Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Melati Padma Adiprameswari
Abstrak :
[Pengobatan malaria semakin lama mengalami resistensi di berbagai daerah. Akar pasak bumi (Eurycoma longifolia) adalah tanaman yang berpotensi sebagai terapi malaria karena memiliki kandungan kuasinoid. Penelitian ini melakukan uji ekstrak akar pasak bumi (E. longifolia) dosis 60 mg/kgBB dan 75 mg/kgBB secara tunggal dan kombinasi masing-masing dengan klorokuin via oral. Jenis penelitian eksperimental in vivo dengan subjek penelitian mencit Swiss yang terinfeksi Plasmodium berghei. Hasil penelitian perbandingan hari ke-4 dan hari ke-0 tingkat parasitemia memiliki nilai signifikan (p<0,05) pada uji One way Anova. Persentase inhibisi pertumbuhan pada kelompok kombinasi mencapai 98,5% dan 98,9% dibandingkan klorokuin sebagai obat standar mencapai 100%. Sedangkan pasak bumi tunggal inhibisi <50%. Dapat disimpulkan pemberian kombinasi lebih baik menurunkan dan menekan parasitemia dibandingkan pemberian ekstrak akar pasak bumi secara tunggal berdasarkan hasil analisis data perbedaan bermakna (p<0,05).;Malaria treatment is going to become resistance in various regions. Eurycoma longifolia jack is a plant that has potential as malaria therapy due to contain quassinoid as antimalarial. This study was to test Eurycoma longifolia jack extract dose 60 mg/kgBB and 75 mg/kgBB in single and combination with chloroquine via oral. Type of studies is experimental in vivo with Swiss mice infected by Plasmodium berghei as subject. Results of comparative study day 4 and day 0 levels of parasitemia has significant value (p<0,05). The percentage of growth inhibition in the combination group reached 98,5% and 98,9% compare with reference standard therapy chloroquine that reached 100%, while the single of Eurycoma longifolia jack <50%. It can be concluded combination group better than single group of Eurycoma longifolia jack to reduce and supress parasitemia based on the post-hoc analysis there were significant differences (p<0,05)., Malaria treatment is going to become resistance in various regions. Eurycoma longifolia jack is a plant that has potential as malaria therapy due to contain quassinoid as antimalarial. This study was to test Eurycoma longifolia jack extract dose 60 mg/kgBB and 75 mg/kgBB in single and combination with chloroquine via oral. Type of studies is experimental in vivo with Swiss mice infected by Plasmodium berghei as subject. Results of comparative study day 4 and day 0 levels of parasitemia has significant value (p<0,05). The percentage of growth inhibition in the combination group reached 98,5% and 98,9% compare with reference standard therapy chloroquine that reached 100%, while the single of Eurycoma longifolia jack <50%. It can be concluded combination group better than single group of Eurycoma longifolia jack to reduce and supress parasitemia based on the post-hoc analysis there were significant differences (p<0,05).]
[, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Shafa Marwadhani
Abstrak :
[Malaria masih menjadi beban kesehatan bagi Indonesia, terlebih lagi dengan perkembangan resistensi parasit terhadap pengobatan saat ini. Untuk itu, diperlukan penemuan terapi baru dengan segera. Pasak Bumi (Eurycoma longifolia) adalah tanaman asli Kalimantan yang terbukti secara in vitro dan in vivo memiliki aktivitas antiplasmodium. Penelitian ini ingin menguji efektivitas kombinasi ekstrak akar Pasak Bumi dosis 10 mg/kgBB (PB10) dan 20 mg/kgBB (PB20) dengan Artemisinin-based Combination Therapy (ACT) dosis 1,7 mg/kgBB pada mencit Swiss yang terinfeksi Plasmodium berghei. Pemberian obat dilakukan secara subkutan untuk meningkatkan bioavailabilitasnya, sehingga didapatkan hasil yang maksimal. Dengan menggunakan metode 4-day suppressive test, didapatkan pertumbuhan densitas parasitemia dan persentase inhibisi pertumbuhan secara berturut-turut: kontrol positif 22,08% dan 50,92%, PB10+ACT 5,22% dan 88,4%, PB20+ACT 3,5% dan 92,22%. Pemberian kombinasi meningkatkan efektivitas secara signifikan terhadap PB tunggal, tetapi tidak signifikan terhadap ACT tunggal. Meskipun demikian, peningkatan tersebut mengindikasikan adanya efek sinergis dari kedua zat dan membutuhkan penelitian lebih lanjut. Dari semua perlakuan, PB20+ACT memiliki efek antimalaria yang paling baik.;Malaria is still considered as a burden disease for Indonesia, especially with the fast developing resistance of parasite against current medication. Hence, the invention of novel therapy is needed immediately. Pasak Bumi (Eurycoma longifolia), a native plant in Kalimantan, has been proven to have in vivo and in vitro antiplasmodial activity. This study aims to test the effect of combination of E.longifolia and Artemisinin-based Combination Therapy (ACT) both given subcutaneously on parasitemia in mice infected with Plasmodium berghei. The doses of the extract tested in this experimental study were 10 (PB10) and 20 mg/kg BW (PB20). Using the 4-day suppressive test, the growth of parasite and growth inhibition percetage of each groups are as following: positive control 22,08% and 50,92%, PB10+ACT 5,22% and 88,4%, PB20+ACT 3,5% and 92,22%. The combination therapy showed significant increase in effectiveness compared to PB monotherapy but insignificant increase compared to ACT monotherapy. Despite the insignificance, this indicates synergistic effect of the two substances that needs further investigation. Among all groups, PB20+ACT showed the best antimalarial activity, Malaria is still considered as a burden disease for Indonesia, especially with the fast developing resistance of parasite against current medication. Hence, the invention of novel therapy is needed immediately. Pasak Bumi (Eurycoma longifolia), a native plant in Kalimantan, has been proven to have in vivo and in vitro antiplasmodial activity. This study aims to test the effect of combination of E.longifolia and Artemisinin-based Combination Therapy (ACT) both given subcutaneously on parasitemia in mice infected with Plasmodium berghei. The doses of the extract tested in this experimental study were 10 (PB10) and 20 mg/kg BW (PB20). Using the 4-day suppressive test, the growth of parasite and growth inhibition percetage of each groups are as following: positive control 22,08% and 50,92%, PB10+ACT 5,22% and 88,4%, PB20+ACT 3,5% and 92,22%. The combination therapy showed significant increase in effectiveness compared to PB monotherapy but insignificant increase compared to ACT monotherapy. Despite the insignificance, this indicates synergistic effect of the two substances that needs further investigation. Among all groups, PB20+ACT showed the best antimalarial activity]
[, ], 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Najma
Abstrak :
ABSTRAK
Artemisinin Combination Therapy ACT merupakan pengobatan lini pertama rekomendasi WHO untuk pengobatan malaria yang disebabkan oleh Plasmodium falciparum, namun resistensi pengobatan tersebut telah ditemukan di beberapa negara. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan terapi alternatif menggunakan tanaman herbal yaitu Spirulina dalam bentuk crude. Spirulina merupakan tanaman yang berpotensi sebagai antiplasmodium karena kemampuan antioksidan, antiinflamasi, dan imunomodulator yang dimilikinya. Kemampuan tersebut didapatkan terutama dari kandungan Fikosianin dan beta karoten yang dimilikinya. Penelitian ini menguji Spirulina secara tunggal dan kombinasi dengan Dihidroartemisinin Piperakuin DHP yang merupakan salah satu jenis Terapi Kombinasi Artemisin per oral pada mecit yang telah terinfeksi Plasmodium berghei. Dosis Spirulina yang digunakan adalah 200 mg/kgBB dan 400 mg/kgBB. Perbandingan densitas parasitemia hari ke-4 dan hari ke-0 pada semua kelompok memilki nilai signifikan p.
