Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1980
S14515
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lee, Seong Bok
Abstrak :
Buku ini ditulis oleh Lee, Seong-Bok, berisi tentang kata, padanana kata, dan penggunaan kata yang tepat dalam suatu kalimat.
Seoul: Sechangmedia, 2007
KOR 495.71 LEE h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Andrey Banyudoyo
Abstrak :
Skripsi ini membahas mengenai padanan kata Ngaben dalam Bahasa Jerman. Penelitian ini merupakan sebuah studi pustaka dan penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Hasil penelitian memperlihatkan padanan penerjemahan kata Ngaben dalam bahasa Jerman yang diterjemahkan oleh pemandu wisata di dua tempat wisata di Pulau Bali dan hasil penerjemahan yang terdapat dalam artikel Blog orang Jerman yang pernah ke Bali. ......The objective of this thesis is to knowing the result of translation of the word Ngaben which done by the tour guides in Bali. This Thesis is a field research and uses descriptives and qualitatives methods. The result of this thesis showed the variations of translations of the word Ngaben in German which done by the tour guides which located in two tourist attractions in Bali and the translations in the blogs of the Germans, which have visited Bali.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S61790
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lolong, Adee Diana
Abstrak :
Tujuan penulisan skripsi ini adalah menjabarkan padanan pronomina persona I jamak kami dan kita dalam bahasa Perancis. Data dikumpulkan dari beberapa buah roman dan cerita pendek berbahasa Indonesia beserta terjemahannya dalam bahasa Perancis.

Penelitian dilakukan dengan cara mencatat semua pronomina persona I jamak kami dan kita yang terdapat dalam teks berbahasa Indonesia, mencatat semua padanan kedua pronomina persona tersebut dalam teks berbahasa Perancis, la lu mengelompokkan padanan-padanan tersebut.

Dari analisis data diketahui bahua semua pronomina persona I jamak kami dan sebagian besar pronomina persona kita mendapat padanan pronomina persona nous dalam bahasa Perancis. Pronomina persona I jamak kita juga mendapat padanan lain, yaitu pronomina persona on, morfem gramatikal penanda persona I jamak ons, padanan zero, serta frase nominal. Padanan yang bermacam-macam itu muncul karena kita bermakna inklusif, sebagian terdapat dalam kalimat imperatif, serta penerjemah beberapa kali melakukan penerjemahan secara bebas,

Penerjemahan pronomina persona 1 jamak kami dan kita ke dalam bahasa Perancis ternyata mengakibatkan terjadinya beberapa macam pergeseran, yaitu pergeseran tataran, pergeseran struktur, pergeseran satuan serta pergeseran intrasistem.

Dari besarnya probabilitas padanan nous dalam teks berbahasa Perancis, dapat disimpulkan bahea pronomina persona tersebut merupakan padanan yang paling lazim dalam bahasa Perancis dari pronomina persona I jamak kami dan kita. Selain itu, nous juga bersifat polisemis, karena pronomina persona tersebut dapat mengalihkan makna eksklusif kami serta makna inklusif kita secara penuh.

