Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Seti Listiani
"Logam berat Cu dan Cd yang berlebihan memberikan dampak negatif bagi tanaman. Mikoriza adalah simbiosis antara akar dan fungi mikoriza yang dapat meningkatkan kemampuan tanaman bertahan di bawah cekaman logam berat dan mengurangi dampak toksisitasnya. Berdasarkan penlitian sebelumnya, mikoriza dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman Paraserianthes falcatariadi bawah cekaman Pb.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mikoriza terhadap pertumbuhan P. falcatariapada media tanam yang mengandung logam berat Cu (tembaga) dan Cd (kadmium). Tanaman P. falcatariadiinokulasi mikoriza dengan dosis 0, 15, dan 25 gram dan diberi perlakuan logam berat dengan dosis CuSO4150 mg/kg dan CdSO415 mg/kg pada media tanam. Parameter yang diamati meliputi tinggi tanaman, berat basah, dan warna daun pada usia 43 hari setelah tanam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inokulasi mikoriza tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan tinggi tanaman P. falcatariapada perlakuan Cu dan Cd. Pengukuran berat basah pada perlakuan Cu dan Cd menunjukkan bahwa kelompok perlakuan yang diberi mikoriza memiliki berat basah lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak diberi mikoriza.
Berdasarkan hasil pengamatan warna daun, ditemukan tanaman mati pada kelompok perlakuan tanpa mikoriza pada kedua perlakuan logam berat tersebut. Selain itu, ditemukan perubahan warna pada hampir semua daun terbawah tanaman pada perlakuan Cu yang diinokulasi mikoriza dan tanpa mikoriza. Pada perlakuan Cd, tanaman yang daunnya berwarna normal jumlahnya semakin banyak pada dosis mikoriza yang semakin tinggi. Pemberian mikoriza dapat membantu meringankan dampak toksisitas yang ditimbulkan oleh konsentrasi logam berat Cu dan Cd berlebih.

Excessive heavy metals Cu and Cd has negative effect on plants. Mycorrhizae is a symbiosis between roots and mycorrhizal fungi which can improve plant’s ability to survive under heavy metal stress and reduce its toxicity. Based on previous study, mycorrhizae can increase the growth of Paraserianthes falcatariaunder Pb stress.
The aim of this study is to reveal the effect of mycorrhizae on growth of P. falcatariain artificial growing media containing heavy metals Cu (copper) and Cd (cadmium). P. falcatariainoculated with 0, 15 and 25 grams of mycorrhizae and treated with 150 mg/kg of CuSO4and 15 mg/kg of CdSO4. Parameters observed in this study were plant height, fresh weight, and leaf color at 43 days after planting. The results showed that mycorrhizal inoculation did not significantly increase the height of P. falcatariatreated with Cu and Cd. Fresh weight of P. falcataria in Cu and Cd treatment showed higher in mycorrhizal plants than without mycorrhizae.
Based on observation of leaf color, there were dead plants that were without mycorrhizal inoculation in both heavy metal treatment. Discoloration also found in most of the lowest leaves in Cu treatment plants inoculated with mycorrhizae and without mycorrhizae. Plants with normal colored leaves in Cd treatment increased at higher mycorrhizal amount. The inoculation of mycorrhizae can improve plant’s ability to alleviate the effects of toxicity caused by excessive concentrations of heavy metals Cu and Cd.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Yusniar Yusuf
"ABSTRAK
Eksplan yang berasal dari apikal kecambah Paraserianthes falcataria yang berusia 7 hari ditanam pada medium Murashige & Skoog (1962) modifikasi dengan konsentrasi NAA 0; 0.5; 1 ppm dan BAP 0; 2; 4; 6 ppm. Pengamatan kualitatif meliputi pertumbuhan tunas, kalus, dan akar, sedangkan pengamatan kuantitatif meliputi tinggi tunas, jumlah nodus/tunas, berat basah dan berat kering eksplan. Dari hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa penanaman meristem apikal pada medium Murashige & Skoog {1962) modifikasi dapat membentuk tunas, kalus, maupun akar. Pada semua perlakuan uji Analisis Variansi 2 faktor pada α = 0.01 dan uji Turkey menunjukan pemberian NAA dan BAP berbeda nyata terhadap tinggi tunas dan jumlah nodus/tunas. Tunas tertinggi terjadi pada pemberian NAA 1 ppm dan BAP 4 ppm, sedangkan jumlah nodus/tunas terbanyak terjadi pada perlakuan NAA 1 ppm dan BAP 6 ppm."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Miftah Shidqi Ramadhan