ABSTRACT
Artemisinin Combination Therapy is the first line medication recommended by WHO to cure malaria caused by Plasmodium falciparum , but the issue of drug resistance has been discovered in some countries. This research is aimed to find alternative therapy by using the herbal plant, namely Spirulina in crude form. Spirulina is a potential plant to be antiplasmodium since it has antioxidant, anti inflammatory, and immunomodulatory capabilities. The capabilities are obtained from its Phycocyanin and beta carotene. In research single extract of Spirulina and it combination with Dihydroartemisinin Piperaquine DHP as a type of Artemisinin Combination Therapy orally were tested on mice infected by Plasmodium berghei. The doses of Spirulina were 200 mg kgWB and 400 mg kgWB. The comparison of parasitemia on 4th day and 0 day on all groups has a significant value p
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Magdalena Alexandra Djuang
Abstrak :
Latar belakang: Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat, dapat menyebabkan kematian dan secara langsung menyebabkan anemia. Berdasarkan hasil Riskesdas 2013, insiden malaria di Indonesia1,9 . Upaya menekan angka kesakitan dan kematian dilakukan antara lain melalui penegakan diagnosis dini. Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax adalah 2 spesies penyebab utama penyakit malaria yang ditemukan di Indonesia. Malaria PF/PV Ag Cassette Test Star Diagnostic Plus dengan metode imunokromatografi mendeteksi antigen kedua spesies Plasmodium, sehingga dapat dipertimbangkan sebagai sarana diagnostik alternatif untuk mendiagnosis malaria. Penelitian ini bertujuan melakukan uji diagnostik Malaria PF/PV Ag Cassette Test Star Diagnostic Plus dan mencari korelasi hemolisis dengan derajat parasitemia.Metode: Desain penelitian adalah uji diagnostik menggunakan baku emas pemeriksaan mikroskopik pada 79 orang. Uji korelasi dilakukan pada 32 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.Hasil: Pada penelitian ini, didapatkan nilai sensitivitas, spesifisitas, NPP, NPN Malaria PF/PV Ag Cassette Test Star Diagnostic Plus masing-masing sebagai berikut 69 /75 , 100 /100 , 100 /100 , dan 92 /97 . Uji korelasi tidak dapat dilakukan karena hanya 1 pasien yang mengalami hemolisis intravaskuler dan ekstravaskuler dengan derajat parasitemia sedang dan 2 pasien hemolisis ekstravaskuler dengan derajat parasitemia ringan.Kesimpulan:Malaria PF/PV Ag Cassette Test Star Diagnostic Plus dapat digunakan untuk membantu diagnosis malaria pada daerah yang tidak memiliki teknisi laboratorium yang trampil. Secara deskriptif terlihat bahwa hemolisis intravaskuler dan ekstravaskuler mulai terjadi pada derajat parasitemia sedang. Kata kunci: Malaria PF/PV Ag Cassette Test Star Diagnostic Plus ; hemolisis intravaskuler; hemolisis ekstravaskuler; derajat parasitemia. ......Background. Malaria is one of the public health problems that can cause death and directly cause anemia. Based on the results of Riskesdas 2013, the incidence of malaria in Indonesia is 1.9 . Attempts to reduce morbidity and mortality are among others through early diagnosis. Plasmodium falciparum and Plasmodium vivax are the two main causes of malarial disease found in Indonesia. Malaria PF PV Ag Cassette Test Star Diagnostic Plus with imunochromatography method detects both antigen of Plasmodium species so that it can be considered as an alternative diagnostic tool for diagnosing malaria. This study aims to perform diagnostic test Malaria PF PV Ag Cassette Test Star Diagnostic Plus and lookes for correlation between the degree of parasitemia and hemolysis.Methods. The study design was a diagnostic test using a gold standard microscopic examination in 79 people. Correlation test done on 32 people who meet the inclusion and exclusion criteria. Results. In this study, the values of the sensitivity, specificity, NPP, NPN Malaria PF PV Ag Cassette Test Star Diagnostic Plus were 69 75 , 100 100 , 100 100 , and 92 97 respectively. Correlation test can not be done because only one patient undergo intravascular and extravascular hemolysis with moderate degree of parasitemia and 2 patients have extravascular hemolysis with mild degree of parasitemia.Conclusion. Malaria PF PV Ag Cassette Test Star Diagnostic Plus can be used to support the diagnosis of malaria in areas that do not have a skilled laboratory technicians. Descriptively seen that intravascular and extravascular hemolysis begin to occur in the degree of moderate parasitemia. Keywords Malaria PF PV Ag Cassette Test Star Diagnostic Plus , intravascular hemolysis, extravascular hemolysis, degree of parasitemia.
Depok: Fakultas Kedokteran, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Abstrak :
Kesimpulan dari penelitian ini adalah artemisinin mono-theraphy menurunkan derajat parasitemia sama efektifnya dengan kombinasi artemisinin and NAC. Terapi kombinasi artemisinin dan NAC, dosis konstan maupun tapering, lebih meningkatkan kadar IL-12p70 plasma daripada artemisinin mono-therapy. kadar IL-12p70 plasma tertinggi ditekan pada kelompok yang diterapi kombinasi artemisinin dan NAC dosis tapering pada pengobatan selama 7 hari.
