Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anis Saiful Bachri
"Penggunaan satelit komunikasi PALAPA untuk menyiarkan program siaran televisi FM di Indonesia telah dikenal sejak tahun 1976. Sejalan dengan itu pulalah berkembang stasiun-stasiun penyiaran televisi yang menjangkau seiuruh nusantara. Saat ini saja telah ada lima stasiun TV swata dan TVRI mink pemerintah. Dalam pengoperasian, biasanya satu transponder satelit disewa hanya khusus untuk satu stasiun penyiaran saja, yaitu menggunakan lebar frekuensi kerja 24 MHz dengan frekuensi tengah 70 MI-Iz. Satu transponder pada satelit Palapa B2-R dapat efektif menampung lebar pita frekuensi 36 MHz. Dari kenyataan ini, terlihat ada daerah kosong di sisi-sisi spektrum penyiaran TV FM tersebut. Daerah kosong inilah yang dengan pendekatan tertentu dapat dipergunakan untuk sistem komunikasi lain.
IDR sebagai salah satu teknik transmisi dijital adalah salah satu solusi untuk komunikasi data yang kian banyak dibutuhkan. Sistem transmisi IDR dengan berbagai kelebihannya dianggap mampu melayani peningkatan trafik yang efektif bila dilewatkan melalui satelit. Salah satu kelebihannya adalah kebutuhan akan lebar pita frekuensi yang sempit. Kelebihan ini memungkinkan di optimalkannya sate transponder yang telah dipergunakan untuk transmisi TV FM dengan menyisipkan beberapa kanal IDR di daerah kosong sekitar spektrumnya. Penempatan kanal IDR secara bersamaan dengan kanal TV FM dalam satu transponder memungkinkan efisiensi bagi penyewa dan pihak pengelola satelit. Hal ini dimungkinkan dengan perhitungan yang cermat sehingga parameter-parameter yang dibutuhkan dapat memenuhi ketentuan bagi penyelenggaraan kedua sistem tersebut secara bersamaan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S38980
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rajagukguk, Tagor E.C.E.E.
"ABSTRAK
Perkembangan telcnologi sekarang ini, tennasuk layanan telekomunikasi dengan mcmpergunakan satelit dalam rangka pemenuhan penyampaian inforrnasi mengalami kemajuan yang pesat.
Satelit Palapa-CI sebagai generasi terbaru telah mengalami peningkatan teknologi dibandingkan dengan satelit generasi terdahulu (Palapa-B4)_ Perbedaan tersebut antara lain, daerah cakupannya lebih luas, jwnlah transpondemya lebih banyal-L, dan daya pancarnya lebih kuat. [4] -
Untuk analisis perbandingan perhitungan lintasan antara kedua satelit, diadakan perhitungan untuk Iintasan komunikasi Jakarta-Singapura dan sebaliknya dengan parameter yang sama pada kecepatan informasi clan diameter antena yang berbeda untuk iiekuensi pita-C.
Dari hasil perhitungan akan dapat diketahui besarnya daya pancar stasiun bumi (EHIPSB) dan satelit (EIRPSA1-Em), besamya daya I-[PA yang dipergunakan, jumlah pembawa berdasarkan lebar pita dan daya transponder, serta BER (Bit Error Rate).

"
1996
S38937
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lilis Chodijah
2011
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Oniwati Susanti
"Kesenjangan digital di Indonesia merupakan wicked problem yang membutuhkan proses kolaborasi dalam penyelesaiannya. Dalam hal ini, pemerintah menyelenggarakan Proyek Strategis Nasional berupa pembangunan infrastruktur jaringan tulang punggung serat optik Palapa Ring yang menggunakan konsep KPBU (Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha). 
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana penerapan tata kelola kolaboratif proyek penyelenggaraan jaringan tulang punggung serat optik Palapa Ring saat ini dan faktor apa saja yang mempengaruhinya. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan post positivist yang menggunakan teori tata kelola kolaboratif Emerson dan Nabatchi (2015) sebagai pisau analisis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses collaborative governance dalam Proyek Penyelenggaraan Jaringan Tulang Punggung Serat Optik Palapa Ring di Indonesia belum berjalan secara maksimal karena terdapat beberapa elemen kolaborasi yang belum terpenuhi dengan baik.