Padanan pronomina persona I jamak kami dan kita yang bermacam-macam dalam bahasa Perancis menunjukkan bahua penerjemah berusaha menyampaikan pesan dengan sebaik-baiknya, yaitu dengan cara mempergunakan padanan-padanan yang lazim dalam Bsa.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1989
S14496
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paula Rinawati
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan karena adanya perbedaan kebudayaan dan ekologi antara Perancis dan Indonesia yang antara lain menimbulkan perbedaan sistem peralatan hidup. Perbedaan ini dapat menjadi hambatan bagi penerjemah untuls menentukan padanannya di dalam bahasa sasaran bila ia menemukan istilah-istilah peralatan hidup di dalam bahasa sumber. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan penerjemahan istilah peralatan hidup dari bahasa Perancis ke dalam bahasa Indonesia. Untuk itu, dipakai beberapa konsep yang meliputi wawasan kebudayaan, semantik, penerjemahan dan sintaksis. Pengumpulan data dilakukan dengan mengartukan istilah peralatan hidup dalam bahasa Perancis dan padanannya dalam bahasa Indonesia. Sumber datanya adalah 2 buah fiksi, yaitu Fantastigue Fantomette dan terjemahannya Fantomette yang gagah berani serta Le Noeud de Viperes dan terjemahannya Jalinan ular berbisa. Kemudian data tersebut dianalisis deagan menggunakan analisis komponen makna dan dilihat bentuknya. Hasilnya menunjukkan bahwa 69.23% (81 data) merupakan padanan yang memadai, 22.22% (26 data) merupakan padanan yang kurang memadai dan 8.55% (10 data) merupakan istilah yang tidak diterjemahkan. Bentuk-bentuk yang diperoleh adalah monem, sintem dan sintagma. Persentase terbesar untuk padanan yang memadai menunjukkan bahwa faktor hambatan untuk penerjemahan istilah peralatan hidup dalam kedua fiksi tersebut kecil. Ini disebabkan sebagian besar peralatan hidup yang ditemukan dalam kedua fiksi tersebut dikenal oleh masyarakat bahasa sasaran. Padanan yang kurang memadai muncul karena ada beberapa istilah peralatan hidup dalam bahasa sumber tidak dikenal ol.eh masyarakat bahasa sasaran atau kalaupun dikenal, padanannya belum ada. Di antara istilah peralatan hidup yang tidak mendapat padanan di dalam bahasa sasaran, ada yang diberi penjelasan. Penjelasan tersebut pada umumnya bermanfaat dalam penyampaian pesan.
Depok: Universitas Indonesia, 1989
S14316
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Pitaloka Tidarwati
Abstrak :
ABSTRAK Dewasa ini kegiatan penerjemahan yang menyangkut karya naratif banyak dilakukan. Karya naratif adalah suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi suatu peristiwa yang terjadi dalam satu kesatuan waktu ( Gf. Keraf, 1985 : 136). Ciri-ciri utama suatu suatu karya naratif menurut Nida der l_aber (1969:163) adalah banyaknya tindakan dan hubungan temporal. Salah satu cara untuk memperlihatkan hubungan temporal adalah dengan menggunakan ungkapan waktu bahasa Prancis (BP) dalam bahasa Indonesia (BI). Untuk melakukan penelitian ini, dalam skripsi yang berjudul Padanan Ungkapan Waktu Bahasa Prancis Dalam Bahasa Indonesia, digunakan konsep-konsep: satuan-satuan yang berupa ungkapan waktu, ungkapan waktu, dan teori terjemahan. Hasil analisi menunjukkan bahwa ungkapan waktu BP semuanya mendapat padanan dalam BI. Padanannya adalah berupa nomina waktu, adverbial temporal, frase nominal, frase adverbal, dan frase preposisional (sejumlah 97,2 %); dan berupa padanan zero sejumlah 2,8 %. Dalam proses perpadanan tersebut banyak terjadi pergeseran. Pergeseran itu adalah pergeseran struktur, kelas, tingkatan, dan intrasistem. Dalam hubungannya dengan verba, ungkapan yaitu BP sangat erat kaitannya dengan bentuk verba yang menyertainya. Bentuk verba dalam BP berperan menentukan rujukan ungkapan waktunya. Sebaliknya dalam BI, verba tidak ada hubungannya dengan penggunaan ungkapan waktu. Hal ini dapat dimengerti mengingat dalam BI tidak dikenal system kala. Akhirnya, analisis ini diharapkan menjadi masukkan dalam bidang terjemahan dan sintaksis.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1989
S14392
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Shastrini
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian dilakukan berdasarkan penelitian kepustakaan, yaitu dengan menggunakan kamus ekabahasa BP dan kamus ekabahasa BI. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui tepat, kurang tepat atau menyimpangnya padanan yang diberikan pada satuan leksikal yang mengacu pada ekologi dan melihat apakah kamus tersebut dapat disebut sebagai kamus produksi.

Pengumpulan data dilakukan dengan memilih satuan leksikal yang padanannya mengacu pada ekologi, yang terdapat dalam Kamus Umum Perancis - Indonesia susunan Prof. Drs. S. Wojowasito dan Hartono Ruslan D.E.S. Data yang diperoleh berjumlah 1117 satuan leksikal. Mengingat terbatasnya waktu penelitian, data dibatasi hanya 10% dari jumlah satuan leksikal yang ditemukan dalam setiap abjad. Jumlah akhir data yang diperoleh adalah 112 satuan leksikal dengan 114 padanan. Data dikelompokkan menurut konsep ekologi yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1986: 330-331).

