Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rani Hafsaridewi
Abstrak :
Kualitas hidup manusia bergantung pada kualitas lingkungan disekitarnya, karena kebutuhan manusia pada dasarnya bergantung pada sumberdaya alam. Sumberdaya alam akan merosot kualitas dan kuantitasnya bila pemanfaatannya melebihi kemampuan lingkungan untuk pulih. Di dalam teori daya dukung, pertumbuhan mahluk hidup atau organisme akan mengalami penurunan bahkan collapse bila telah melewati batas daya dukung lingkungan. Tetapi dengan menggunakan teknologi manusia dapat "memanipulasi" lingkungan sehingga walaupun jumlah penduduk sudah melewati batas daya dukung, penduduk terus tumbuh dan bertambah. Seperti halnya yang terjadi di Kepulauan Seribu. Di beberapa pulau berpenghuni di Kepulauan Seribu, terdapat pulau yang jumlah penduduknya sudah melebihi batas daya dukung lingkungannya. Pulau Panggang termasuk gugusan Kepulauan Seribu yang mempunyai lahan seluas 9 Ha. Kepadatan penduduk Pulau Panggang sebesar 364 jiwa/Ha telah melewati batas daya dukungnya yaitu 150 jiwa/Ha (BPLHD DKI). Adanya pertumbuhan yang penduduk yang tinggi dan menyebabkan kepadatan penduduk yang tinggi pula, menyebabkan kebutuhan lahan bertambah terutama kebutuhan lahan permukiman. Penduduk pulau Panggang secara swadaya melakukan reklamasi pantai, sehingga luas pulau Panggang menjadi 12 Ha. Kepadatan penduduk yang tinggi pula menyebabkan kemerosotan ketersediaan air bersih, tidak hanya kuantitas tetapi kualitas air. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih penduduk menampung air hujan atau membeli air dalam kemasan. Tujuan penelitian adalah membangun diagram sin-pal kausal yang menggambarkan hubungan antara pertambahan penduduk dengan ketersediaan lahan dan air bersih di Pulau Panggang untuk dapat memetakan masalah, dan membuat prediksi pengaruh pertumbuhan penduduk pada lahan dan ketersediaan air bersih di Pulau Panggang, dengan melakukan simulasi berdasarkan model dinamik yang tidak diintervensi. Penelitian ini menggunakan pendekatan gabungan kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah metode System Dynamics. Pengambilan sampel untuk kuisioner dilakukan dengan metode acak sederhana. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa diagram simpal kausal yang menggambarkan pengaruh pertumbuhan penduduk pada lahan dan ketersediaan air bersih, membentuk enam lup, yang terdiri atas dua lup positif (reinforcing loop) dan empat lup negatif (balancing loop). Hubungan penduduk dengan tingkat kelahiran menghasilkan lup positif, karena semakin besar jumlah penduduk maka laju kelahiran semakin besar pula, sebaliknya semakin besar laju kelahiran maka akan menambah besar jumlah penduduk. 'Sehingga antara penduduk dan laju kelahiran terdapat hubungan yang saling menguatkan (reinforcing). Hubungan penduduk dengan laju kematian menghasilkan lup negatif, membangun dimana semakin besar jumlah penduduk maka semakin besar laju kematian, tetapi sebaliknya semakin tinggi laju kematian maka akan mengurangi jumlah penduduk. Sehingga antara penduduk dan laju kematian terdapat hubungan yang memberikan keseimbangan (balancing). Lup negatif terbentuk pula pada hubungan antara penduduk, konsumsi air bersih, ketersediaan air bersih, derajat kesehatan dan laju kematian. Semakin banyak jumlah penduduk maka semakin besar pula tingkat konsumsi air bersih yang menyebabkan semakin berkurangnya air bersih. Berkurangnya air bersih akan mengakibatkan penduduk mengkonsumsi air yang tidak higienis atau tidak sesuai dengan standar kesehatan. Hal ini mengakibatkan derajat kesehatan yang menurun sehingga menyebabkan laju kematian bertambah. Laju kematian yang meningkat akan menyebabkan jumlah penduduk semakin berkurang. Berdasarkan simulasi yang dilakukan pada model dinamik pengaruh pertumbuhan penduduk pada lahan dari ketersediaan air bersih, maka dapat disimpulkan bahwa pada subsistem penduduk bekerja tiga lup negatif dan satu lup positif, walau demikian grafik penduduk terus meningkat yang disebabkan laju