Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Telford, Sam R.
London: CRC Press, 2009
R 639.39 TEL h
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Suaydiy Okdiyanzah
Abstrak :
Banyak manfaat didapatkan dari mengkonsumsi sayuran. Namun sayuran dapat menjadi perantara penularan parasit usus (STH dan kista protozoa) dan meningkatkan angka kesakitan akibat infeksi ini. Berbagai penelitian membuktikan kontaminasi parasit usus diberbagai sayuran dengan jumlah beragam. Hal ini diperburuk dengan kebiasaan mengkonsumsi sayuran mentah (lalapan) di Indonesia. Maka dilakukanlah penelitian pada kubis karena sering dikonsumsi mentah. Penelitian ini ingin mengetahui perbedaan jumlah kontaminasi parasit usus yang ditemukan pada kubis pasar tradisional dan pasar swalayan serta ingin mengetahui efektifitas perendaman antara larutan garam-cuka dengan air. Penelitian ini adalah cross sectional dengan menggunakan 20 sampel kubis pasar tradisional dan 20 sampel kubis pasar swalayan yang dibeli secara acak di lima wilayah Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan bermakna (p=0,006) jumlah parasit yang ditemukan pada kubis pasar tradisional (2570 parasit) dan kubis pasar swalayan (1610 parasit). Ditemukan pada seluruh sampel (tradisional dan swalayan) terkontaminasi STH, 9 dari 20 sampel kubis pasar tradisional dan 7 dari 20 sampel kubis pasar swalayan terkontaminasi kista protozoa. Didapatkan pula perbedaan bermakna (p<0,05) jumlah parasit usus pada kubis yang direndam dengan larutan garam-cuka dibandingkan dengan air. Berdasarkan hasil penelitian ini jumlah parasit pada kubis pasar tradisional jauh lebih tinggi dan perendaman dengan larutan garam-cuka lebih baik dibandingkan dengan air.
We can get a lot of benefit by consuming vegetables. But, vegetables also can be a medium to transmit parasites (STH and protozoa) and increase the morbidity because of infection. Some researches proved parasites contamination in any vegetables with vary of number. It is worsen by a habit to consume raw vegetables (lalap) in Indonesia. This research was done by using cabbage that often consume uncooked. This research wants to know the difference parasites quantity in cabbage from traditional and modern market and also the effectiveness between salt-acid solution and water as immersion medium. This cross-sectional research use 20 samples of cabbages from traditional market and 20 samples of cabbages from modern market in Jakarta. The result show a different parasites quantity (p value = 0,006) between cabbage from traditional market (2570 parasites) and modern market (1610 parasites). All of samples (traditional and modern market) are contaminated by STH, 9 of 20 cabbages from traditional market and 7 of 20 cabbages from modern market are contaminated by protozoa. And also there is a different parasites quantity (p value < 0,05) found in cabbage using salt-acid solution then water only. As conclusion number of parasites found in cabbages from traditional market is higher than cabbages from modern market and using salt-acid as immersion medium is better than water only.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Neva, Franklin A.
Connecticut : Appleton & Lange , 1994
616.96 NEV b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Faust, Ernest Carroll
Philadelphia: Lea & Febiger, 1964
616.961 FAU c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Faust, Ernest Carroll
Philadelphia: Lea & Febiger, 1957
616.961 FAU c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Cattleya S. Leksmono
Abstrak :
Ruang Lingkup dan Cara Penelitian: Terdapat dua molekul.DNA ekstrakromosom pada berbagai spesies Plasmodium: elemen DNA linier sebesar 6 kb dan elemen DNA sirkuler 35 kb. Elemen 6 kb pada P. falciparum dan P. yoelii telah lengkap disekuens dan dapat diidentifikasi 3 ORF yang menunjukkan homologi dengan gen cyb, COI dan COAT pada DNA mitokondria, tapi elemen ini tidak memiliki gen tRNA dan hanya memiliki (ragmen rRNA. Peran dan fungsi elemen DNA ekstrakromosom ini belum diketahui secara pasti dan sebagai Iangkah awal untuk mengetahui dan memahaminya adalah dengan membuktikan bahwa elemen 6kb ini diekspresi. Pendekatan yang dilakukan adalah berdasarkan pada penggunaan antibodi yang spesifik sebagai pelacak terhadap produk putatif gen cyb pada elemen 6 kb. Tujuan penelitian ini adalah: (1) mendesain peptida berdasarkan urutan asam amino dad produk putatif gen apositokrom b yang sesuai sebagai imunogen, (2) membuat antibodi antipeptida yang spesifik dan (3) menggunakan antibodi antipeptida sebagai pelacak untuk mencari produk gen dengan teknik western immunoblofting. Antibodi yang ideal harus dapat mengenali protein asli, karena itu peptida dibuat mewakili daerah unik dam mempunyai antigenisitas tinggi. Untuk menginduksi