Penelitian padanan dilakukan dengan menggunakan teori analisis sem yang dikemukakan oleh Tutescu (1979: 75) serta Nida dan Taber (1969: 71). Penelitian untuk melihat apakah kamus tersebut dapat disebut sebagai kamus produksi dilakukan dengan membandingkan tipe padanan yang terdapat dalam KUPI dengan teori-teori penyusunan kamus dwibahasa serta dengan melihat tepat, kurang tepat atau menyimpangnya padanan. Teori yang dipergunakan adalah teori tipe padanan pada kamus dwibahasa oleh Zgusta (1971: 32) dan Al-Kasimi (1977: 61).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Padanan satuan leksikal yang mengacu pada ekologi sebagian besar tepat (58 buah atau 50,88%). (2) Tipe padanan yang diberikan sebagian besar (76 buah atau 86,67%) merupakan padanan bertipe sinonim. Sebagai sebuah kamus produksi, penyusun kamus harus mengutamakan padanan tipe sinonim agar padanan tersebut dapat dipersiapkan dalam kalimat yang menggunakan BI. (3) Padanan yang berasal dari satuan leksikal BSu yang merupakan polisemi tidak diberi keterangan penjelas yang menunjukkan perbedaan makna padanan. Sebagai kamus produksi, padanan yang demikian harus diberi keterangan penjelas agar pemakai kamus dapat membedakan padanan yang diberikan dari padanan lain yang juga memiliki kata kepala yang sama dan dapat mempergunakannya dalam konteks yang tepat. (4) Padanan yang diberikan seringkali menggunakan kata-kata sejenis, sebangsa', semacam dan sebagainya. Dalam menyusun sebuah kamus penyusun kamus sebaiknya menghindari pemakaian kata-kata tersebut.

Satuan leksikal BSu yang mengacu pada ekologi sebaiknya diteliti kembali dan dilakukan perbaikan. Sebaiknya penyusun kamus memperhatikan analisis komponen makna satuan leksikal BSu dengan cermat sehingga akan didapat padanan yang tepat. Penggunaan keterangan penjelas dan contoh-contoh kalimat dirasa perlu sehingga dapat memperjelas perbedaan makna padanan yang polisemi dan untuk memberikan informasi semantik satuan leksikal BSu. Penggunaan kata-kata sejenis, sebangsa, _semacam dan sebagainya sebaiknya dihindari, karena selain menunjukkan ketidakpastian dalam analisis komponen makna, hal tersebut juga menyalahi kaidah-kaidah penyusunan kamus.
1989
S14275
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risnowati Martin
Abstrak :
ABSTRAK
Bahasa yang merupakan alat komunikasi digunakan oleh anggota masyarakatnya untuk saling berhubungan, mengemukakan gagasan dan menyampaikan pesan. Dengan kemajuan teknologi modern dewasa ini, minat manusia terhadap perkembangan dunia menjadi besar. Dengan menguasai lebih dari satu bahasa maka seseorang akan mempunyai pengetahuan yang semakin luas, karena ia dapat berhubungan dengan anggota masyarakat bahasa lain yang dikuasainya.

Kosakata suatu bahasa dapat bertambah melalui proses morfologis atau morfosintaktik. Salah satu proses yang terjadi adalah proses komposisi. Dalam bahasa Indonesia dikenal ungkapan membanting tulang yang bermakna "bekerja keras" atau berkerat rotan "memutuskan hubungan". Demikian juga dalam bahasa lain, bahasa Perancis misalnya, dikenal ungkapan coup d'etat yang berarti "perebutan kekuasaan".

Sintem komposisi terbentuk melalui proses penggabungan dua monem atau lebih. Setiap gabungan mempunyai monem yang merupakan unsur pusatnya. Makna yang dikandung sebuah sintem komposisi merupakan suatu kesatuan makna yang tidak dapat dipilah-pilah lagi. Hal ini sering menimbulkan masalah bagi pemakai bahasa itu, bahasa yang bukan merupakan bahasa ibunya.

Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari makna sintem komposisi bahasa Perancis. Langkah pertama adalah mengumpulkan ungkapan bahasa Perancis dari berbagai sumber data. Kemudian dilakukan analisis semantik pada ungkapan-ungkapan yang terkumpul untuk melihat kaitan makna baru dengan makna monem pembentuknya. Ungkapan yang dapat dikumpulkan berjumlah 596 buah, 403 ungkapan merupakan idiom sebagian, masih ada keterkaitan makna dengan makna monem pembentuknya, dan selebihnya -193 ungkapan- adalah idiom penuh karena tidak dapat keterkaitan makna dengan makna monem pusatnya. Langkah terakhir adalah mencarikan padanannya dalam bahasa Indonesia.
Depok: Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya-LPUI Universitas Indonesia, 1999
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library