Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
New York : McGraw-Hill, Medical, 2008
617.954 LIV
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nenah Choenaenah Raldianto
"ABSTRAK
Salah satu cara penyembuhan dan pemulihan kesehatan yaitu dengan cara transplantasi (pencangkokan) organ dan atau jaringan. Pengertian transplantasi ialah pemindahan atau pencangkokan organ atau jaringan tubuh dari seorang individu ke tempat lain pada individu itu atau ke tubuh individu lain. Dalam proses tindakan transplantasi itu ada pihak yang menerima (resipien) organ dan atau jaringan tubuh dan ada pihak yang memberi (donor) organ dan atau jaringan tubuh.
Pemberian resipien pelayanan medis dari dokter kepada pasien (resipien) demikian itu di samping mempunyai aspek medis juga mempunyai aspek yuridis yaitu timbulnya transaksi terapeutik antara dokter dengan pasien (resipien) dan antara dokter dengan donor; penting adanya informed consent dari pasien dan donor, dan tanggung jawab hukum dokter di bidang perdata dan hukum pidana apabila dalam melakukan tugasnya dokter itu melakukan medical malpractice. Oleh karena itu membicarakan transplantasi ditinjau dari segi hukum berarti membicarakan perlindungan hukum dari gangguan yang mengancam kepentingan pihak-pihak yang terlibat dalam tindakan transplantasi yaitu: (a) perlindungan hukum terhadap dokter (yang memberikan pelayanan medis kepada pasien dan donor} dari gugatan pihak ketiga
(pasien), (b} perlindungan hukum terhadap pasien (resipien) dan (c} perlindungan hukum terhadap pemberi organ (donor} apabila pada waktu dilakukan transplantasi terjadi medical malpractice. Perlindungan hukum demikian
itu mempunyai arti penting bagi pihak-pihak yang
bersangkutan, karena Peraturan pelaksanaan transplantasi (Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1981) perlu peninjauan kembali misalnya tentang ?batasan mati" yang disimpulkan ?mati jantung" padahal pusat regulasi terletak di batang otak.
Dari segi kedokteran saat mati perlu ditetapkan, dalam hal transplantasi dari donor jenazah, dokter dihadapkan pada dua masalah yang harus diputuskan secara tepat melalui proses pengambilan keputusan yang relatif sangat singkat sehubungan dengan fungsi organ tersebut. Dokter (tim medis) harus memilih antara pertimbangan demi kesehatan penerima (resipien) yang akan ditransplantasi itu, atau pertimbangan akan harapan hidup donor yang mungkin masih diragukan kematiannya.
Faktor sosio-kultural dalam pelaksanaan transplantasi sangat berpengaruh, karena tampaknya nilai-¬nilai sosial budaya masyarakat Indonesia belum seluruhnya menerima kalau salah satu organ tubuh seseorang diambil untuk dimanfaatkan bagi orang lain yang membutuhkannya.
Pandangan hukum Islam terhadap hukum menyelenggarakan transplantasi merupakan hasil "ijtihad" para pakar agama Islam, dimasa yang akan datang sangat menunjang kemajuan ilmu kedokteran khususnya dan pelayanan medis pada umumnya di Indonesia.

"
1995
T20130
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soenardi Moeslichan
"ABSTRAK
Perkemhangan transplantasi organ saat ini telah mencapai keberhasilan yang sangat memuaskan. Di dalam buku Transplantation Proceeding 1979 telah dibahas keberhasilan transplantasi ginjal, hati, pankreas, jantung, dan sumsum tulang. Dalam kegiatan tranpiantasi, disamping kemampuan ketrampilan yang diandalkan dari para ahli bedah dalam teknik operasi, maka kemampuan lain yang bersifat multidisiplin juga diperlukan (Cortesini, 1979; Rapaport, 1979).
