perceptions of authoritative parenting did not have a significant relationship with anxious or avoidant attachment."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>