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Fitriana
Abstrak :
ABSTRAK
Malaria menjadi masalah kesehatan global utama dengan angka kejadian kemoresistensi yang tinggi, sedangkan ketersediaan obat yang efektif terbatas. Hal tersebut mendasari pentingnya pengembangan obat antimalaria baru. Pendekatan berbasis struktur digunakan untuk merancang analog triklosan dengan target enzim Plasmodium falciparum enoyl acyl carrier protein reductase (PfENR). Gugus fenol disubstitusi dengan gugus metoksi, serta gugus Cl di posisi 2? cincin B dimodifikasi menjadi gugus 2,3-dihidroksi-propionamida. Penambahan dua gugus hidroksi pada cincin B menggunakan metode dihidroksilasi asimetrik Sharpless dengan ligan kiral (DHQ)2PHAL dan (DHQD)2PHAL menghasilkan dua produk analog triklosan sebagai campuran enansiomer. Interaksi molekuler analog triklosan terhadap PfENR ditentukan dengan AutoDock. Campuran enansiomer yang dihasilkan dari ligan kiral (DHQ)2PHAL memiliki rotasi spesifik (+) 0,0833, sedangkan campuran enansiomer yang dihasilkan dari ligan kiral (DHQD)2PHAL memiliki rotasi spesifik (-) 0,0678. Nilai IC50 kedua analog triklosan ditentukan terhadap galur sensitif klorokuin, 3D7. Jumlah parasit dihitung secara mikrokopis melalui apusan darah tipis yang diwarnai Giemsa. Nilai IC50 ditentukan dengan membandingkan parasitemia senyawa uji dengan kontrol yang dianggap memiliki pertumbuhan 100%. Aktivitas antimalaria campuran enansiomer yang dihasilkan dengan (DHQ)2PHAL dan dengan (DHQD)2PHAL memperlihatkan aktivitas yang lebih poten dibandingkan triklosan (IC50 2,72 x 10-2 M), dengan IC50 berturut-turut 3,38 x 10-5 M dan 2,82 x 10-5 M.
ABSTRACT
Malaria is a major global public health problem that alarming spread of drug resistance and limited number of effective drugs. That reason underline how important it is to discover new antimalarial drug. A structure-based approach has been taken to develop substituted analogs of triclosan that target the key malarial enzyme Plasmodium falciparum enoyl acyl carrier protein reductase (PfENR). The phenol moiety was chemically substituted with methoxy group, and Cl group at posistion 2? in ring B also modified with 2,3-dihydroxy-propionamide group. Sharpless asymmetric dihydroxylation with chiral ligand (DHQ)2PHAL and (DHQD)2PHAL is used to introduce two hydroxyl groups into the ring B to give two analogs of triclosan as enantiomer mixture. The binding energies of two analogs for PfENR were determined using Autodock. The enantiomer mixture generated by chiral ligand (DHQ)2PHAL showed specific rotation of (+) 0,0833, while enantiomer mixture resulted from chiral ligand (DHQD)2PHAL have (-) 0,0678 of specific rotation. The IC50 of two analogs of triclosan were determined against Plasmodium falciparum chloroquin-sensitive strain, 3D7. The number of parasites on thin Giemsa stained smears was calculated microscopically. IC50 determined by comparing paracitemia parasite growth in the presence of compound with that of control without compound. The analog compounds, enantiomer mixture resulted by either (DHQ)2PHAL or (DHQD)2PHAL showed a higher antimalarial activity than triclosan (IC50 2,72 x 10-2 M), with IC50 3,38 x 10-5 M and 2,82 x 10-5 M, respectively.