produksi antibodi, peptida sintetik yang telah dikonjugasi dengan protein pembawa disuntikkan pada kelinci. Titer antibodi terhadap peptida ditentukan dengan teknik ELISA Direk. Spesifisitas antibodi antipeptida ditentukan dengan teknik ELISA Direk dan slot blot. Antibodi dengan spesifisitas tinggi digunakan sebagai pelacak untuk mencari produk putatif dengan teknik western immunoblotting. Hasil dan Kesimpulan: Berdasarkan beberapa kriteria dipilih dua daerah dari rangkaian asam amino yang diprediksi dari sekuens gen cyb pada elemen 6 kb, masing-masing mewakili ujung amino (terdiri dad 10 asam amino) dan karboksi (terdiri.dari 12 asam amino). Reaktivitas antiserum terhadap masing-masing konjugat memperlihatkan bahwa ujung karboksi Iebih imunogenik jika dibandingkan dengan ujung amino. Hasil karakterisasi keempat antibodi antipeptida menunjukkan hanya anti KLH-Cyb 365.376 mempunyai spesifisitas tinggi terhadap peptida, sehingga dipilih untuk digunakan dalam penelitian selanjutnya. Karakterisasi lebih lanjut dengan slot blot menunjukkan bahwa anti KLH-Cyb 365.376 bereaksi spesifik dengan protein P. falciparum.. Dengan teknik western immunobloifing memperlihatkan reaksi spesifik anti KLH-Cyb 365.376 dengan polipeptida yang mempunyai mobilitas elektroforetik 66-70 kDa.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Goater, Timothy M., 1959-
Abstrak :
"Reflecting the enormous advances made in the field over the past ten years, this text synthesizes the latest developments in the ecology and evolution of animal parasites against a backdrop of parallel advances in parasite systematics, biodiversity and life cycles. This second edition has been thoroughly revised to meet the needs of a new generation of parasitology students. Balancing traditional approaches in parasitology with modern studies in parasite ecology and evolution, the authors present basic ecological principles as a unifying framework to help students understand the complex phenomenon of parasitism. Richly illustrated with over 250 figures, the text is accompanied by case study boxes designed to help students appreciate the complexity and diversity of parasites and the scientists who study them. This unique approach, presented clearly and with a minimum of jargon and mathematical detail, encourages students from diverse backgrounds to think generally and conceptually about parasites and parasitism"--
Cambridge, UK: Cambridge University Press, 2014
578.65 GOA p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Andrew John Widya Sieman
Abstrak :
ABSTRAK
Infeksi parasit intestinal masih menjadi salah satu penyakit infeksi yang sering ditemui di seluruh dunia, terutama di negara-negara berkembang, termasuk di Indonesia. Di lingkungan dengan tingkat sanitasi yang rendah, seperti di pemukiman dekat tempat pembuangan akhir sampah (TPA), infeksi ini akan lebih mudah terjadi. Pada penelitian ini, akan diteliti mengenai tingkat infeksi parasit intestinal dan hubungannya dengan kebiasaan anak-anak di TPA Bantar Gebang, Bekasi dalam menjaga kebersihan kuku. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei 2012, dan didapatkan subyek penelitian sebanyak 100 anak. Data diolah menggunakan program SPSS 21.0, menggunakan uji Chi-square. Dari data yang terkumpul, didapatkan angka infeksi parasit intestinal pada anak-anak di TPA Bantar Gebang sebesar 80,0%, dengan rincian berikut: Blastocystis hominis (59,0%), Giardia lamblia (34,0%), Trichuris trichiura (30,0%), Ascaris lumbricoides (4,0%), dan Entamoeba histolytica (1,0%). Didapatkan pula bahwa tidak terdapat hubungan antara frekuensi menggunting kuku, sebagai parameter kebersihan kuku, dan infeksi parasit intestinal (P > 0,05).
ABSTRACT
Intestinal parasites infection is currently still a commonly found infectious disease worldwide, especially in developing countries, including Indonesia. In areas with relatively low sanitation levels, such as residential areas near Tempat Pembuangan Akhir (TPA), this infection is more likely to happen. This study aims to observe the association of intestinal parasite infection and nail hygiene in children living in TPA Bantar Gebang, Bekasi. The design used in this study was cross-sectional. Data was collected in May 2012, with a total of 100 children as subjects. The data was then processed using SPSS 21.0 with Chi-square test. It is found that the infection rate of intestinal parasites infection in children living in TPA Bantar Gebang was 80,0%, which consisted of Blastocystis hominis (59,0%), Giardia lamblia (34,0%), Trichuris trichiura (30,0%), Ascaris lumbricoides (4,0%), and Entamoeba histolytica (1,0%). The result showed that there was no association between the frequency of nail trimming, as a parameter of nail hygiene, and intestinal parasites infection (P > 0,05).
