Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dewi Susanti Febri
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang : Kolestasis adalah penyumbatan atau terhambatnya aliran empedu dari hati ke duodenum, dibagi menjadi intra dan ekstrahepatik. Kolestatis ekstrahepatik terutama disebabkan oleh obstruksi. Pankreatikoduodenektomi merupakan terapi pembedahan pilihan, dapat menyebabkan perubahan anatomis dan fisiologis saluran cerna. Perubahan ini menimbulkan maldigesti dan malabsorpsi, menyebabkan malnutrisi, serta meningkatkan morbiditas dan mortalitas bila tidak mendapat dukungan nutrisi.Presentasi kasus : Empat kasus kolestasis ekstrahepatik, dengan keluhan ikterus di seluruh badan, nyeri perut. Tiga kasus 1 orang laki-laki dan 2 orang perempuan , disebabkan keganasan dan 1 kasus karena striktura CBD jinak. Semua pasien menjalani pembedahan, dengan lama operasi berkisar antara 3 sampai 9 jam. Pemenuhan protein dan asam amino terutama asam amino rantai cabang, diupayakan maksimal, yang diperoleh dari kombinasi makanan cair polimerik dan putih telur. Lemak dibatasi maksimal 30 dari energi yang diberikan, dengan kandungan medium-chain triglycerides MCT tinggi. Pankreatikoduodenektomi menimbulkan perubahan pada organ saluran cerna, dengan gejala mual dan perut begah setelah makan, dapat diatasi dengan penyesuaian cara pemberian, jumlah dan bentuk nutrisi tiap kondisi pasien. Selama perawatan di RS, secara umum asupan makanan dan kondisi klinis pasien membaik, serta pulang dengan perbaikan kondisi klinis.Kesimpulan: Terapi medik gizi klinik pada pasien dengan kolestasis, dapat membantu terapi bedah dan medikamentosa untuk memperoleh outcome pasca bedah dan memperbaiki kualitas hidup pasien. "
" ABSTRACT
Background Cholestasis is a blockage or obstruction of the flow of bile from the liver to the duodenum, divided into intrahepatic and extrahepatic. Extrahepatic cholestasis mainly due to the obstruction. Pancreaticoduodenectomy surgery is the treatment of choice, can cause anatomical and physiological changes in the gastrointestinal tract. These changes maldigesti and malabsorption, causing malnutrition, as well as increased morbidity and mortality if not received nutritional support.Case Presentation Four cases of extrahepatic cholestasis, jaundice throughout the body, abdominal pain. Three cases 1 male and 2 female , due to malignancy and 1 case for the CBD benign stricture. All patients underwent surgery, with long operating range from 3 to 9 hours. Fulfillment of protein and amino acids, especially branched chain amino acids, maximum effort, which is obtained from a combination of a polymeric liquid food and egg white. Fat is limited to maximum 30 of the energy supplied, containing medium chain triglycerides MCT high. Pancreaticoduodenectomy cause changes in the organs of the gastrointestinal tract, with symptoms of nausea and abdominal discomfort after eating, can be overcome by adjusting the mode of administration, the amount and form of nutrients each patient 39 s condition. During treatment in hospital, in general, food intake and clinical condition of the patients improved, as well as return to the improvement of clinical conditions.Conclusion The clinical nutrition medical therapy in patients with cholestasis, can help surgical and medical therapy to obtain post surgical outcomes and improve the quality of life of patients.
2017
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
RM Ardani Fitriansyah SY
Abstrak :
Pendahuluan. Fistula pankreas masih merupakan komplikasi paling sering setelah pankreatikoduodenektomi yang menyebabkan masa rawat lama dan biaya besar.  Fistula ini terjadi sampai 45%.  Kebocoran anastomosis pankreatikojejunostomi merupakan faktor yang paling penting. Belum ada data tentang faktor pankreas yang dapat memengaruhi fistula pankreas di Jakarta, khususnya RS Cipto Mangunkusumo sehingga dilakukan penelitian ini.

Metode.  Penelitian cross sectional ini dilakukan pada 70 orang penderita yang dilakukan pankreatikoduodenektomi. Data dikumpulkan dari data sekunder rekam medis tahun 2016-2019 berupa tekstur pankreas, diameter duktus pankreatikus, teknik anastomosis pankreatikojejunal, dan penggunaan stent pada pankreatikojejunal sebagai variabel bebas. Fistula pankreas sebagai variabel terikat. Data diuji dengan uji Spearman dikarenakan abnormalitas distribusi data.

Hasil.  Didapatkan 70 subjek. Tidak ada kejadian fistula pankreas sebanyak 21,4% dan ada fistula pankreas sebanyak  78,6%. Diameter duktus pankreatikus tidak melebar sebanyak 78,6% dan melebar sebanyak 21,4%. Tekstur pankreas soft sebanyak 22,9% dan hard sebanyak 77,1%. Penggunaan stent sebanyak 21,4% dan tidak ada penggunaan sebanyak 78,6%. Tipe anastomosis pankreatikojejunal dunking atau invaginasi sebanyak 82,9% dan duck to mucosa sebanyak 17,1%.  Faktor risiko yang bermakna pada analisis bivariat adalah diameter duktus pankreatikus (p=0,007). 

Kesimpulan. Penilaian diameter duktus pankreatikus intraoperatif mempunyai hubungan bermakna dalam memperkirakan kejadian fistula pankreas pascaoperasi pankreatikoduodenektomi.

 


Introduction. Pancreatic fistula is the most common complication after pancreaticoduodenectomy that cause longer hospital stay and higher cost. It happens 45%. Pancreaticojejunostomy anastomosis leakage is the most important factor. No data about pankreas’ factor that can influence pancreatic fistula in Cipto Mangunkusumo hospital so this study is held.

Method. This cross sectional study was done for 70 patients. Data was collected from medical record in 2016-2019.   The data are pancreatic texture, pancreatic duct diameter, pancreaticojejunal anastomotic technique, and use of  stent in pancreaticojejunal as the independent variables. Pancreatic fistula as the dependent variable.   We analyzed  using Spearman test due to abnormality data distribution.

 

Results. There are 70 subjects enrolled. Subjects with no pancreatic fistula about 21,4% and with pancreatic fistula 78,6%.   No dilated pancreatic duct diameter about 78,6% and dilated about 21,4%. Soft texture pancreas about 22,9% and hard 77,1%. Use of stent about 21,4% and no stent 78,6%. Pancreaticojejunal anastomotic type of dunking or invaginating about 82,9% and duck to mucosa about 17,1%.  The significant risk factor in bivariate analysis is diameter of the pancreatic duct (p=0,007). 

Conclusion. Intraoperative assessment of the pancreatic duct diameter associated significantly in predicting pancreatic fistula after pancreaticoduodenectomy.

 

Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library