2013
T32920
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Hasanah
Abstrak :
Infeksi malaria merupakan masalah kesehatan yang masih menjadi perhatian dunia karena meningkatnya resistensi terhadap obat standar malaria, yaitu ACT. Pada penelitian ini, ekstrak tumbuhan yang digunakan adalah pasak bumi dan propolis sebagai antimalaria. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek antimalaria pada kelompok tunggal propolis dan kelompok kombinasi propolis dengan ekstrak akar pasak bumi. Mencit yang digunakan sejumlah 35 ekor dan terbagi atas 6 kelompok. Kelompok perlakuan terdiri atas dua kelompok kontrol, kelompok propolis tunggal dengan dosis 90 mg/kgBB dan 180 mg/kgBB dan kelompok kombinasi propolis dosis sama seperti tunggal dengan pasak bumi dosis 60 mg/kgBB dan 75 mg/kgBB. Plasmodium berghei 2 diinjeksikan pada setiap mencit dan dibuat apusan darahnya selama 8 hari untuk dilihat tingkat parasitemianya. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara kontrol positif dengan kedua kelompok kombinasi p=0,136 dan 0,289 . Akan tetapi pemberian kedua dosis kombinasi propolis dengan pasak bumi GI: 97,97 dan 97,83 jauh lebih baik dibandingkan penggunaan tunggal propolis. Kontrol positif GI: 98,63 memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan propolis tunggal GI: 23,88 dan 51,66 . Perlakuan kombinasi lebih baik dibandingkan dengan perlakuan tunggal dalam menghambat parasitemia. ...... Malaria infection is still being a global concern because of the increasing resistance to standard drug malaria, Artemisinin Combination Therapy. In this research, plant extract, pasak bumi and propolis, was using as antimalarial. This study was conducted to find out antimalarial effect of single propolis and combination of propolis with pasak bumi root extract. Using 30 mice, the treatment group divided to 6 groups, consisted of two control groups, two groups of Single propolis with doses of 90 mg kgBW and 180 mg kgBW and two Combination groups of propolis doses same as Single propolis group with pasak bumi dose 60 mg kgBW and 75 mg kgBW. Plasmodium berghei 2 was injected in each mouse and made blood smear for 8 days to be seen parasitemia level. The results of the study showed that there was no significant difference between positive control with the two Combination groups p 0.136 and 0.289 . However, the Combination group of propolis and pasak bumi GI 97.97 and 97.83 is much better than Single propolis group. Positive control GI 98.63 had a better outcomes than Single propolis group GI 23.88 and 51.66 . Combination group is better than Single propolis group in inhibiting parasitemia.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faiza Azzahroh
Abstrak :
ABSTRAK
Malaria merupakan penyakit infeksi dengan prevalensi yang tinggi di Indonesia. Peningkatan resistensi terhadap pengobatan malaria telah ditemukan di beberapa negara untuk mengindikasikan bahwa penelitian dan pengembangan antimalaria baru sangat dibutuhkan. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan antimalaria alternatif, dengan memanfaatkan ekstrak tanaman herbal, yaitu Spirulina dan Pasak Bumi. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menguji pemberian Spirulina secara tunggal dan kombinasi dengan ekstrak akar Pasak Bumi terhadap mencit Mus musculus yang terinfeksi Plasmodium berghei. Dosis Spirulina yang digunakan pada penelitian ini adalah 300 mg/kgBB dan 500 mg/kgBB sedangkan dosis ekstrak Pasak Bumi yang digunakan adalah 60 mg/kgBB dan 75 mg/kgBB. Pada semua kelompok perlakuan terjadi peningkatan tingkat parasitemia pada hari ke-4 dengan persentase inhibisi parasitemia yang negatif. Hal ini menunjukkan bahwa Spirulina dosis 300 mg/kgBB dan 500 mg/kgBB dan ekstrak akar pasak bumi dosis 60 mg/kgBB dan 75 mg/kgBB tidak memiliki efek antimalaria, Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak Spirulina tunggal dan kombinasi Spirulina dengan ekstrak Pasak Bumi pada dosis di atas tidak efektif sebagai antimalaria.
ABSTRACT
Malaria is an infectious disease with high prevalence in Indonesia. Increasing in resistance to malaria therapy has been observed in several countries to indicate that new antimalarial studies and development are needed. This study is aimed to find alternative antimalaria by using herbal plant extracts, namely Spirulina and Pasak Bumi. This study is an experimental study that tested the Spirulina administration singly and in combination with the extract of Pasak Bumi root to the mice Mus musculus infected with Plasmodium berghei. The dosage of Spirulina used in this study was 300 mg kgBW and 500 mg kgBW while the dosage of Pasak Bumi root extract was 60 mg kgBW and 75 mg kgBW. In all treatment groups, there was an increased level of parasitemia on day 4 with negative parasitemia inhibition percentage. It shows that Spirulina dose of 300 mg kgBW and 500 mg kg BW and Pasak Bumi root extract by dose 60 mg kgBB and 75 mg kgBW have no antimalarial effect. Thus, it can be concluded that administration of Spirulina singly and the combination of Spirulina and Pasak Bumi root extract are not effective as antimalaria.
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover