Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Marbun, Imam Asma Nur Alam
Abstrak :
Media sosial menjadi salah satu terobosan paling populer di era digital dan telah merevolusi cara manusia berinteraksi. Pengguna media sosial dengan keunggulan kompetitif kemudian meraup sejumlah besar pengikut dan menjadi influencer yang memiliki visibilitas dan jangkauan diseminasi informasi yang tinggi. Sebagian dari para influencer tersebut adalah para ASN yang mencapai popularitas di berbagai platform media sosial. Akibat dari status mereka sebagai ASN yang terikat dengan berbagai nilai, kode etik, dan peraturan, aktivitas daring mereka menjadi lebih terbatas karena jika mereka berbuat salah maka reputasi dari organisasi mereka akan ikut tercoreng. Hal ini menimbulkan perasaan was-was dan kehati-hatian yang merupakan salah satu tanda adanya panoptisisme di dunia digital. Terlebih lagi ketika organisasi dari para influencer tersebut sedang dilanda krisis yang menyebabkan pengawasan lebih ketat dari masyarakat seperti yang dialami oleh Kementerian Keuangan. Oleh karena itu, penelitian ini berupaya menjawab bagaimana bentuk panoptisisme digital yang bekerja pada wacana ASN yang ideal di media sosial. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, peneliti menggunakan konsep panoptisisme dengan suplemen konsep terkait media sosial, influencer, dan pekerja sektor publik. Dengan menggunakan paradigma critical constructivism, pendekatan kualitatif, strategi constructivism dan metode wawancara mendalam terhadap sejumlah ASN influencer di Kemenkeu, peneliti menemukan bahwa terdapat perbedaan bentuk panoptisisme yang bekerja di dunia analog dan dunia digital yang menyebabkan wacana ASN ideal yang juga berbeda. Panoptisisme digital bekerja di dalam ekosistem media sosial dengan beberapa prasyarat yaitu kesukarelaan untuk menggunakan media sosial (consent), kemudahan untuk melakukan pengakuan (confession), keberadaan pengawas yang ada dimana-mana dan tidak terlihat, kekuasaan yang asimetris dan tersebar, visibilitas yang konstan, dan adanya sistem hadiah dan hukuman ringan untuk memotivasi tahanan panoptik. Elemen-elemen tersebut membentuk algoritma panoptisisme digital yang membuat influencer selalu merasa waswas, takut, dan berhati-hati ketika mendiseminasikan pikiran mereka di media sosial agar mereka tidak keluar dari dalam lingkup wacana ASN ideal. Wacana ASN yang ideal di media digital adalah mereka yang mampu menjadi agen komunikasi organisasi dalam menyebarluaskan value-value, capaian-capaian, dan program-program institusinya. Namun, wacana ini kemudian dinegosiasikan melalui serangkaian mekanisme panoptisisme digital yang akhirnya menghasilkan tubuh-tubuh disiplin yang tidak sepenuhnya memenuhi wacana ASN ideal yang ada di pikiran mereka, tetapi tetap merupakan bentuk kepatuhan mereka kepada wacana penguasa. Bentuk-bentuk kehatihatian tersebut terbagi menjadi dua, yaitu kehati-hatian dalam kondisi normal dan kehatihatian akibat pasca adanya krisis.. ...... Social media is one of the most popular breakthroughs in the digital age and has revolutionized the way humans interact. Social media users with a competitive advantage gain a large number of followers and become influencers with high visibility and reach of information dissemination. Some of these influencers are ASNs who have achieved popularity on various social media platforms. As a result of their status as ASNs who are bound by various values, codes of ethics, and regulations, their online activities are more limited because if they do something wrong then the reputation of their organization will be tarnished too. This creates a feeling of anxiety and caution which is a sign of panopticism in the digital world. Even more so when the organization of these influencers is being hit by a crisis that causes stricter supervision from the public as experienced by the Ministry of Finance. Therefore, this research seeks to answer how digital panopticism works in the ideal ASN discourse on social media. To answer this question, the researcher uses the concept of panopticism with additional concepts related to social media, influencers, and public sector workers. By using the critical constructivism paradigm, a qualitative approach, constructivism strategy, and in-depth interview methods with several ASN influencers at the Ministry of Finance, the researcher found that different forms of panopticism work in the analog world and the digital world which causes the ideal ASN discourse to be different. Digital panopticism works within the social media ecosystem with several prerequisites, namely voluntarism to use social media (consent), ease of confession, the presence of omnipresent and invisible supervisors, asymmetrical and dispersed power, constant visibility, and the existence of a system of light rewards and punishments to motivate panoptic prisoners. These elements form a digital panopticism algorithm that makes influencers always feel anxious, afraid, and careful when disseminating their thoughts on social media so that they don't get out of the scope of the ideal ASN discourse. The ideal ASN discourse in digital media is those who can become organizational communication agents in disseminating the values, achievements, and programs of their institutions. However, this discourse was then negotiated through a series of digital panopticism mechanisms which ultimately resulted in disciplinary bodies which did not fully meet the ideal ASN discourse in their minds but remained a form of their obedience to the discourse of the authorities. These forms of caution are divided into two: caution under normal conditions and caution due to the aftermath of a crisis.