kelahiran yang tinggi. Pada subsistem lahan bekerja dua lup yaitu lup negatif dan lup positif, penduduk yang terus meningkat menyebabkan rumah terus bertambah. Akibatnya lahan terbuka hijau semakin sempit, dan menyebabkan ketersediaan air bersih semakin berkurang. Penurunan ketersediaan air bersih pun disebabkan karena laju konsumsi oleh penduduk yang terus bertambah dan laju pencemaran yang tinggi. Berdasarkan hasil simulasi sampai 60 tahun, diperkirakan pada tahun 2046 seluruh pulau akan menjadi lahan pemukiman dan ketersediaan air bersih di Pulau Panggang sudah habis. Untuk menyelesaikan masalah, beberapa upaya yang disarankan oleh peneliti adalah melakukan pemerataan penduduk ke pulau yang berpotensi menjadi pulau berpenghuni, segera menghentikan proses reklamasi yang terjadi di Pulau Panggang, karena dapat membahayakan ketahanan pulau, dan merusak ekosistem laut, dan memberikan penyuluhan pada penduduk untuk lebih memahami dan menerapkan gaya hidup sehat dan hemat air. Daftar Kepustakaan: 26 (1961-2003)
The Impact of the Increasing Number of People Toward Land-Used and Water Supply: System Dynamics Approach Toward Cases Study in Panggang Island, Seribu Islands Human's quality of life depends on the quality of the surrounding environment, because human basic needs depends on natural resources. The quality of natural resources will decrease if they are exploited, as they will not have the ability to recover. The theory of carrying-capacity says that the growth of human being or living organism will experience a decrease, and would even collapse if the environment can no longer provide support However, by using technology, human can `manipulate' the environment so even if the population has already out limited the carrying-capacity, the number of people will be able to continue growing and increasing. As it has occurred in the Seribu Island. In some of the islands in Seribu Island, there are islands in which population has already out limited the carrying capacity. Panggang Island is one of the islands in Seribu Island that measures 9 Ha in width. The population is 364 people/Ha which out limits the carrying capacity of 150 people/Ha (BPLHD DKI). The rapid growth of population has caused high population, and the increasing need in housing area. The people of Panggang Island are independently conducting beach reclamations as the measures of Panggang Island in width has become 12 Ha. The high population has also caused a decrease of the quantity as well as quality of water. To fulfill the need of clean water, the people collect rainwater or purchase water in packages. The aims of this research are to build up a causal loop diagram (CLD) which describes the relation between the population growth and the provision of land and dean water in Panggang Island to be able to map the problems; and to predict the impact of population growth towards the provision of land and dean water in Panggang Island, using dynamic model that are not intervened. This research uses a combination approach of quantities and qualities. The research method being used is the System Dynamics method. Sample collecting for questionnaires is done by simple random method. Based on the results of this research, it is discovered that the CUD, which describes the impact of population growth towards the provision of land and clean water, fours, six loops, which consist of two positive loops (reinforcing loop) and four negative loops (balancing loop). The relation between population and fertility provides positive loops, because as the population is increasing, fertility will also increase, which will certainly make the population higher. This is to say that the relation between population and fertility is mutually reinforcing. The relation between populations with mortality provides negative loops, as the increasing population will cause rising mortality. On the other hand, rising mortality will decrease the population. This is to say that the relation between population and mortality