Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 25 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mohamad Irfan Fathurrohman
Abstrak :
Tesis ini meneliti mengenai pengaruh asam stearat terhadap basal spasi organoclay dan sifat-sifat dari nanokomposit karet alam/organoclay terekspansi serta pengaruh organoclay terekspansi terhadap sifat dan morfologi dari nanokompositnya. Nanokomposit karet alam/organoclay terekspansi dibuat dengan cara pelelehan kompon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan dosis asam stearat dapat meningkatkan basal spasi organoclay sehingga organoclay terekspansi dapat terdispersi dengan merata di dalam matriks karet alam, menghasilkan nanokomposit dengan sifat mekanik dan swelling yang meningkat. ......This thesis are to studies the effect of stearic acid on organoclay d-spacing and properties of natural rubber/expanded organoclay and the effect of expanded organoclays on properties and morphology of its nanocomposites. Natural rubber/expanded organoclay nanocomposites was prepared by using melt compounding technique. The result showed that the increasing of stearic acid doses could increase the d-spacing of organoclay so that expanded organoclay can disperse uniformly in natural rubber matrix, produces nanocomposites with increasing of mechanical and swelling properties.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T34829
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Afrinaldi
Abstrak :
Komposit polimer dengan menggunakan material nano telah mengalami perkembangan yang cukup pesat beberapa dekade belakangan ini. Multiwalled carbon nanotube (MWCNT) dan organoclay merupakan beberapa material yang banyak diteliti pada pembuatan komposit polimer. Penelitian ini menggunakan teknik melt mixing pada suhu 180oC untuk proses pembuatan komposit PP/MWCNT. Karakterisasi komposit meliputi sifat elektrik, rheologi, kekuatan mekanik dan analisa morfologi. Hasil analisa komposit PP/MWCNT diperoleh nilai electrical dan rheological percolation threshold sebesar 1,4 wt%. Kekuatan tarik komposit PP/MWCNT mengalami penurunan sebesar 2-7%, sedangkan modulus tarik meningkat sebesar 44-53% dibandingkan polypropylene (PP). Penambahan organoclay pada komposit PP/MWCNT tidak memberikan perubahan yang signifikan terhadap sifat elektrik dan rheologinya. Kekuatan tarik komposit PP/MWCNT/organoclay mengalami penurunan sebesar 6-11%, sedangkan modulus tarik meningkat sebesar 47-61% dibandingkan PP. ...... Polymer composite using nano material has been progressing quite rapidly in recent decades. Multiwalled carbon nanotube (MWCNT) and organoclay is the material that used in fabrication the polymer composites. This study used a technique of mixing melt at a temperature of 180oC for composite manufacturing process PP / MWCNT. Characterization of composites include electrical properties, rheological, mechanical strength and morphological analysis. Analysis results of composite PP/MWCNT obtained value of electrical and rheological percolation threshold of 1.4 wt%. The tensile strength of composites PP/MWCNT decreased by 2-7%, while the tensile modulus increased by 44-53% compared to polypropylene (PP). The addition of the organoclay in the PP/MWCNT composite did not leave significant changes to the electrical and rheology properties. The tensile strength of composites PP/MWCNT/organoclay decreased by 6-11%, while the tensile modulus increased by 47-61% compared to PP.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
T45587
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Hadi Astuti
Abstrak :
ABSTRAK
Bentonit merupakan salah satu jenis lempung yang telah banyak diketahui manfaatnya. Cadangan bentonit di Indonesia sebesar ± 380 juta ton merupakan aset potensial yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Salah satu pemanfaatan bentonit adalah dalam bentuk organoclay. Organoclay adalah bentonit yang telah diberi surfaktan agar sifat bentonit yang semula hidrofilik menjadi organofilik, perubahan sifat ini adalah hasil dari penggantian kation anorganik pada bentonit dengan kation organik surfaktan. Penelitian ini bertujuan untuk membuat organoclay yang bahan bakunya berasal dari bentonit alam Indonesia. Agar bisa menjadi bahan baku organoclay bentonit harus dipurifikasi dulu dari berbagai pengotor yang terdapat bersamanya di alam. Purifikasi yang dilakukan meliputi penghilangan karbonat, pengurangan kadar besi, pengurangan materi organik dan pemisahan mineral pengotor dengan pengendapan. Setelah dipurifikasi kemudian bentonit dipadukan dengan surfaktan kationik jenis amonium kuarterner. Surfaktan yang digunakan adalah alkildimetilbenzil amonium klorida (ADBA) dan di(hydrogenatedtallow)dimetil amonium klorida (DTDA). Dari hasil pengujian, organoclay menggunakan surfaktan DTDA lebih baik karena mempunyai d-spacing yang cukup tinggi sebesar 2,58 nm dan stabil terhadap pemanasan (suhu awal degradasi 279,950C).