"ABSTRACT
Pohon adalah salah satu komponen penting dalam ekosistem. Akan tetapi, ketika sebuah pohon tumbang, dapat menimbulkan kerugian bahkan kematian.Maka dari itu perlu adanya pengecekan berkala terhadap kondisi sebuah pohon, khususnya untuk pohon yang berada di urban area. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemungkinan tumbangnya Pohon Sengon akibat resonansinya frekuensi natural Pohon Sengon dengan frekuensi angin. Pohon yang digunakan pada study ini adalah Paraserianthes falcataria Sengon dengan tinggi 14,04m dan berdiameter 25,1cm. Pada study ini akan dicari nilai frekuensi natural dari Pohon Paraserianthes falcataria yang dianggap sehat dan juga yang dibuat sakit dengan simulasi dan eksperimen,data frekuensi natural yang didapat selanjutnya dianalisis apakah ada kemungkinan resonansi dengan frekuensi angin. Dari study ini didapatkan hasil simulasi frekuensi natural untuk Paraserianthes falcataria sehat adalah sekitar 0,645 Hz dan 4,044 Hz untuk mode 1 2, dan berdasarkan eksperimen sebesar 0,648 0,128 Hz untuk mode pertama dan 3,95 0,564 Hz untuk mode berikutnya. Untuk Pohon Paraserianthe falctaria yang dibuat sakit memiliki frekuensi natural sekitar 1,023 Hz dan 6,433 Hz untuk mode 1 2 dari simulasi, dan 1,083 0,118 Hz untuk mode pertama dan 7,883 0,76 Hz untuk mode berikutnya dari eksperimen. Kemungkinan resonansinya sangat kecil, sehingga tumbangnya sebuah pohon kemungkinan besar diakibatkan ketidak mampuan pohon tersebut menahan beban yang diterimanya.

ABSTRACT
Trees are important components of ecosystem. However, when tree rsquo s collapse, tree can incur loss and even death. Therefore,trees need regular check, especially for trees in urban areas. This study aims to analyze the possibility of collapse of Paraseriathes falcataria trees due to resonance between its natural frequency and the frequency generated by wind.The object are Paraserianthes falcataria Sengon with 14.04m high and 25.1cm diameter.This study looks for the natural frequency of Paraserianthes falcataria trees which is considered healthy and with artificial damage by simulation and experiment. Natural frequency obtained will be analyzed whether there is a possibility of resonance or not. The simulation obtained natural frequency for healthy Paraserianthes falcataria trees is 0.645 Hz and 4.044 Hz for mode 1 2, experiments obtained 0.648 0.128 Hz and 3.95 0.564 Hz for mode 1 2. For the Paraserianthes falctaria trees with artificial damage the natural frequency from simulation is 1.023 Hz and 6.433 Hz for mode 1 2, the experiment obtained 1.083 0.118 Hz and 7.883 0.76 Hz for mode 1 2. The possibility of resonance between natural frequency of Sengon Tree and frequency of wind is really low, so when trees collapse its usually caused by the inability of tree to withstand loads from the wind."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hilman Nur Muhammad Yahya
"Keberadaan burung pada suatu ekosistem merupakan salah satu indikator penting dalam keberlangsungan ekosistem tersebut. Pohon merupakan komponen penting bagi habitat burung, pohon dimanfaatkan sebagai tempat berlindung, beristirahat, penyedia makanan, dan membuat sarang. Pohon Jeungjing (Paraserianthes falcataria) dan pohon Kluwih (Artocarpus camansi) merupakan tumbuhan yang banyak digunakan oleh masyarakat, baik pohon Jeungjing maupun pohon Kluwih memiliki manfaat dari segi manusia juga segi alam. Hingga kini, belum banyak penelitian yang membahas asosiasi antara burung dengan pohon sebagai habitatnya, khususnya pohon Jeungjing dan pohon Kluwih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui asosiasi antara komunitas burung dengan pohon Jeungjing dan pohon Kluwih serta perbedaan populasi burung pada kedua pohon. Asosiasi dicari menggunakan uji G-test, analisis perbedaan jumlah populasi burung pada kedua pohon dicari menggunakan uji-t dua sampel independen. Berdasarkan hasil yang didapatkan, seluruh populasi burung yang ditemukan pada lokasi pengamatan tidak memiliki asosiasi dengan pohon Jeungjing dan pohon Kluwih. Perbedaan jumlah populasi burung dihitung menggunakan populasi Merbah Cerukcuk (Pycnonotus goiavier) yang terdistribusi normal pada kedua pohon. Hasil analisis uji-t dua sampel independent menunjukkan tidak adanya perbedaan signifikan jumlah populasi Merbah Cerukcuk pada pohon Jeungjing dan pohon Kluwih.