2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rumsah Rasad
Abstrak :
Telah dilakukan pemeriksaan terhadap 100 sampel debu rumah yang berasal dari daerah Bambu Apus Pamulang, dengan kategori perumahan menengah kebawah. Dengan menggunakan teknik flotasi, telah dapat ditemukan telur Nematoda usus dan kista Protozoadari 478,80 gram debu yang diperiksa. Kista Protozoa yang ditemukan adalah dari E histolytica 17%; E coil 29p; G lamblia 5% dan B hominis 1%. Sedangkan telur Nematoda usus yang ditemukan adalah A lumbricoides 21%; T trichiura 10%; O vermicularis 34% dan cacing tambang 12%. Dari sampel tersebut ternyata 13% nya ditemukan campuran antara kista Protozoa dan telur nematoda usus. Penelitian ini menunjukkan bahwa bila prevalensi telur Nematoda usus dan kista protozoa tinggi pada sekelompok masyarakat, maka akan ditemukan juga pencemaran lingkungan yang tinggi pula. Debu rumah merupakan sumber infeksi dan reinfeksi terutama bagi anak-anak yang bermain di lantai. Dengan menggunakan teknik flotasi untuk pemeriksaan parasit usus ternyata dapat ditemukan lebih banyak telur Nematoda usus, maupun kista protozoa.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Wirya Dharma K. Liman
Abstrak :
Ruang lingkup dan cara penelitian Toxocara canis dan T. cati merupakan penyebab utama visceral larva migrans. Penyakit ini dikaitkan dengan adanya hubungan erat antara manusia dengan peliharaannya yaitu anjing dan kucing. Banyak kasus visceral larva migrans dilaporkan di luar negeri sedangkan di Indonesia sampai sekarang belum ada laporan mengenai penyakit tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi Toxocara pada anjing dan kucing yang merupakan sumber infeksi bagi manusia dan melakukan studi deskriptif mengenai morfologi Toxocara yang ditemukan di Indonesia. Pengumpulan sampel dilakukan secara selektif dan pemeriksaan tinja anjing dan kucing dilakukan dengan teknik langsung dan cara sedimentasi. Anjing dan kucing yang tinjanya positif dengan telur Toxocara diberi obat pirantel pamoat untuk memperoleh cacing dewasa. Kemudian dilakukan pemeriksaan telur dan cacing dewasa guna mempelajari morfologinya. Hasil dan Kesimpulan: Telah diperiksa 60 ekor anjing dan 100 ekor kucing. Prevalensi T. canis pada anjing 38,3% dan T. cati pada kucing 26,0%. Tidak ditemukan infeksi campur antara kedua jenis cacing balk pada anjing maupun pada kucing. Ukuran telur T. canis 90,25 + 5,95 u x 78,8 + 5,4 u dan telur T. cati 77,39 + 4,6u x 65,57 + 8,07 U. Telur T. canis lebih besar daripada telur T. cati. Hasil pemeriksaan morfologi cacing dewasa: panjang tubuh T. canis jantan lebih panjang daripada panjang tubuh T. cati jantan; alae T. cati lebih lebar daripada alae T. canis; esofagus, ventrikel dan spikula T. cati lebih panjang. Kesimpulannya ialah prevalensi T. canis 38,3% dan T.'cati 26,0%; tidak terdapat infeksi campur; morfologi telur dan cacing dewasa T. canis dan T. cati berbeda.
Scope and Method of Study: Toxocara canis and Toxocara cati are the principal etiology of visceral larva migrans. This disease in man is due to the existence of a close relationship between man and domestic animals, namely dogs and cats. In the literature many cases of visceral larva migrans have been reported, but up to now, there is no report of this disease in Indonesia. The aim of this study is: to determine the pre-valence rate of Toxocara infection in dogs and cats which are the source of human, to carry out a descriptive study and to compare the morphology of the eggs and the adult worm of Toxocara found in this study. Sampling were done selectively. Faecal specimens from each animal were examined by direct and sedimentation methods. Those dogs and cats whose faeces showed positive Toxocara eggs were given pyrantel pamoate to obtain the adult worms. The morphology of the eggs and adult worms of Toxocara canis and Toxocara cati were studied. Findings and Conclusions: In this study faecal specimens from 60 dogs and 100 cats have been examined. The prevalence rate of T. canis in dogs was 38,3% and that of T. cati was 26,0.- No mixed infection could be found. T. canis eggs measured: 90,25 + 5,97 u by 78,8 + 5,40 u, while T. cati were 77,39 + 8,07 u. Thus the T. canis eggs were larger than the eggs of T. cati. the results of the morphological study of the adult worms were as follows: the body length of males T. canis was longer than the males of T. cati, T. cati alae were broader than those of T. canis, while the length of the esophagus of T. cati was longer than that of T. canis. It was concluded in this study that the prevalence rate of T. canis and T. cati was respectively 38,3% and 26,0%. No mixed infection of T. canis and T. cati could be found in dogs as well as in cats. The result of the morphological study of T. canis eggs and adult worms differed from that of T. cati.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1987
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library