Depok: [Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;, ], [2005;2005;2005;2005;2005, 2005]
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zainul Muhammad Rofa
Abstrak :
Aluminium Matrix Composite (AMC) merupakan material yang memiliki potensial sangat besar terutama pada bidang otomotif. AMC memiliki beberapa keunggulan yaitu ketahanan korosi yang baik, densitas yang ringan serta memiliki konduktivitas listrik dan panas yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari struktur kristal dari suatu material komposit dan sifat korosi pada sampel. Material komposit di buat dengan Aluminium sebagai matriks dan organoclay sebagai penguat dalam variasi 0%, 1%, 2%, 3% wt dengan metode hotpress pada suhu 600˚C selama 1 jam. Karakterisasi untuk struktur kristal dan fasa menggunakan X-Ray diffraction (XRD). Sifat korosi pada sampel dilihat dengan kurva potensiodinamik dalam larutan 3,5% wt NaCl. Hasil dari pengujian memperlihatkan bahwa penambahan variasi komposisi organoclay sebagai penguat menghasilkan perbedaan karakteristik dan sifat korosi. Sifat korosi dapat dilihat dari laju korosi yang menurun dengan bertambahnya komposisi organoclay. Laju korosi terendah terdapat pada material komposit Aluminium dengan penguat pada variasi 3% yaitu 1,766 x 10-4 mm/year.
Alumunium Matrix Composite (AMC) is a material that has great potential application especially in automotive industry. AMC has good corrosion resistance, density, electrical conductivity and heat properties. Composite material which consist of Alumunium as a matrix and organoclay as a filler with variations 0%, 1%, 2%, 3% wt and hotpress at 550oC for 3 hour have been made. Characterization of crystal structure were carried out by means of X-Ray diffraction. The corrosion properties of the samples were examine by potentiodynamic in 3,5 % wt NaCl solution. The results showed that the addition of organoclay produce different characteristics such as different crystal parameter, crystallite size, strain and corrosion properties. Corrosion properties can be seen from the rate of corrosion which is slower as the addition composition of the organoclay increase. The smallest corrosion rate results found in alumunium composites with reinforcement variations of 3% by 1,776 x 10-4 mm/year.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pranata Jaya
Abstrak :
Organoclay adalah lempung yang disintesis dengan bahan organik ODTMABr tanpa mengubah struktur kimianya. Pergeseran puncak (001) difaktogram menunjukkan bahwa ODTMABr berhasil masuk ke dalam lapisan lempung. Basal spacing pada organoclay lebih besar dibandingkan dengan basal spacing bentonit. Uji FTIR menunjukkan bahwa organoclay Tapanuli (OCT-C18) terinterkalasi oleh surfaktan ODTMABr. Sintesis antara Polyvinyl Alcohol (PVA) dan OCT dalam jumlah sedikit yaitu PVA/OCT-C18 5% atau kurang menghasilkan nanokomposit berstruktur eksfoliasi. Penambahan OCT-C18 