Salah satu disipiin yang akan dikemukakan dalam penelitian ini adalah peran laboratorium HLA (Human Leukocyte Antigen). Peran utamanya adalah mencocokkan antigen jaringan donor dan resipien dengan cara pemeriksaan HLA. Hal tersebut didasari oleh penelitian van Rood dkk. pada tahun 1966 yang mengemukakan bahwa ketahanan transplantasi kulit di antara saudara, yang memiliki sistem HLA dan golongan darah ABO yang identik, secara bermakna akan berlangsung lebih lama, dibandingkan dengan yang tidak identik. Hal itu menggambarkan bahwa sistem HLA (ditambah dengan sistem golongan darah ABO) merupakan suatu sistem histokompatibilitas mayor (van Rood dkk., 1966). Demikian pula Mathe dkk. (1967) mengemukakan, bahwa untuk mencapai suatu keberhasilan transplantasi sumsum tulang diperlukan golongan HLA donor dan resipien yang identik. Selanjutnya data keberhasilan van Rood pada tahun 1967 yang menyatakan, bahwa keberhasilan transplantasi ginjal sangat dipengaruhi oleh kecocokan sistem HLA donor dan resipien. Atas dasar keberhasilan tersebut, maka van Rood pada tahun 1967 untuk pertama kalinya mendirikan suatu organisasi internasional Eurotransplant. Organisasi ini mengatur pertukaran organ tubuh manusia di bidang transplantasi, terutama transplantasi ginjal. Organisasi ini mencatat orang yang potensial akan menjadi resipien ginjal, dan orang yang mencatatkan diri sebagai donor ginjal. Mereka ditentukan sistem HLA-nya. Apabila terjadi sesuatu musibah sehingga seorang donor meninggal, maka organisasi mencarikan beherapa talon resipien yang cocok sistem HLA-nya melaiui komputer, untuk menerima transplantasi ginjal tersebut (van Rood, 1967).
Mengenai besarnya jumlah kasus yang mendambakan transplantasi organ di Jakarta tidak sedikit. Misalnya Wahidiyat pada tahun 1985 melaporkan terdapatnya 40 kasus bare talasemia mayor setiap tahun di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSCM-FKUI. Sebenarnya diperkirakan akan terdapal 115 kasus bare talasemia mayor setiap tahun. Semuanya itu mendambakan kualitas hidup yang lebih baik. Salah satu usaha pengobatannya yang diuiiai baik pada saat ini adalah transplantasi sumsum tulang (Thomas dkk., 1982; Modell dan Petrol] 1983; Markum dkk., 1987). Transplantasi ginjal telah tercatat 96 kali dilakukan di Jakarta sejak tahun 1977 sampai tahun 1989 (Suhardjono dkk., 1989). Angka tersebut jauh Iebih rendah daripada angka transplantasi ginjal yang tercatat di UCLA Kidney Transplant Registry, yaitu sebanyak 16.000 penderita sejak tahun 1982 sampai dengan 1985 (Tokunaga dkk., 1986). Rendahnya angka transplantasi ginjal di Jakarta mungkin disebabkan oleh karena biaya transplantasi yang masih belum terjangkau oleh rata-rata penduduk Indonesia (Sidabutar, 1989).
Sebenarnya usaha untuk memeriksa HLA tersebut telah mulai dirintis oleh Markum di Jakarta sejak tahun 1970, dengan menggunakan teknik leukoaglutinasi (Markum dkk., 1971). Teknik tersebut sudah ditinggalkan pada saat ini. Publikasi tentang frekuensi antigen HLA pada suatu populasi Indonesia di Jakarta juga telah dilaporkan oleh Abdulsalam dkk. (1975), tetapi sarana laboratorium yang digunakan pada saat itu adalah Laboratorium Imunohematologi St. Louis, Paris.
Baru pada tahun 1979 di Laboratorium Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM mulai dilakukan penelitian tentang HLA dengan menggunakan teknik mikrolimfositotoksisitas. Antiserum yang digunakan adalah sumbangan dari Akademische Ziekenhuis Leiden. Mula-mula dilakukan penyususun calon anggota panel antigen HLA yang terdiri dari para anggota staf pang-ajar dan peserta program studi Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM. Berbagai kesulitan dialami, terutama terbatasnya antiserum yang dimiliki, sehingga diperoleh kesan bahwa kelangsungan laboratorium HLA ini tidak terjamin apabila tidak ditunjang dengan kemampuan untuk memperoleh antibodi HLA secara mandiri.
Bantuan untuk mengupayakan antiserum diperoleh dari Cornain, sebagai Konselor Asia Oceania Histocompatibilily Workshop Conference (AOHWC). Pada tahun 1985 satu set baterai antiserum diperoleh dari AOHWC, dalam rangka keikutsertaan pada konperensi tersebut. Selanjutnya Colombani pada tahun 1986 telah ikut menyumbang baterai antiserum yang berasal dari Paris.
Sementara itu berbagai pihak mulai menggunakan sarana pemeriksaan HLA ini untuk berbagai pemeriksaan penunjang klinis, antara lain untuk keperluan transplantasi ginjal, pemeriksaan HLA-B27 dalam kaitannya dengan penyakit sendi, dan beberapa permintaan uji paterniti yang dapat menguji garis keturunan. Untuk pelayanan masyarakat tersebut antiserum yang digunakan adalah antiserum komersial dari Miring dan Biotest, Jarman Barat. Harga antiserum tersebut sangat mahal. Terbatasnya antiserum sumbangan dan mahalnya antiserum komersial, serta kebutuhan pemeriksaan yang kian meningkat, menimbulkan pemikiran untuk mulai meneliti kemungkinan memperoleh efisiensi dalam penyusunan baterai antiserum untuk pemeriksaan HLA pra-transplantasi. Untuk menunjang terlaksananya peningkatan tersebut, perlu diteliti kemungkinan memperoleh antibodi HLA secara mandiri."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1990
D217
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marbun, Maruhum Bonar H.