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Adinegoro Natsir
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini membahas problem panoptisisme oleh pemerintah yang terjadi di dalam internet. Penulis menggunakan pendekatan Foucauldian dalam melihat kasus Edward Snowden yang membocorkan program panoptik dari NSA. Konsekuensi dari pengawasan ini adalah hilangnya privasi bagi pengguna internet dan mengakibatkan tidak adanya kebebasan untuk bisa menggunakan internet. Masyarakat telah masuk ke dalam sebuah penjara imajiner di mana mereka saling mengawasi dan saling ketakutan karena merasa diawasi.
ABSTRACT
This research is focused on problem of panopticism by the government in internet. Writer use a Foucauldian approach to examine the Edward Snowden case who leaked the NSA top secret document to the journalist. The consequences of this surveillance is the loss of personal privacy for the internet user and also there is no such thing as freedom in internet if we always been watched. The society now have step to imaginary prison, where they were watching each other and feel insecure by the constant surveillance.
2017
S70092
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunda Presti Ardilla
Abstrak :
ABSTRAK
Dengan maraknya media sosial, kini manusia cenderung berinteraksi dan berkomunikasi menggunakan media sosial. tidak terkecuali bagi perempuan muslim yang berprofesi sebagai influencer dari generasi milenial. Namun, ditengah aktifitas daringnya, ternyata mereka tidak dapat sebebas mungkin berekspresi dikarenakan adanya rasa takut kepada akun-akun pengikut media sosialnya. Hal ini merupakan tanda dari Panoptisisme dalam media digital. Penelitian ini berusaha menjawab bagaimana bentuk panoptisisme digital melalui wacana hijab pada influencer hijaber milenial. Peneliti menggunakan konsep panoptisisme dari Foucault, Media Digital, Hijab dan generasi Milenial dari Howe dan Strauss. Dengan menggunakan paradigma critical constructionism, pendekatan kualitatif dan wawancara mendalam, ditemukan bahwa panoptisisme digital merupakan strategi penguasa untuk mengendalikan influencer guna menyebarluaskan kekuatannya secara masif di media digital dengan tanpa disadari oleh subjek penelitian dan masyarakat luas. Strategi ini menggunakan ruang transparan partisipatif digital yang memungkinkan untuk dilakukan pengawasan terus-menerus oleh akun-akun media sosial yang mengikuti akun subjek penelitian dan siap memberikan hukuman apabila subjek penelitian dirasa tidak sesuai dengan wacana hijab. Subjek penelitian yang sadar akan adanya pengawasan dan hukuman merasan ketakutan dan was-was sehingga berusaha mendisiplinkan dirinya sendiri di media sosial meski tetap terdapat pemberontakan. Namun di sisi lain, generasi milenial ini juga mewajari adanya pengawasan tersebut tanpa mengetahui penguasa dibaliknya.
ABSTRACT
Nowadays, influencers moslem women of the millennial generation tend to communicate using social media. It turns out that they cannot be as free as possible due to the fear of their social media followers' accounts. This is a sign of Panoptism in digital media. This study tried to found the form of digital panoptismism through hijab discourse on millennial hijaber influencers. Researcher used the panopticism concept of Foucault, Digital Media, the Hijab concept and the Millennial generation of Howe and Strauss. By using the critical constructionism paradigm, qualitative approaches and in-depth interviews, it was found that digital Panoptisism is a strategy used by certain powers to control influencers to massively disseminate their power in digital media with such subtle and unnoticed by the subjects of research and society at large. This strategy uses a participatory transparent space that allows continuous monitoring by social media accounts that follow research subject accounts and is ready to give penalties if the subject of research is deemed not in accordance with the hijab discourse delivered in one direction. Research subjects who are aware of the existence of watchmens and punishment are feeling frightened and anxious so they try to discipline themselves on social media even though there is a rebellion. However, this millennial generation also taught about the watchmen without knowing the authority behind it.
2019
T53359
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library