memberi peningkatan kekuatan mekanik dan modulus elastisitas PVA/OCT-C18, tetapi memberi penurunan regangan pada PVA/OCT-C18 7%. Hasil SEM pada permukaan patahan menunjukkan peningkatan kekuatan mekanik dan teramatinya peningkatan kekasaran permukaan patahan. Banyak dan besar rongga pada PVA/OCT-C18 mempengaruhi kekuatan mekanik PVA/OCT-C18. ......Organoclay was synthesized using ODTMABr surfactant without changing its chemical structure. The diffractogram showed that the (001) peak shifted and this indicated that the organoclay layers were intercalacted. The basal spacing of organoclay which was higher than of bentonite. The FTIR results indicated the ODTMABr surfactant intercalated the clay layers. Synthesis of Polyvinyl Alcohol (PVA) and small amounts of OCT-C18 less than 5% wt, produced exfoliated nanocomposite structure. The addition of OCT-C18 improved mechanical strength and modulus of elasticity, but it decreased the value of strain of PVA/OCT-C18 composites. SEM observation results on the fracture surface showed that the enchanted of mechanical strength of PVA/OCT-C18 followed by the roughness of fracture surface. The number of voids or cavities on PVA/OCTC18 affected the mechanical strength of PVA/OCT-C18.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S53174
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Zahrotul Luthfiyah
Abstrak :
Nanokomposit selulosa asetat telah disintesis dengan menggunakan nanofiller organoclayyang dimodifikasi dengan TiO2. Bentonit Tapanuli yang sebelumnyadikenai proses purifikasi dan penyeragaman kation dimodifikasi dengan ditambahkan TiO2 dengan persen berat yakni 0%, 1%, 3%, 5%, 10% dan 7% organoclay terhadap total komposit.. Analisis BET mengindikasikan adanya penambahan luas permukaan bentonit pada penambahan surfaktan dan TiO2 sebesar 16,41 m2/g, 29,49 m2/g, 27,57 m2/g, dan 36,74 m2/g. Analisis FTIR menunjukkan interkalasi surfaktan telah berhasil dilakukan dengan adanya pita serapan baru dari HDTMABr pada 2636 cm- 1 dan 2569 cm-1. Analisis Raman menunjukkan TiO2 telah berhasil diinterkalasi ke dalam organoclay ditunjukkan dengan pita serapan baru khas TiO2 pada panjang gelombang 637cm-1, 516 cm-1, 395 cm-1 dan 147 cm-1. Difraktogram XRD menunjukkan kenaikan basal spasing pada modifikasi bentonit yakni dari 15.7 Å pada bentonit alam menjadi 19,7 Å. Pembuatan nanokomposit dilakukan dengan menggunakan aseton sebagai pelarut dan metode solvent castingsebagai teknik untuk pembuatan film nanokomposit. Aplikasi nanokomposit berupa uji fotodegradasi pada penyinaran sinar matahari langsung, lampu UV, dan tanpa penyinaran selama enam hari. Diketahui, semakin banyak TiO2 semakin besar komposit yang terdegradasi. Persen penurunan berat hasil uji aplikasi pada penyinaran lampu UV sebesar 1,11%, 2,15%, 2,73%, 3,18%, 3,96%, pada penyinaran langsung sebesar 1,03%, 3,03%, 3,88%, 4,53%, 5,57%.Modifikasi nanokomposit dengan penambahan TiO2.