is preserving balance or balancing. Negative loops are also formed in the relations between population and consumption of clean water, and provision of clean water, health rate and mortality. As the population increases, the consumption of dean water will also rise, this may cause a decrease of dean water supply. A decrease of clean water supply will cause the people to consume water that is not hygienic and has no accordance to health standards. This causes the health rate to decrease as the modality number increases, and increasing rate of mortality will cause a decrease in the population. Based on the simulation conducted in dynamics model on the impact of population growth towards the provision of land and clean water, it can be concluded that there are three negative loops and one positive loop in the population subsystem. However, the population rate continues to increase, which is caused by high rate of fertility. In the land subsystem, there are two loops, one negative loop and one positive loop, where increasing population causes a rise in housing. As a result, the provision of natural land continues to decrease, as it also causes decrease in water supply. The decrease of water supply is also caused by the rising consumption rate and pollutions. Based on the outcome of the simulation of 60 years, it is predicted that in the year of 2046, the entire land of Panggang Island will become a housing area, and Panggang Island will have no more provision of clean water. To overcome this problem, there are several efforts proposed by the researcher, which are: to do a balance placing of the people in an island potential to become populated island, to stop the reclamation as it will endanger the island as well as damage the sea, to plan a useful technology which can provide clean water continuously and to give information to the people, so they will be able to understand the problem as well as to apply healthy lifestyle and efficient using of water. Number of References: 26 (1961-2003)
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T11972
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nurwati Hodijah
Abstrak :
Fokus kajian tesis membahas variasi skema antarkomuniti dan intrakomuniti nelayan Pulau Panggang dalam penangkapan sumber daya taut. Skema yang dimaksud di sini adalah kombinasi berbagai unsur pengetahuan dan perasaan individual yang dipakai untuk memproses informasi (Strauss dan Quinn 1997:49; Winarto dan Choesin 2001:93). Pengombinasian berbagai unsur pengetahuan dan perasaan individual ini mendorong terciptanya variasi. Skema ini menentukan seorang individu ketika melakukan suatu tindakan tertentu. Adapun kajian ini menarik disimak ketika ditemukan adanya fenomena keragaman masyarakat nelayan Pulau Panggang dalam penangkapan sumber daya laut. Sebenarnya kajian variasi saat ini bukanlah hal yang baru. Kajian-kajian variasi telah dilakukan para antropolog antara lain Borofsky (1989;1994); Vayda dalam Borofsky (1994) ; Barth dalam Borofsky (1994); Barth (1989); Barth (1992) dengan memfokuskan pada dimensi keragaman individu; Sablins dalam Borofsky (1994) memfokuskan pada dimensi waktu; dan Kottak dan Carlson dalam Borofsky (1994) pada dimensi ruang. Namun fokus kajian ini menjadi panting dalam antropolagi karena dianalisa dengan model pendekatan connectionism, yang ditawarkan oleh Strauss dan Quinn. Model pendekatan ini memperlihatkan mekanisme umpan balik dua jenis struktur yang relatif stabil, yakni struktur-struktur ekstrapersonal yang bersifat sosial dan segala apa yang terjadi dalam masyarakat, dan struktur-struktur intrapersonal yang bersifat mental. Struktur-struktur ekstrapersonal ini sudah lazim menjadi pusat perhatian antropologi, sementara struktur-struktur intrapersonal sering diabaikan para antropolog umumnya. Padahal keduanya saling berinteraksi dalam mewujudkan tindakan. Adapun penelitian ini bertujuan untuk memahami proses pembentukan skema seorang individu nelayan tentang penangkapan sumber daya laut dan cara