"ABSTRACT
BACKGROUND:kidney transplantation has been developing rapidly in Indonesia in recent years, yet data on transplants' characteristics and survival is still unavailable. In Indonesia, only living donors are permitted. Living donor are advantageous, but challenging to recruit. This study aimed to establish the graft and patient survival rates and to describe the characteristics of recipient and donor as well as the process of donor recruitment and evaluation of kidney transplantation in Indonesia.METHODS:the study was a retrospective cohort on all donors and kidney transplant recipients at Cipto Mangunkusumo General Hospital (CMGH) from January 2011 to May 2017. Only recipients from January 2011 to May 2014 were included to establish the 1-year and 3-year graft and patient survival; which were described using Kaplan-Meier method. RESULTS:data from 492 kidney transplant procedures were obtained (donor median age, 30 (17 - 66) years; 25.1% were family-related. Recipients mean age, 47 (SD 13.18 years). Data from total of 138 kidney transplant recipients were further analyzed. The 1-year death- censored graft survival, all-cause graft survival and patient survival were 92 %, 82.6 % and 87%. The 3-year death-censored graft survival, all-cause graft survival and patient survival were 90.6%, 76.1% and 79.7%. Kaplan-Meier's curve showed the highest mortality rates occured in the early months.CONCLUSION:the 1-year graft and patient survival rate were 92% and 87%. The 3-year graft and patient survival rate were 90.6% and 79.7%. Only small percentage of donor were family-related. Living donor recruitment and evaluation are still a big challenge in Indonesia"
Jakarta: Interna Publishing, 2018
610 IJIM 50:2 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"This book presents the results of an international comparative study on the causes of rule deviation in business and medical organizations. Based on document and interview analyses as well as experiments, the discrepancy between (state) regulations and organizational practice is elaborated and discussed in an interdisciplinary perspective. On the basis of the distinction between organizational and individual deviance, it could be shown across national boundaries that the unwritten rules of the organization make a decisive contribution in explaining organizational wrongdoing, as well as their containment. Implications for effective prevention derived from this are also pointed out."
Germany: Springer VS Wiesbaden, 2023
e20550457
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Faiza Khalifa Pancaputri
"Skripsi ini membahas mengenai pengaturan transplantasi organ ditinjau dari perspektif Hak Asasi Manusia (HAM) serta menganalilis perbandingan hukum antara Indonesia dan Malaysia. Pemberian imbalan materiil maupun imateriil dalam transplantasi organ tidak diizinkan dengan dalih apapun. Berkaitan dengan hal tersebut, tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk menganalisis pengaturan mengenai transplantasi organ ditinjau dari perspektif HAM bagi Pendonor maupun Resipien. Skripsi ini juga akan menganalisis perbandingan hukum Indonesia dan Malaysia, mengingat Malaysia merupakan negara yang juga melarang adanya jual beli organ. Metode penelitian yang digunakan untuk penulisan skripsi ini adalah metode penelitian hukum normatif. Dalam metode penelitian normative, penelitian ini akan menggunakan implementasi ketentuan hukum normatif (undang-undang) yang berlaku di Indonesia dan Malaysia. Indonesia dan Malaysia melarang adanya praktik jual beli organ dan menegaskan bahwa transplantasi organ dilakukan hanya untuk tujuan kemanusiaan. Walaupun Pendonor menyetujui untuk menjual organnya, jual beli organ tetap tidak diizinkan. Perlu adanya badan resmi negara yang mengawal jalannya proses transplantasi organ. Badan tersebut disebut dengan Komite Transplantasi Nasional.

This thesis analize organ transplantation from the Human Rights Perspective and comparing the law between Indonesia and Malaysia about organ transplantation. Material nor immaterial rewards are not permitted under any pretext. In this regard, the purpose of this thesis is to analyze law related to organ transplantation from a human rights perspective either for donors and also recipients. This thesis will also discuss the laws of Indonesia and Malaysia related to organ transplantation because Malaysia also prohibit the existence of organ trading. The research method used to study this thesis is the normative legal research method. In the normative research method, this research will use laws and regulations in Indonesia and Malaysia. Indonesia and Malaysia prohibit the existence of organ trading and only approve organ transplantation for humanitarian goals. Although the donor is approved to sell their organs, buying and selling organs is still not permitted. An official state agency is needed to oversee the process of organ transplantation. The official state agency is called the Komite Transplantasi Nasional.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library