Cellulose acetate nanocomposite has been synthesized using organoclay nanofiller modified with TiO2. Bentonite Tapanuli were previously subjected to processes of purification and unification of cations modified with TiO2 that was added as much as 0%, 1%, 3%, 5%, 10% of the total composite. BET analysis indicated surface area of bentonite was increased with the addition of surfactant and TiO2 of 16.41 m2 / g, 29.49 m2 / g, 27.57 m2 / g, and 36.74 m2 / g. FTIR analysis showed intercalation with surfactant was successfully carried out in the presence of HDTMABr, indicated by new absorption band at 2636 cm-1 and 2569 cm-1. Raman analysis showed TiO2 has been successfully intercalated into the organoclay shown with Raman peaks typical of TiO2 at a wavelength of 637cm-1, 516 cm- 1, 395 cm-1 and 147 cm-1. XRD diffractogram shows the increase in basal spasing on the modification of bentonite, film from 15.7 Å to 19.7 Å, before and after modification. Fabrication of nanocomposite was carried out using acetone as solvent and through solvent casting method. Nanocomposite application in photodegradation test was carried out under direct sunlight radiation, UV light, and without irradiation for six days. It's found that, the greater presence amount of TiO2 in the composites, the more weight loss occured, due to photodegradation. Percent weight loss of UV light irradiation are 1.11%, 2.15%, 2.73%, 3.18%, and 3.96%, while under direct irradiation, the weight loss was 1.03%, 3.03%, 3.88%, 4.53%, and 5.57%. Modification of nanocomposite with the addition of photocatalytic TiO2 as photocatalytic agent has shown the ability of self-photodegradation of nanocomposite.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S62723
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Nur Haryani
Abstrak :
ABSTRAK
Dua tipe organoclay telah dapat disintesis dengan surfaktan yang berbeda sebagai agen penginterkalasi. Surfaktan HDTMABr dan ODTMABr diinterkalasikan ke dalam bentonit alam serta dilakukan karakterisasi dengan XRD, FT-IR, dan SEMEDS. Sebelumnya Na-bentonit disintesis kemudian dihitung nilai kapasitas tukar kation dengan metode tembaga amin sebesar 45,35 mek/100gram clay. Variasi jumlah KTK digunakan untuk dapat melihat peningkatan besarnya basal spacing dengan difraksi sinar-X. Organoclay 1.0 KTK yang telah disintesis digunakan sebagai adsorben fenol, katekol dan benzaldehida kemudian dilakukan pengukuran dengan spektrofotometer UV. Perbedaan gugus yang melekat pada cincin benzen mempengaruhi kemampuannya untuk terserap pada bentonit. Dengan bertambahnya gugus hidroksi, maka semakin sulit untuk terserap oleh bentonit. Dan apabila semakin nonpolar senyawa organik, akan semakin mudah terserap. Dengan semakin panjang rantai alkil surfaktan, bentonit menjadi lebih hidrofobik sehingga menyerap lebih banyak senyawa nonpolar.
ABSTRACT
Two types of organoclay have been synthesized using different cationic surfactants as intercalating agents. HDTMABr and ODTMABr are intercalated into the interlayer space of sodium-clay. With the CEC value sodium-clay is about 45, 35 mek/100gram clay using copper amine method. X-ray diffraction is used to study the characteristic of organoclay by its variation of CEC value. The resulting of 1,0 CEC organoclay are used to adsorb the organic molecules. UV spectra of this organic molecule on filtrate reaction are further confirming adsorptions of both organoclay. The different groups which are binding on phenol, benzaldehide, and catechol have different effect to organoclay. No polar organic molecules are the easier molecule which adsorbed on the interlayer clay. The longest alkyls chain surfactant will make more hydrophobic clay furthermore it could adsorb no polar organic molecules.