The digital divide in Indonesia is a wicked problem that requires a collaborative process in its resolution. In this case, the government is implementing a National Strategic Project in the form of building a Palapa Ring fiber optic backbone network infrastructure using the concept of PPP (Government and Business Entity Cooperation).
This study aims to analyze how the current collaborative governance of projects implementing the implementation of the Palapa Ring fiber optic backbone network and what factors influence it. The research method used is qualitative with a post positivist approach that uses Emerson and Nabatchi's collaborative governance theory (2015) as a knife of analysis.
The results showed that the collaborative governance process in the Palapa Ring Fiber Optic Backbone Network Implementation Project in Indonesia has not run optimally because there are several elements of collaboration that have not been properly fulfilled.
"
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2019
T55040
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hardy Lukius
"Jaringan Serat Optik Palapa Ring Paket Tengah pada area Proyek 5 merupakan area yang sering mengalami insiden serat optik putus yang menyebabkan kualitas serat optik menjadi turun. Padahal area ini paling diminati oleh pelanggan dari sisi komersial sehingga perlu dilakukan perbaikan untuk meningkatkan kualitas jaringan serat optik. Pada laporan praktek keinsinyuran ini diajukan rencana perbaikan area Proyek 5 yang difokuskan pada satu segmen yaitu segmen Tentena – Petasia.
Kegiatan perbaikan dilakukan dengan terlebih dahulu mengumpulkan data yang dapat dijadikan bahan analisis. Data diambil dari hasil pengukuran di lapangan menggunakan alat ukur OPM, OTDR, dan melalui sistem NMS. Data kemudian diolah dan dianalisis sehingga didapatkan titik di mana saja diperlukan perbaikan. Kemudian dibuat rekomendasi dan estimasi anggaran untuk pelaksanaan kegiatan perbaikan.
Rekomendasi perbaikan yang diberikan terdiri dari sembilan titik perbaikan dengan total estimasi anggaran perbaikan sebesar 48,550,913 rupiah. Dua dari sembilan rekomendasi perbaikan telah dikerjakan sehingga persentase perkembangan perbaikan yaitu 11,1 %

Palapa Ring Middle Fiber Optic Network in Project 5 area is an area that often experiences fiber optic break incidents which causes the optical fiber quality to decrease. This area is most in demand by customers from the commercial side, so improvements need to be made to improve the quality of the fiber optic network. In this report, an improvement plan for the Project 5 area is proposed, which focuses on one segment, namely the Tentena – Petasia segment.
Repair activities are carried out by first collecting data that can be used as author's analysis material. Data is taken from the results of measurements in the field using OPM, OTDR, and through the NMS system. The data is then processed and analyzed so that points are obtained where improvements are needed. Then the authors make recommendations and budget estimation for the implementation of repair activities.
The recommendations for improvement given by the author consist of nine points of improvement with a total estimated repair budget of 48,550,913 rupiah. Two of the nine recommendations for improvement have been carried out so that the percentage of improvement progress is 11.1%
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rasyidah Mubarak
"Salah satu pencapaian Rencana Pitalebar Indonesia tahun 2014-2019 adalah terbangunnya jaringan tulang punggung yang menghubungkan 514 Ibukota Kabupaten/Kota dari 34 Provinsi di Indonesia. Terdapat 57 Ibukota kabupaten yang dibangun dengan pola Kejasama Pemerintah dan Badan Usaha dengan skema Availabililty Payment (AP) dengan menggunakan dana Kontribusi Kewajiban Pelayanan Universal. Pembangunan tersebut dibagi atas 3 (tiga) paket yaitu palapa ring paket barat, palapa ring paket tengah dan palapa ring paket timur. Karena palapa ring paket barat telah selesai pembangunannya sejak bulan Maret 2018 maka telah dilakukan evaluasi tahunan berdasarkan komitmen pembangunan penyelenggaraan jaringan namun belum mencakup sisi pemanfaatan jaringan. Dari hasil penelitian dengan menggunakan metode evaluasi gap analisis,fishbone analisis dan SWOT analisis,  terdapat kendala dari sisi teknis dan kebijakan regulasi yang menyebabkan pemanfaatan jaringan palapa ring barat kurang optimal selama bulan Maret 2018 hingga Februari 2019. Penelitian ini juga menganalisis strategi yang telah dan yang perlu dilakukan Pemerintah dengan menggunakan model kanvas sebagai rekomendasi langkah-langkah perbaikan untuk pemanfaatan jaringan tulang punggung palapa ring barat.

One of the achievements by the Indonesian Broadband Plan for 2014-2019 was the establishment of a backbone network connecting 514 regency/city capitals from 34 provinces in Indonesia. There are 57 regency capitals that are built on the pattern of Public Privat Partnership (PPP)  with Available Payments (AP) using funds from the Universal Service Obligation. The development is divided into 3 (three) packages, namely the western package palapa ring, the middle package palapa ring and the east package palapa ring. Since the West Package Palapa Ring has been completed since March 2018, an annual evaluation has been carried out based on the commitment to the development of network operations but has not covered the network utilization side. From the results of the study using gap analysis evaluation, fishbone analysis and SWOT analysis, there were technical and regulatory policy constraints that caused the utilization of the West Palapa Ring network to be less than optimal during March 2018 to February 2019. This study also analyzed strategies that had Government needs to be done by using the canvas model as a recommendation for corrective steps to utilize the west palapa ring  backbone network."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T53327
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Ismoyo
"Dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang modern dan berbasis informasi, pemerintah bekerja sama dengan beberapa perusahaan telekomunikasi swasta menggelar mega-proyek pembangunan jaringan infrastruktur telekomunikasi berupa jaringan 'backbone' serat optik berkecepatan tinggi yang dinamakan Palapa Ring. Tujuan Palapa Ring antara lain untuk mengurangi kesenjangan digital antara Indonesia Bagian Barat dengan Indonesia Bagian Timur serta menyediakan akses telekomunikasi bagi masyarakat dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan dan mengurangi kemiskinan. Pulau Papua, sebagai salah satu wilayah di IBT yang mengalami ketertinggalan teknologi informasi, menjadi salah satu sasaran utama dalam pembangunan jaringan tahap pertama.
Skripsi ini membahas tentang analisis dan perencanaan titik-titik labuh jaringan 'backbone' serat optik di Pulau Papua serta lebih lanjut interkoneksi jaringan backbone ke setiap kabupaten melalui jaringan ekstensi. Parameter-parameter yang menjadi pertimbangan dalam penentuan titik labuh antara lain lokasi, keadaan alam dan pantai, jumlah dan kepadatan penduduk, teledensitas masyarakat setempat, dan lain-lain. Dalam perancangan jaringan ekstensi, parameter diatas ditambah lagi dengan proyeksi kapasitas jaringan yang dibutuhkan untuk beberapa tahun ke depan. Perancangan ini merekomendasikan konfigurasi titik labuh pada 13 kota pantai beserta analisa penempatannya yang tidak semuanya sama dengan rekomendasi KMI. Untuk proyeksi kebutuhan kapasitas, didapatkan angka kebutuhan kapasitas untuk masing-masing titik labuh sampai tahun 2020.