tersebarnya skema nelayan Pulau Panggang yang mempengaruhi terwujudnya variasi skema di antara individu nelayan Pulau Panggang dalam penangkapan sumber daya laut, serta untuk mengetahui kepentingan-kepentingan yang mendasari variasi skema nelayan Pulau Panggang dalam penangkapan sumber daya laut. Berdasarkan hasil penelitian, cara pembentukan skema penangkapan sumber daya laut nelayan Pulau Panggang melalui mekanisme belajar yang informal, yakni (1) pengamatan dan peniruan; (2) mendengarkan dalam hubungannya untuk bertanya sesuatu baik secara langsung maupun tidak langsung; dan (3) pengulangan, dengan substansi ajaran yang berbeda antarkomuniti. Komuniti barat cenderung menggunakan skema penangkapan yang dikombinasikan dengan pong, sementara komuniti timur cenderung menggunakan skema penangkapan lama, yakni jaring, bubu dan panting. Namun demikian, variasi skema penangkapan antarkomuniti nelayan Pulau Panggang ini tidaklah baku, karena ternyata ditemukan pula variasi skema penangkapan sumber daya laut intrakomuniti, yang tidak mengacu pada kecenderungan skema antarkomuniti, Variasi skema intrakomuniti nelayan Pulau Panggang juga melibatkan variasi skema seorang individu nelayan Pulau Panggang. Dari analisis dengan pendekatan connectionism, nelayan Pulau Panggang melibatkan beragam unit-unit pengetahuan dalam menghadapi lingkungannya seperti preferensi, keamanan lahir dan batin, mitos, perilaku biota laut, kemampuan, keahlian, kebijakan Pemerintah, keyakinan, sistem kekerabatan dan pertemanan serta perubahan alam saling mengumpan balik dalam membentuk skema penangkapan sumber daya laut seorang diri individu. Keragaman unit-unit pengetahuan inilah yang mewujudkan variasi skema antar individu maupun seorang individu nelayan Pulau Panggang. Dengan demikian, benarlah seperti yang diungkapkan Strauss dan Quinn (1997) bahwa kebudayaan tidak bersifat homogen. Ketidakhomogenan dari kebudayaan ini menjelaskan variasi-variasi yang ada ke dalam entitas-entitas yang berdiri sendiri. Anggapan kebudayaan `X' atau kebudayaan sudah tidak memadai lagi, karena dalam kebudayaan `X' atau terdapat pengetahuan, yang dimiliki seorang individu, dan dapat membuat individu bervariasi dalam tindakan serta mampu membuat perubahan, berdasarkan situasi dikarenakan alasan kepentingan yang menguntungkan bagi dirinya.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12398
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silooy, Francis
Abstrak :
Ruang lingkup dan Cara penelitian : Karbon monoksida, merupakan gas sangat beracun yang dapat dihasilkan oleh kompresor. Kompresor konvensional yang digunakan nelayan penyelam sebagai alat penghasil udara tekan untuk 'media pernafasan' dalam air, dapat memberikan dampak negatif jika digunakan dalam jangka waktu yang lama. Penelitian tentang dampak pemakaian kompresor untuk penyelaman belum pernah dilaporkan, khususnya di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran rata-rata kadar CO dalam udara kompresor konvensional; prevalensi intoksikasi CO; hubungan antara pajanan CO udara kompresor terhadap peningkatan COHb; besarnya peranan faktor resiko terhadap gambaran hematologi (peningkatan COHb). Parameter gambaran hematologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah COHb, Hemoglobin, Hematokrit dan Eritrosit. Disain penelitian adalah dengan menggunakan pendekatan cross sectional terhadap 75 subyek. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara terstruktur, pemeriksaan lisik, dan survey lingkungan kerja (laut). Hasil, kesimpulan dan saran : Subyek terpajan dengan CO udara kompresor rata-rata 4,3 ppm, suatu pajanan yang masih tergolong dalam batas-batas aman untuk penyelaman dengan pemakaian kompresor atau SCUBA. Prevalensi intoksikasi CO dalam penelitian ini berada pada tingkat 'sub level CO intoxication'. Terdapat 9,3 % dari subyek menunjukkan gambaran hematologi bawah normal, dan 90,7 % menunjukkan gambaran normal. Efek hematologi yang merupakan peningkatan COHb mempunyai hubungan secara bermakna terhadap