Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fitria Sari
Abstrak :
ABSTRAK
Terorisme menjadi isu yang menarik saat ini. Aktivitas dari terorisme dilakukan melalui provokasi doktrin ideologi dengan proses hegemoni. Terorisme memanfaatkan rasa frustasi dan kekecewaan pada sebagain masyarakat sebagai sasarannya. Terorisme sebagai sebuah diskursus masih berfokus pada upaya penegakan hukum, kerjasama antar lembaga pertahanan, analisis kebijaka hukum, dan definisi-definisi tentang terorisme. Ironisnya, perempuan khususnya istri menjadi sosok yang terekslusi dalam proses dialog dan respon mengenai terorisme. Padahal istri merupakan sosok yang penting dalam kehidupan para pelaku aksi terrisme. Penelitian ini menekankan pada pengalaman dan suara dari para istri mantan narapidana terorisme. Tulisan ini mengupas proses pergolakan, negosiasi, sekaligus penerimaan proses dari narasi ekstremis yang terdapat pada logika berfikir, sebagai sebuah perjuangan dalam konteks penerimaan dan otonomi diri. Penelitian ini menggunakan studi kasus sebagai jenis penelitian, dengan perspektif feminis, dan wawancara mendalam sebagai metode pengumpulan data. Pemikiran dari teori Konstruktivisme, pandangan Feminis tentang Otonomi Relasional dan Politik Kesalehan dipilih sebagai kerangka teori untuk menganalisis data hasil temuan. Hasil penelitian menunjukkan adanya doktrinasi dari suami tentang ajaran ekstremisme, istri mengalami pergulatan untuk menginternalisasi ajaran tersebut. Di sisi lain, ada pula temuan yang menunjukkan bahwa para istri juga melakukan negosiasi kepada sang suami dalam mengaplikasikan narasi yang telah berusaha diinternalisasikan. Seluruh upaya refleksi dan perjuangan berkelindan dalam pemikiran istri, untuk dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimanapun, adanya negosiasi pada berbagai sisi relasi yang dimunculkan oleh sang istri memiliki respon yang beragam dalam usahanya dalam proses penerimaan maupun pergolakan. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa sosok istri mengalami sebuah proses konstruktivisme dan otonomi relasional dalam proses pergulatan dan negosiasinya selama ini. Rekomendasi dari penelitian ini dapat berkontribusi bahwa istri juga dapat dilihat sebagai agen untuk menangkal ekstremisme dan terorisme di masa mendatang.
ABSTRACT
Terrorism has become an important issue today. Activities of terrorism are undertaken through provocation to ideological doctrine with hegemonic process. Terrorism teaching exploits the frustration or disappointment of common people. Up to date, terrorism as a discourse issue still focuses predominantly on law enforcement, inter state cooperation, law analysis, and terrorism definition. Unfortunately, women especially wives become excluded in the process, dialogue, and response on this issue. Whereas, wives are the most important figures in the lives of the perpetrators of terrorism. This paper highlights the experiences and voices of the wives of terrorist prisoners. It examines the rebellion and acceptance process of extremism narrative that is going on within the wives rsquo minds a struggle of balancing acceptance and self autonomy. This paper also explores those experiences using case study as a research type feminist perspective and observation and in depth interview as data collection method. The thought of Feminism in Relational Autonomy and Politics of Piety is used as the theoretical analysis tool. The finding of this paper is that through indoctrination by their husbands, the wives were always encountered with ideas that they had to struggle to accept. However, on the other hand, it was also found that they eventually had to negotiate and came into compromise when applying those ideas in real life. The whole compromise reflects the struggle that was going on in their mind as they attempted to translate the doctrines into their practical life. However, at the same time, despite the negotiation they made in certain aspects of the doctrine, they seemed to still willingly and obediently accept certain other parts of the doctrine. This paper concludes that wives have certain degree of self autonomy in dealing with i.e. negotiating to accept or reject the indoctrination by their husbands. The conclusion is followed by some recommendations on what can possibly be contributed by the wives to counter terrorism narrative in the future.
2018
T51308
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosydinda Deselia
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menggali bagaimana pengalaman perempuan yang melakukan sexting, pengaruh relasi gender dalam pertimbangan melakukan sexting, dan cara perempuan bernegosiasi dengan risiko sexting sehingga mampu membangu otonomi atas tubuh dan seksualitasnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus dengan metode wawancara mendalam terhadap lima subjek perempuan yang pernah dan sedang aktif melakukan aktivitas sexting. Hasil wawancara dan temuan kemudian dianalisis menggunakan pisau analisis Teori Otonomi Relasional oleh Catriona Mackenzie dan Natalie Stoljar serta Teori Edgework Feminist yang dikemukakan oleh Staci Newmahr. Hasil penelitian menunjukkan pengalaman perempuan melakukan sexting sangat beragam, termasuk adanya implikasi positif dan pengalaman negatif. Proses pertimbangan perempuan memutuskan melakukan sexting adalah proses yang dipengaruhi oleh relasi gendernya dengan pasangan, internalisasi nilai-nilai patriarkis yang mengopresi, serta pembentukan kompetensi diri dan relasi sosialnya dengan lingkungan sosial. Hasil penelitian juga semakin menguatkan pemahaman tentang kompleksitas seksualitas perempuan di mana pada satu sisi perempuan menantang risiko untuk memperoleh kontrol atas seksualitasnya, namun di sisi lainnya perempuan dalam aktivitas sexting juga mengalami kerentanan seksual dan teknologi. Dalam hal negosiasi risiko, perempuan melakukan berbagai upaya teknis dan emosional, berkolaborasi dengan pasangan, dan menetapkan batasan untuk terhindar dari risiko sexting dan untuk tidak jatuh pada total chaos. ......This study aims to explore the experiences of women who practise sexting, how gender relations affect women's considerations of sexting, and how women negotiate the risks of sexting so that they are able to build autonomy over their body and sexuality. To achieve this goal, this study used a case study approach with in-depth interviews with five female subjects who had and/or are currently actively engaging in sexting activities. The interview results and findings were then analysed using the Relational Autonomy Theory by Catriona Mackenzie and Natalie Stoljar and the Edgework Feminist Theory by Staci Newmahr. The results of the study show that women's experiences of sexting vary widely, including both positive and negative implications. Furthermore, the consideration process of women deciding to have sexting is a long process, which is influenced by her gender relations with her partner, internalisation of oppressive patriarchal values, formation of self-competence and social relations with family and friends. The results of the study also strengthen the understanding of the complexity of women's sexuality where on the one hand women challenge risks to gain control over their sexuality, but women in sexting activities also experience sexual and technological vulnerabilities. Then, in terms of risk negotiation, women make various technical and emotional efforts, collaborate with partners, and set limits to avoid the risk of sexting and not to fall into total chaos.
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library