Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Boston: BlackWell, 1982
616.96 IMM
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Marlina
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian terhadap telur jenis-jenis cacing parasit usus pada sapi dan kerbau yang terdapat di R.P.H Cakung, Jakarta Timur. Pada sapi yang berasal dari Jawa Timur terbanyak diinfeksi oleh cacing Trichuris spp., Trichostrongylus spp., dan Bunostomum spp. Pada sapi asal Bali banyak diinfeksi oleh Toxocara spp., dan Bunostomum spp. Pada sapi asal Nusa Tenggara Timur banyak diinfeksi Moniezia spp., Toxocara spp. Dan Oesphagostomum spp. Pada kerbau asal Jawa Timur banyak diinfeksi oleh Fasciola spp. Dan Mecistocirrus spp. Pada kerbau asal Sulawesi Selatan banyak diinfeksi oleh Fasciola spp. Dan Mecistocirrus spp.
Dari berbagai jenis cacing parasite usus pada sapid an kerbau yang didapatkan, terdapat jenis yang juga dapat menginfeksi manusia, yaitu Fasciola spp., Toxocara spp., Oesphagostomum spp., Trischostrongylus spp., dan Trichuris spp."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1990
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
San Diego, Calif: Academic Press, 1993
616.96 PAR
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nurwadhiar
"ABSTRAK
Keong Lymnaea rubiginosa telah diketahui sebagai hospes perantara di dalam siklus hidup beberapa cacing Trematoda. Dalam penelitian ini keong diberikan sebagai makanan tikus putih (Rattus norvegicus) strain WN, untuk mengetahui species cacing Trematoda pada keong yang dapat hidup di saluran pencernaan tikus. Sebelum diberi makan keong, tinja tikus diperiksa ada tidaknya telur atau larva cacing untuk meyakinkan bahwa tikus bebas dari parasit, dan tikus dilaparkan selama 1 hari. Tiap tikus diberi makan 20 ekor keong, dan tikus dipelihara. Enam hari setelah infeksi, dilakukan kembali pemeriksaan tinja tikus. Tikus yang positif mengandung telur cacing, dibedah, dicari cacingnya, dihitung jumlahnya, dan dicatat tempat ditemukannya. Untuk keperluan identifikasi, spesimen cacing diwarnai dengan pewarnaan HE dan dibuat sediaan. Hasil identifikasi terhadap 111 ekor cacing yang ditemukan pada saluran pencernaan tikus putih, terdiri dari 4 species, yaitu: 68 ekor (61,26 %) cacing Echinostoma ilocanum, 23 ekor (20,72 %) cacing E. malayanum. 8 ekor (7,21%) cacing E. recurvatum, dan 7 ekor (6,31 %) cacing E. revolutum, serta 5 ekor (4,50%) tidak dapat diidentifikasi. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa keong L. rubiginosa berperan sebagai hospes perantara cacing Echinostoma spp. tersebut."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1990
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azizah Fajar Priarti
"Infeksi parasit usus merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar di dunia. Masalah infeksi cacing soil transmitted helminth dan protozoa paling banyak terjadi pada anak usia sekolah. Infeksi parasit usus ini erat kaitannya dengan kebiasaan penggunaan tempat buang air besar. Kebiasaan buang air besar yang tidak pada tempatnya dapat menyebabkan kontaminasi tanah maupun air disekitarnya, sehingga meningkatkan kejadian infeksi parasit usus. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui prevalensi infeksi parasit usus pada anak-anak di TPA Bantargebang, Bekasi. Penelitian ini dilakukan dengan metode cross-sectional pada 139 anak usia 0-13 tahun yang diambil secara consecutive sampling. Data yang diambil dari responden berupa data primer melalui pengisian kuisioner dan pemeriksaan feses.
Kemudian data diolah menggunakan spss 11.5 for windows. Variabel pada penelitian ini adalah infeksi parasit usus dan kebiasaan tempat buang air besar yang dianalisis dengan uji chi square. Hasil penelitian didapat angka infeksi parasit usus pada anakanak di TPA Bantargebang sebesar 74,1%. Hasil penelitian juga menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna antara penggunaan tempat buang air besar dengan infeksi parasit usus (P>0,05).

Intestinal parasitic infection is one of the biggest health problem in the world. The soil transmitted helminth and intestinal protozoa infections most common in schoolage children. Intestinal parasitic infection is closely related with toilet usage behavior. Defecation at the wrong places can lead to contamination of the surrounding soil and water, thereby increasing the incidence of intestinal parasitic infection. The aim of this study to determine the prevalence of intestinal parasitic infection in children at landfill Bantargebang. This study was conducted with a crosssectional method on 139 children aged 0-13 years were taken by consecutive sampling. Data taken from respondent was primary data through questionnaire and stool examination.