faktor resiko kondisi kompresor dengan O.R 15,58 (95 % C.I: 2,16 - 112,38 ), dan terhadap beban penyelaman dengan O.R 7,65 (95 % C.l : 1,30 - 44,93). Hubungan antara faktor resiko tersebut terhadap peningkatan COHb ternyata didukung pula oleh hasil analisis hubungannya terhadap gambaran hematologi secara bermakna pula. Dengan hasil penelitian ini dapatlah disarankan agar nelayan penyelam selalu memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja dan berpedoman pada buku panduan, antara lain tentang hagaimana cara penggunaan dan perawatan kompresor, memperhatikan arah angin, dan beban penyelaman. Subyek perlu menyediakan waktu untuk aktivitas olahraga, melengkapi menu sehari-hari mereka dengan vitamin, dan sedapat-dapatnya dengan gizi yang haik. Perlu dikembangkan kerjasama dengan instansi Departemen Kesehatan, Departemen Pertanian, gubernur KDKI Jakarta, RSAL Dr. Mintoharjo Jakarta, dan Program Studi Kesehatan dan Keselamatan Kerja Universitas Indonesia atau lembaga pendidikan yang terkait untuk membentuk suatu sistem atau organisasi yang dapat dilimpahkan wewenang serta tanggung jawabnya terhadap kesehatan nelayan penyelam, pembangunan chamber (HBO), riset dan pengembangan di bidang kedokteran kelautan di Indonesia umumnya dan di DKI khususnya. ...... Scope and methodology : Carbon monoxide is a highly toxic gas which could be produced by a compressor. Fishermen diver applied it as a compressed air producer, which can be used for sub aquatic breathing. Negative impact might be evoked if is used for a long period. Unfortunately, there has never been reported any study refer to this impact, nor any prevalence of carbon monoxide intoxication published concerning to application of compressor in diving, especially in Indonesia. The objectives of study is to get a description of carbon monoxide level in air breathing of compressor, prevalence of carbon monoxide intoxication, and analysis of connection between car-bon monoxide exposure and hematologic figure or carboxyhemoglobin elevation. The parameters used in this study are carboxyhemoglobin level in blood, hemoglobin, hematocrit and red blood cell count. The design of study was cross sectional. Data were collected by structured interview, physical examination, and field survey (offshore) over 75 subjects. Result, conclusion and suggestion : The subjects were exposed to 4,3 ppm carbon monoxide level in average, within safe range in SCUBA diving or compressor's diving. Prevalence of carbon monoxide intoxication was sub level intoxication. Approximately, 9,3 % subjects had an undernormal figure, and 90,7 % showed normal hematologic figure. Hematological effect, which recorded as carboxyhemoglobin elevation exhibited a significant connection to the risk factors, namely compressor condition, with odds ratio 15,58 ( 95 % C.I: 2,16 - 112,38 ), and diving load with O.R 7,65 ( 95 % C.I: 1,30 - 44,93 ). This connection was supported by analysis of these risk factor with significant connection to hematologic figure. Referring to this result, it might be suggested to the fishermen diver that they have to notice carefully their health and safety work. They are always guided by a diving manual in their duty, far instance, how to care and use the compressor, pay attention to the wind condition, and the load of diving. The subjects have to provide a time for physical exercise, vitamin supplement and good nutrient as much as they could. A cooperation should be established among Health Department, Agriculture Department, local government ( Jakarta governor), Naval Hospital Dr. Mintoharjo Jakarta, University of Indonesia ( post graduate program of occupational health and safety) or another relevant institutes in developing a system or organization which take care of fishermen diver's health, chamber of LIBO, research and development of hyperbaric medicine in Indonesia, especially in Jakarta.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T7269
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library