The presence of birds in an ecosystem is one of the important indicators in the sustainability of the ecosystem. Trees are an important component for bird habitats, trees are used as places to shelter, rest, provide food, and make nests. Jeungjing tree (Paraserianthes falcataria) and the Kluwih tree (Artocarpus camansi) is a plant that is widely used by the community, both Jeungjing and Kluwih trees have benefits from a human perspective as well as a natural one. Until now, not many studies have discussed the association between birds and trees as their habitat, especially Jeungjing trees and Kluwih trees. This study aims to determine the association between bird communities and Jeungjing and Kluwih trees and differences in bird populations in both trees. Associations were searched using the G-test, analysis of differences in the number of bird populations in the two trees was searched using the t-test of two independent samples. Based on the results obtained, all bird populations found at the observation site had no association with Jeungjing and Kluwih trees. The difference in the number of bird populations was calculated using the Merbah Cerukcuk population (Pycnonotus goiavier) which is normally distributed in both trees. The results of the t-test analysis of two independent samples showed that there was no significant difference in the number of Merbah Cerukcuk populations in Jeungjing and Kluwih trees."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"This study was carried out to investigate the effect of biological treatment with Phanerochaete chrysosporium Burds fungi on the degradation process of chemical component of wood of Sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen) especially lignin, celullose and extractives and efficiency of the pulping process.
The white-rot fungus, P. chrysosporium Burds was cultured at 28 ° C, RH 65 % for 7 days under growth medium, and inoculated to wood chips of Sengon and incubated for 4 weeks. The chips were then analyzed of its chemical components and then cooked by kraft process with 3 variation of active alkali (16%, 14%,12%) and 3 variation of cooking time (2; 1,5; and 1 hour).
This study showed that fungal treatment could reduce the lignin content of wood chip from 26 % to 24 % and reduce the extractives content from 2,5 % to 1,7 %, and celullose content changed slightly. The highest screened yield (50,72 %) was reached on treated chips cooked with 16 % active alkali and 1,5 hours time cooking. The treated chips cooked with 14% active alkali and 1,5 hours cooking time has the same screened yield with untreated chips, 39,85% dan 39,32% respectively. The kappa number decreased from 7,97 to 2, 89. This means that bio-kraft pulping could reduce the active alkali requirement unto 12,5 % and reduce the cooking time unto 25 %."
580 AGR 19 (1-4) 2006
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Arno Ardianto
"Pohon berperan sangat penting bagi keberlangsungan berbagai ekosistem di bumi ini dan juga sebagai pelindung dari peristiwa pemanasan global. Namun demikian, pohon juga dapat menyebabkan kecelakaan dan bencana jika suatu saat pohon mengalami kegagalan berupa tumbang. Faktor penyebb pohon tumbang cukup bervariasi dari mulai kecacatan pohon sampai faktor lingkungan seperti angin yang menjadi faktor utama penyebab pohon tumbang di kawasan Universitas Indonesia. Salah satu metode untuk menguji kekuatan suatu pohon adalah uji tarik pohon atau tree pulling experiment yang sudah banyak dilakukan pada pohon-pohon di kawasan Eropa. Penelitian ini akan mencoba menentukan nilai kecepatan angin kritis melalui pengujian tarik pohon untuk menentukan batas maksimal gaya yang dapat membuat pohon tumbang. Pohon yang dipilih untuk diujikan adalah Paraserianthes falcataria Sengon. Pengujian dilakukan pada dua kategori pohon sehat dan rusak. Dari pengujian dan perhitungan, didapatkan kecepatan angin kritis untuk pohon sehat adalah sebesar 46.6 m/s dan untuk pohon rusak sebesar 21.8 m/s.

Trees play important role as a part of various ecosystem, providing habitats to wildlife. Trees are also considered vital in reducing greenhouse effect on earth, acting as a CO2 catcher and O2 producer. However, trees could cause serious damage if at any time it fails by falling at a place where there are many people around. There are several factors that cause falling tree incident ranging from tree rsquo s defect to environmental condition such as wind which is the main factor causing trees to fall especially in Univeritas Indonesia. One commonly used method to identify the strength of trees is called tree pulling experiment, which has been already used widespread in European tree. This research is going to determine the value of critical wind velocity through tree pulling experiment to calculate the maximum applied force that tree can receive until it breaks. Tree that is chosen for this research is called Sengon tree Paraserianther falcataria. The experiment was done for two categories of tree healthy and sick trees. From experiment and calculation, the obtained value of critical wind velocity for healthy tree is 46.6 m/s, and for sick tree is 21.8 m/s. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library