Then the data was processed using spss 11.5 for windows. Variable in this study are the intestinal parasitic infection and the toilet usage behavior. This data was analyzed by chi-square test. The result show the prevalence of intestinal parasites in children at landfill Bantargebang is 74,1%. The result also showed no significant association between toilet usage and intestinal parasitic infection (P>0,05).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Marwoto
"Pengembangan hortikultura menghadapi kendala serangan nema-toda parasitik yang menyebabkan kehilangan hasil cukup tinggi. Di Indonesia, kerugian hasil hortikultura akibat nematoda parasitik berkisar antara 20-40% dari total produksi per tahun. Salah satu cara pengendalian yang efektif, efisien, dan ramah lingkungan ialah dengan menggunakan varietas tahan dikombinasikan dengan teknik pengendalian lainnya. Tingginya kebutuhan akan varietas tahan mendorong peningkatan investasi di bidang pemuliaan tanaman. Di Indonesia investasi di bidang pemuliaan tanaman meningkat 15-30%. Sasaran pengembangan varietas tahan ialah menekan kerapatan populasi nematoda pada tingkat yang tidak merugikan guna meningkatkan produksi, produktivitas, mutu hasil, dan daya saing produk hortikultura. Sasaran tersebut dapat dicapai dengan strategi sebagai berikut: (1) penggunaan varietas tahan dan teknik pengendalian lainnya dengan memerhatikan kelestarian lingkungan; (2) pengembangan sistem pemantauan populasi nematoda di lapangan; (3) diseminasi inovasi melalui sekolah lapang pengendalian hama terpadu; (4) pengembangan kerja sama pemuliaan partisipatif; dan (5) penguatan penelitian dasar di bidang biologi, ekologi, genetika, dan bioteknologi. Untuk meningkatkan investasi di bidang perakitan varietas tanaman dan perbenihan diperlukan penguatan penerapan sistem perlindungan varietas tanaman. Keberhasilan pengembangan industri pemuliaan tanaman sangat bergantung pada partisipasi masyarakat. "
Kementerian Pertanian RI, 2013
630 PIP 6:4 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tobing, Rebecca Octavia Fransisca
"Infeksi parasit usus dapat mengganggu tumbuh kembang anak dan mempengaruhi kualitas hidup. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui prevalensi infeksi parasit usus pada anak sekolah dasar di Bekasi pada tahun 2012 dan hubungannya dengan tingkat pengetahuan tentang perilaku hidup bersih sehat (PHBS). Penelitian cross sectional ini dilakukan di sekolah dasar negri (SDN) dan madrasah ibtidaiyah (MI) di Bekasi. Data diambil pada bulan April 2012 dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai PHBS dan pemeriksaan feses secara langsung. Semua murid yang hadir dijadikan subyek penelitian (metode total sampling). Dari 130 sampel feses, 64,6% positif terinfeksi parasit usus yaitu B.hominis (43,1%), E. coli (3,1%), G. lamblia (3,1%), H. nana (2,3%), B. hominis dan E. coli (3,1%), B. hominis dan G. lamblia (8,5%), B. hominis dan T. trichiura (0,8%), B. hominis, E. coli, T. trichiura dan H. nana (0,8%). Hanya 3 responden (2,3%) yang memiliki pengetahuan baik mengenai PHBS sedangkan 72 responden (55,4%) berpengetahuan sedang dan 55 responden (42,3%) memiliki pengetahuan kurang. Uji chi square menunjukkan perbedaan bermakna (p=0,043) sehingga disimpulkan infeksi parasit usus berhubungan dengan tingkat pengetahuan PHBS.

Intestinal parasitic infection can interfere children’s growth and development which will affect their quality of life. The purpose of this research is to find out the prevalence of intestinal parasitic infection among primary school children in Bekasi in 2012 and its association with knowledge level about clean and healthy living behaviour (PHBS). This cross sectional study is conducted in national primary school (SDN) and Islamic primary school in Bekasi (MI). Data is obtained on April 2012 by using questionnaire consisted of questions about PHBS and direct stool examination. All present students are involved (total sampling method). Out of 130 stool samples, 64,6% samples are positively infected by intestinal parasite as follows: B.hominis (43,1%), E. coli (3,1%), G. lamblia (3,1%), H. nana (2,3%), B. hominis and E. coli (3,1%), B. hominis and G. lamblia (8,5%), B. hominis and T. trichiura (0,8%), B. hominis, E. coli, T. trichiura and H. nana (0,8%). Only 3 respondents (2,3%) have high PHBS knowledge while 72 respondents (55,4%) have medium PHBS knowledge and 55 respondents (42,3%) have low PHBS knowledge. Chi square test shows significant difference (p=0,043) therefore it is summarized that intestinal parasitic infection relates with level of PHBS knowledge.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herbowo A. Soetomenggolo
"Infeksi saluran cerna oleh parasit memiliki angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi di seluruh dunia. Angka kejadian infeksi saluran cerna oleh parasit tertinggi didapatkan di negara berkembang dan negara dengan tingkat ekonomi rendah terutama di daerah-daerah tropis. Indonesia sebagai negara tropis dan negara berkembang dengan tingkat ekonomi rendah diperkirakan memiliki prevalensi infeksi saluran cerna oleh parasit yang cukup tinggi. Parasit penyebab infeksi saluran cerna sangat beragam dan penelitian mengenai parasit penyebab infeksi saluran cerna di Indonesia masih sedikit tetapi penelitian yang dilakukan oleh Kang dan kawan-kawan di India mendapatkan infeksi saluran cerna oleh parasit terbanyak disebabkan oleh Giardia (53,8%) dan Cryptosporidium (39,7%).
Cryptosporidium pertama kali ditemukan pada anak imunokompeten berusia 3 tahun pada tahun 1976. Setelah itu Cryptosporidium dilaporkan menimbulkan endemik di daerah Milwaukee pada tahun 1993 yang menginfeksi 400.000 orang. Meskipun telah dilakukan berbagai pencegahan dan kesadaran masyarakat mengenai kebersihan makin tinggi, ternyata angka kejadian cryptosporidiosis yang tercatat di Amerika Serikat tetap tinggi yaitu pada tahun 1999 dilaporkan terdapat 2.769 kasus, tahun 2001 terdapat 3.787 kasus dan pada tahun 2002 terdapat 3.016 kasus.
Beberapa peneliti telah melaporkan kejadian cryptosporidiosis pada penderita acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) dan pengidap human immunodeficiency virus (HIV). Seiring dengan meningkatnya angka kejadian AIDS dan pengidap H1V di dunia maka diperkirakan angka kejadian cryptosporidiosis turut meningkat. Di Indonesia sendiri telah dilaporkan peningkatan kasus AIDS mencapai 5823 kasus dan 4333 kasus HIV sehingga diperkirakan angka kejadian cryptosporidiosis juga turut meningkat.
Prevalensi cryptosporidiosis di negara berkembang diperkirakan berkisar 5-20% dan di negara miskin mencapai lebih dari 30%. Cryptosporidium lebih sering menginfeksi anak-anak. Prevalensi tertinggi terjadi pada anak usia di bawah 5 tahun. Perch dkk dalam penelitiannya mendapatkan prevalensi terbanyak pada usia di bawah 3 tahun. Diperkirakan hal ini erat hubungannya dengan status imun anak. Berbagai hal dapat mempengaruhi terjadinya cryptosporidiosis seperti kekurangan air bersih, sanitasi buruk, kepadatan rumah tinggal, banyak hewan di lingkungan perumahan, letak rumah dekat dengan sungai atau peternakan, rumah tinggal yang terkena banjir, musim, serta faktor risiko individu seperti status gizi. Katsumata dan kawan-kawan dalam penelitian yang dilakukan di Surabaya mendapatkan faktor risiko infeksi Cryptosporidium berupa kepadatan rumah tinggal, musim hujan dan rumah tinggal yang terlanda banjir. Saat ini belum terdapat data prevalensi infeksi Cryptosporidium pada anak balita maupun faktor risiko penyakit ini di Jakarta."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T58476
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shabrina Izati
"ABSTRAK
Lingkungan dengan higienitas yang buruk ditambah dengan kurangnya pemahaman dan penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di banyak tempat di Indonesia menyebabkan masih tingginya prevalensi infeksi parasit usus di negara ini. Anak sekolah dasar merupakan kelompok yang paling rentan mengalami infeksi parasit usus. Apabila infeksi tersebut tidak ditangani, seorang anak dengan infeksi parasit usus akan mengalami penurunan kualitas hidup dengan terganggunya proses tumbuh kembang dan terhambatnya proses belajar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah adanya hubungan antara infeksi parasit usus dengan tingkat pendidikan pada anak sekolah dasar. Desain studi yang digunakan ialah cross sectional dengan data yang diambil dari sebuah Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah di Kabupaten Bekasi, yang berlokasi cukup dekat dengan Tempat Pembuangan Akhir. Sampel yang diikutsertakan dalam penelitian ialah murid kelas 4, 5, dan 6 dengan total sebanyak 133 orang anak (total sampling). Setiap anak bertugas mengumpulkan pot feses yang isinya kemudian diperiksa di laboratorium dengan mikroskop.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 68,1% murid kelas 4 terinfeksi parasit usus, sedangkan murid kelas 5 dan 6 yang terinfeksi sebanyak 51,4% dan 75,9%. Dari angka tersebut, diketahui bahwa ternyata tidak ada hubungan yang bermakna antara infeksi parasit usus dengan tingkat pendidikan pada anak sekolah dasar di Kabupaten Bekasi pada tahun 2012.