2010
S30732
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Syah Reza
Abstrak :
ABSTRAK
Proses adsorpsi pada bentonit tapanuli yang termodifikasi surfaktan kationik terhadap senyawa organik paraklorofenol telah dilakukan. Dilakukan fraksinasi terlebih dahulu untuk mendapat kandungan montmorillonit terbanyak, kemudian dilakukan preparasi Na-MMT (Natrium Montmorillonit), dan penentuan Kapasitas Tukar Kation (KTK) memberikan nilai sebesar 62,5 meq/gram. Surfaktan yang digunakan ialah surfaktan kationik ODTMABr (Oktadesil Trimetil Ammonium Bromida) yang memiliki 18 rantai alkil. Surfaktan ini digunakan sebanyak 1 KTK sebagai interkalan dalam preparasi organoclay. Analisis dengan menggunakan XRD menunjukkan basal spacing dari OCT (Organoclay Tapanuli) mengalami peningkatan yang cukup besar (21,04) dibandingkan dengan Na-MMT (14,33) dan montmorillonit (15,69). Hal ini membuktikan bahwa surfaktan kationik telah masuk ke dalam montmorillonit. Hasil uji aplikasi OCT sebagai adsorben senyawa organik para klorofenol (p-C6H4Cl(OH)) menunjukkan bahwa organoclay lebih baik daya adsorpsinya dibandingkan dengan bentonit alam. Saat p-klorofenol memiliki konsentrasi sebesar 50 ppm, OCT mampu menyerap senyawa tersebut sebesar 36,4 ppm dan belum menunjukkan kondisi optimum. Di sisi lain, bentonit alam telah mencapai optimum saat konsentrasi awal 10 ppm. Pola isoterm adsorpsi dari OCT menunjukkan pola isoterm adsorpsi Freundlich pada konsentrasi besar namun pada konsentrasi kecil pola yang ditunjukkan adalah pola isoterm adsorpsi Langmuir.
ABSTRACT
Adsorption on tapanuli bentonite modified by cationic surfactant has been done. The fractionation of bentonite has been done in order to get the highest contain of montmorillonite, then it was done the preparation of Na-MMT (Sodium Montmorillonite), and the result of cation exchange capacity (CEC) is 62,5 meq/gram. In this research, ODTMABr (Octadecyl Trimethyl Ammonium Bromide) which has 18 alkyl chains, was used as cationic surfactant. 1 CEC of surfactant was used as intercalant agent in organoclay preparation. XRD analysis showed the basal spacing of OCT increased significantly (21,04) when compared with Na-MMT (14,33) and Montmorillonite (15,69). This result proved that cationic surfactant has been intercalated into montmorillonite. The application of OCT as adsorbent of pchlorophenol( p-C6H4Cl(OH)) showed that OCT is better than raw material bentonite. When the concentration of p-chlorophenol was 50 ppm, OCT could adsorp its compound in 36,4 ppm and has not reached the optimum condition, whereas raw material benonite has the optimum condition in10 ppm. The adsorption isoterm of OCT showed Freundlich adsorption isoterm rules in high concentration while in low concentration the rules was followed Langmuir adsorption isoterm.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43705
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Oktavia
Abstrak :
Film nanokomposit polimer biodegradable telah dibuat. Clay Tapanuli termodifikasi heksadesiltrimetilamonium bromida (C16) dan oktadesiltrimetilamonium bromida (C18) digunakan sebagai nanofiller. Penelitian ini terdiri atas pemurnian clay, sintesis organoclay dan pembuatan film nanokomposit dengan metode solvent casting. Penelitian ini untuk mempelajari pengaruh jumlah organoclay dan panjang rantai alkil surfaktan terhadap sifat mekanik bahan bionanokomposit. Pergeseran puncak d001 pada difraktogram menunjukkan kenaikan basal spacing sebesar 0,35 nm dan 0,48 nm masingmasing oleh surfaktan C16 dan C18. Difraktogram XRD nanokomposit selulosa asetat dan poli(vinil alkohol) juga menunjukkan adanya struktur dispersi campuran interkalasi dan eksfoliasi. Hasil ini mendukung hasil uji mekanik film nanokomposit dimana kuat tarik dan modulus elastisitas meningkat. Hasil uji tarik film nanokomposit menunjukkan adanya pengaruh penambahan organoclay dan panjang rantai alkil surfaktan terhadap perubahan nilai kuat tarik, modulus tarikdan regangansaatpatah film nanokomposit dimana peningkatan sifat mekanik nanokomposit selulosa asetat lebih tingi dibandingkan nanokomposit poli(vinilalkohol). Citra FE-SEM film nanokomposit pada permukaan patahan memperlihatkan pori-pori yang tidak teratur dan elastisitas film nanokomposit poli(vinilalkohol) yang lebih panjang dibandingkan film nanokomposit selulosa asetat.