In order to establish a modern, information based society of Indonesia, the government, supported by several private telecommunication companies, is launching a mega-project of telecommunication infrastructure network construction in the form of high-speed optical fibre backbone network, named the Palapa Ring Project. It is aimed to eliminate ?digital divide? between Western and Eastern part of Indonesia through providing telecommunication access for the people. Such a community empowerment effort is expected to increase the people?s welfare and therefore to reduce poverty level. Papua island, as the largest island in western part of Indonesia with the most underdeveloped information technology will be primary selected for the first stage of construction.
This thesis discusses about the analysis and design of the fiber optic backbone network landing points in Papua Island, as well as the interconnection of the backbone to each regencies through the extension networks. In determining the landing points, parameters to be put in consideration in are location, nature, population and density, teledensity, etc. In designing the extension networks the above mentioned parameters should be added with the projection of required capacity for several years to come. The design recommends landing point configuration on 13 cities, along with placement analysis which have several deviation compared to KMI recommendation.The required capacity projection recommends the number of required capacity for each landing point until the year 2020.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S40451
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Rini M.
"Internet Protocol Television merupakan sistem transmisi televisi digital menggunakan protocol internet (IP) yang melewati infrastruktur jaringan IP dengan pita lebar sehingga IPTV dapat terintegrasi dengan layanan internet serta dapat membagi koneksi dengan sesama pengguna. IPTV bisa berwujud siaran televisi biasa atau berupa database program acara dan film yang dapat diakses dan dipilih sendiri oleh penonton. Seperti teknologi lain yang berbasiskan IP, kendali IPTV pun berada di tangan penonton sehingga membuat siaran menjadi lebih bersifat personal dan interaktif. Teknologi IPTV membutuhkan sistem koneksi internet yang baik, cepat, dan ekonomis agar dapat mempergunakan fasilitas ini dengan nyaman. Ada banyak konsep yang dapat mendukung aplikasi layanan IPTV di Indonesia. Salah satunya adalah Worldwide Interoperability for Microwave Access (WiMAX), yang merupakan teknologi broadband nirkabel yang memiliki kecepatan akses tinggi dan jangkauan yang luas. Palapa Ring juga sangat mendukung untuk layanan aplikasi IPTV karena kemampuannya yang dapat mengantarkan data hingga Terabit per detik.

Internet Protocol Television is a transmission system of digital television that use protocol internet (IP) to pass the IP network with broadband access so that IPTV can be integrated with internet and also can be connected with the other user. IPTV can be a programme of common television or can be a database of programme and films that can be accessed and chosed by the customer. As the other technology that based on IPTV, the control of IPTV is on the hand of customer. This makes watching television more interactive and personal. IPTV technology needs a good, fast and economic internet connection system. There are many concepts that can support the realization of IPTV in Indonesia. One of them is Worldwide Interoperability for Microwave Access (WiMAX). It is a wireless broadband technology that has a high access rate dan wide coverage. Palapa Ring can also support the IPTV because its ability to transfer data up to Terabit per second."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51150
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rochmah
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1992
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Fendra Firaldi Firdaus
"Skripsi ini membahas mengenai transformasi sistem telekomunikasi Indonesia. Awalnya, Indonesia masih menggunakan sistem kabel laut untuk sarana telekomunikasi. Melihat kendala dalam penggunaan kabel laut, akhirnya sistem tersebut digantikan oleh teknologi gelombang mikro. Dibuatnya proyek Gelombang Mikro Nusantara ternyata tidak dapat menjangkau seluruh wilayah Indonesia, Pemerintah akhirnya melakukan perubahan yang besar terhadap telekomunikasi. Awalnya Pemerintah Indonesia hanya ingin menyewa satelit dari INTELSAT dan membangun Stasiun Bumi di Jatiluhur. Melihat potensi satelit dapat menjangkau wilayah Indonesia, akhirnya pemerintah Presiden Soeharto memutuskan untuk membangun satelit komunikasi untuk kepentingan domestik. Satelit tersebut dikenal dengan Satelit Palapa. Setelah Peluncuran Satelit Palapa, Palapa tidak hanya untuk bidang telekomunikasi melainkan juga sebagai penggerak Pembangunan Nasional di bidang-bidang lainnya.

This undergraduate thesis is about transformation of technological in Indonesian telecommunication. Initially, Indonesia still uses the submarine cable technology for telecommunication facilities. Looking at the constraints on the use of submarine cables, eventually the system was replaced by microwave technology. The creation of ldquo Nusantara Microwave rdquo project was not able to reach all areas of Indonesia, the Government finally made major changes to telecommunications. Initially the Government of Indonesia just wanted to rent a satellite from INTELSAT and build Earth Station in Jatiluhur. Seeing the potential of the satellite can reach parts of Indonesia, President Suharto 39 s government finally decided to build a satellite communication for domestic purpose. That satellite is known as Satellite Palapa. After the launch of Palapa Satalitte, Palapa is not only for telecommunication but also as a driver of National Development in other fields.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>