ABSTRACT
An environtment with bad hygienity coupled with lack of understandimg amd implementation of Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) in many place in Indonesia cause the prevalence of intestinal prasitic infection stays high. Primary school children have the most risk to get the infection. Intestinal parasitic infection that is not managed properly can decrease the quality of life and distrub the learning process.
The aim of this research is to understand whether there is an association between intestinal parasitic infection and level of education on primary school children. The design study used in this research is cross scetional study with data taken from two primary schools located at Kabupaten Bekasi, stands near a landfills. The samples for this research is the 4th, 5th, and 6th grade students with a total of 133 children (total sampling). Each children had to collect a pot filled with their faeces which will be examined later under the microscope.
The result shows that as many as 68,1% of the 4th grade children are infected, meanwhile the number of infection for the 5th and 6th grade children are as many as 51,4% dan 75,9%. From the numbers, known that there are no meaningful association between intestinal parasitic infecion with level of education on primary school children in Kabupaten Bekasi in 2012."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arin Aulia Rahma
"Infeksi parasit usus merupakan salah satu infeksi parasit yang paling umum di negara berkembang. Penyakit ini memiliki berbagai dampak dalam berbagai aspek kehidupan seperti pertumbuhan dan perkembangan anak, status gizi, dan anemia. Sebuah studi cross sectional dilakukan pada bulan Mei, 2015, di antara 157 siswa SD di Jakarta Selatan, Indonesia. Kuesioner digunakan untuk menilai kebersihan pribadi dari subyek penelitian. Sampel feses dikumpulkan dari subyek penelitian dan diperiksa menggunakan teknik pemeriksaan langsung untuk mengidentifikasi parasit di usus. Analisis regresi logistik bivariat dilakukan dan signifikansi ditentukan oleh nilai P kurang dari 0,05. Insiden keseluruhan infeksi parasit usus adalah 38,2. Parasit yang paling dominan adalah B. hominis 44 69,4 diikuti oleh G.intestinalis 8 15,3, E.coli 3 1,9, cacing tambang 1 1,4 dan T. trichiura 1 1,4. Tidak ada perbedaan signifikan antara insidensi infeksi parasit usus dengan penggunaan alas kaki p = 0,972, pemotongan kuku seminggu sekali p = 0.718, mencuci tangan sebelum makan p = 0.688, dan mencuci tangan setelah buang air besar p = 0,618, Namun ada hubungan yang signifikan antara kebersihan kuku dan IPI. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kejadian IPI dengan kebersihan pribadi pada aspek kebersihan kuku, menunjukkan kebutuhan intervensi seperti pendidikan kesehatan pada perilaku kebersihan kuku.

Intestinal parasitic infection is still one of the most prevalent parasitic infections in developing countries. This disease may have several impacts in children rsquo s growth and development, nutritional status, and anemia. A cross sectional study was performed in May, 2015, among 157 pupils in a primary school in South Jakarta, Indonesia. Structured questionnaire was developed to assess the personal hygiene behavior of the students. Faecal samples were collected from study subjects. A bivariate analysis was done. The overall incidence of intestinal parasite infections of 157 students finding was 38,2. The most predominant parasite was B. hominis in 44 students 69,4 followed by G.intestinalis in 8 students 15,3, E.coli in 3 students 1,9, Hookworm in 1 students 1,4 and T.trichiura in 1 students 1.4. There is no significant difference between prevalence of Intestinal Parasitic Infection with footwear usage p 0.972, nail cutting once a week p 0,718, handwashing before meal p 0,688, handwashing after defecations p 0.618, however there is a significant relation between nail cleanlilness p 0.03 and IPI. It can be conclude that there is a significant association between incidence of IPI with personal hygiene on nail cleanliness aspect indicating the requirement of interventions like health education on the nail hygiene behaviour.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>