Nanocomposite films of biodegradable polymers were prepared. The Tapanuly clay modified by heksadecyltrimethylammonium bromide (C16) and Octadecyltrimethylammonium bromide (C18) were used as nanofillers. This experiment were consisted of namely clay purification, organoclay synthesis, and nanocomposite film preparation by a solvent casting methode. The aim of this work was to study the effect of organoclay content and the surfactant alkyl chain length to the mechanical properties of bionanocomposite materials. The shifting of d001 peaks on the difractogram showed that the basal spacing increased by 0.35 nm and 0.48 nm by C16 and C18 surfactants respectively. The XRD difraction also showed the results of cellulose acetate nanocomposite and poly(vinyl alcohol) nanocomposite had a mixed structure of intercalated and exfoliated structure. These results supported the mechanical testing results of the nanocomposite films that of the tensile strentgh and modulus elasticity was enhanced. The mechanical testing result showed that the organoclay content and surfactant alkyl chain length influenced the tensile strength, modulus elasticity, and strain at break of the nanocomposite films that of the increasing of cellulose acetate nanocomposite mechanical properties was higher than poly(vinyl alcohol) nanocomposite. FESEM images on the fracture surface of the nanocomposite films showed irregular pores on the cellulose acetate nanocomposite films and the longer elasticity of poly(vinyl alcohol) nanocomposite compared to the cellulose acetate nanocomposite films.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
T43865
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khalidah Putri Ridha
Abstrak :
ABSTRAK
Bentonit asal Tapanuli telah dimodifikasi menjadi organoclay dengan menggunakan surfaktan alam rarasaponin sebagai agen penginterkalasi. Sintesis dilakukan dengan memvariasikan berat surfaktan, 0,5 gram, 1 gram dan 2 gram. Hasil diperoleh bahwa organoclay dengan 2 gram surfaktan memberikan kenaikan nilai basal spasing yang tinggi dari 15.1 menjadi 16.1 . Uji FTIR memperlihatkan penurunan drastis pada pita ikatan hidrogen dan spektra molekul H2O yang menandakan bahwa H2O yang berada pada interlayer tergantikan dengan rarasaponin. Uji ketahanan termal dilakukan hingga suhu 500 oC dan diperoleh hasil pada suhu 274 oC terjadi degradasi surfaktan. Kemampuan adsorpsi organoclay diuji dengan menggunakan zat pewarna rhodamin-B dengan variasi konsentrasi 0,3 ; 0,5 ; 0,8 dan 1 ppm. Hasil adsorpsi mengikuti isoterm Langmuir dengan kapasitas adsorpsi 1 mg/g dengan waktu optimal adsorpsi selama 30 menit.
ABSTRACT
Bentonite from Tapanuli has been modified into organoclay using natural surfactant rarasaponin as intercalation agent. Organoclay synthesis performed by varying the weight of surfactant, 0.5 gram, 1 gram and 2 gram. The results showed that 2 grams of organoclay with surfactant gives increase in basal spacing from 15.1 to 16.1 . FTIR test showed a drastic decrease in the band spectra of hydrogen bonds and H2O molecules indicating that H2O that located in interlayer replaced with rarasaponin Thermal endurance test carried out to a temperature of 500 oC and degradation of surfactant occurs in 274 oC. Organoclay adsorption capacity was tested using the dye rhodamine B with various concentrations of 0.3 0.5 0.8 and 1 ppm. Results adsorption follows the Langmuir isotherm with adsorption capacity 1 mg g with 30 minutes for optimal adsorption time.
2016
T47123
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>