Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Belinda Agustya Pawidya Putri
Abstrak :
Theraplay digunakan untuk mengatasi masalah insecure attachment yang termanifestasi melalui perilaku oposisi pada anak usia 5 tahun dengan diagnosis oppositional defiant disorder. Subyek mendapatkan pengalaman baru yang lebih positif, responsif, dan menyenangkan melalui aktivitas bermain dalam sesi theraplay bersama dengan peneliti. Aktivitas bermain disusun berdasarkan dimensi-dimensi yang disesuaikan dengan kebutuhan subyek yang tergambar dari hasil MIM awal yaitu beberapa aktivitas yang dilakukan oleh ibu dan subyek. Interaksi menyenangkan yang awalnya tercipta antara peneliti dan subyek, kemudian berusaha dibentuk antara ibu dan subyek. Pelaksanaan treatment dilakukan dalam 9 sesi yang berlangsung ± 45 menit dalam setiap sesinya. Hasil dari treatment ini adalah subyek merasa lebih secure yang terlihat dari perubahan perilaku ke arah yang lebih positif yaitu patuh terhadap figur otoritas dan terdapat penurunan frekuensi serta intensitas dalam perilaku memukul ketika marah. Subyek sudah lebih mudah ditenangkan ketika marah dan hanya menampilkan perilaku memukul ketika merasa terganggu oleh lingkungannya. Ibu juga merasa lebih nyaman ketika berinteraksi dengan subyek dan merasa lebih dekat dengan subyek. ......Theraplay is applied to handle the problem of insecure attachment which manifests through behaviors in children aged 5 years with oppositional defiant disorder diagnosis. Subject get a new experience of subjects that are more positive, responsive, and fun through play activities in the theraplay session along with researchers. Activity in the theraplay arranged by dimensions which made based on the needs of the subjects that are reflected from MIM result from the activities that done by mothers and subjects. Fun interaction that originally created between researchers and the subjects, then tried to be formed between mother and subjects. Implementation of the treatment is done in 9 sessions that lasted 45 minutes in each session. Results of this treatment are subject feel more secure in sight of behavior change toward more positive that is obedient to authority figures and there is a decrease in frequency and intensity in the behavior of hitting when angry. The subject is more easily soothed when angry and displays hitting behavior only when he was annoyed by their surroundings. Mother of the subject also feel more comfortable when interacting with the subject and feel closer to the subject.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T30651
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dili Indriawati Hidayat
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan meneliti efektivitas dari pelatihan mengelola kemarahan pada anak dengan Oppositional Defiant Disorders (ODD). Penanganan yang dilakukan tergolong dalam program intervensi awal. Program pelatihan merupakan modifikasi dari Anger Coping Program yang dikembangkan oleh Lochman pada tahun 1984. Pelatihan dilakukan pada satu orang anak laki-laki berusia 10 tahun yang didiagnosis mengalami ODD. Tujuan dari pelaksanaan pelatihan ini yaitu agar anak dapat mengelola kemarahan sehingga dapat menurunkan frekuensi kemarahannya. Sasaran pelatihan adalah agar anak dapat mengenali perasaan, mengetahui cara-cara mengelola kemarahan, dan mengetahui cara pemecahan masalah sosial. Pelatihan dilakukan selama 9 sesi. Materi pelatihan yang diberikan adalah penetapan aturan, mengenali emosi, mengelola kemarahan dan pemecahan masalah sosial. Dalam mengelola kemarahan anak dilatih teknik relaksasi dan anger coping self-talk. Metode pelatihan yang digunakan bervariasi yaitu modeling, penjelasan singkat, simulasi dan bermain peran. Hasil pelatihan memperlihatkan terjadinya perkembangan ketrampilan mengelola kemarahan pada anak. Ketrampilan yang berkembang pada anak adalah ketrampilan untuk mengenali emosi dan mengekspresikan emosi, mengelola kemarahan dengan teknik relaksasi dan anger coping-self talk. Setelah pelatihan terdapat penurunan frekuensi kemarahan pada anak dan anak lebih lebih banyak menunjukkan ekspresi kemarahan dalam bentuk verbal daripada perilaku agresif. Hasil penelitian menyarankan untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan observasi perilaku anak sebelum dan setelah pelaksanaan pelatihan untuk mendapatkan hasil evaluasi perkembangan ketrampilakan anak yang lebih akurat, pengambilan data untuk evaluasi dalam rentang waktu yang lebih lama. Untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal pada pelatihan selanjutnya perlu adanya pendalaman setiap topik materi dan penambahan sesi pelatihan, pelatihan dalam bentuk kelompok dan melibatkan orang tua dalam sesi pelatihan dan kegiatan lanjutan dari pelatihan.
2007
T38011
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Munardyansih
Abstrak :
Orangtua sering mengalami kesulitan menanggulangi anak usia sekolah yang mudah marah, sering menentang dan menunjukkan reaksi emosi yang tak terkendali atau agresif. Tak jarang orangtua terjebak situasi konflik yang emosional dan terpancing melakukan tindak kekerasan yang menjadi model perlaku agresif pada anak sehingga masalah perilaku anak tak mudah diatasi. Kesulitan mengendalikan emosi demikian terjadi pada D (9 tahun) subyek penelitian ini yang terlihat sejak D memiliki adik pada usia 4 tahun dan orangtua lebih menaruh perhatian pada adiknya yang lahir dengan kelainan jantung bawaan. Pada masa usia sekolah frekuensi marah terjadi setiap hari, sering konflik dengan anggota keluarga dirumah, mengalami kesulitan dalam berteman dan kerap memperoleh hasil belajar yang kurang baik, sekalipun tergolong cerdas dan memiliki intelligensi diatas taraf rata-rata. Kemarahan dan perilaku menentang yang maladaptif menunjukkan D kurang memiliki kemampuan pengendalian emosi sesuai taraf perkembangan anak usia sekolah, yang umumnya mampu mengontrol dan mengarahkan tindakannya untuk menjalin kerjasama dengan oranglain. Perilaku demikian sexing terjadi pada anak Oppositional Defiant Disorder (ODD) yaitu gangguan perilaku yang ditandai oleh pola perilaku menentang, menantang dan memusuhi (hostile) yang terutama ditujukan pada orangtua (APA, 2000). D memenuhi kriteria diagnosa ODD. Kemarahan anak ODD disebabkan oleh proses kognitif yang disfungsi dan mengalami defisit kognitif yang herdampak pada keterbatasan kemampuan mengendalikan emosi dan mengatasi masalah sosial (Mash & Wolfe, 1999). Disfungsi dan defisit kognitif merupakan fokus masalah Cognitive Behavior Therapy (CBT). CBT merupakan intervensi kognitif yang secara emperis telah terbukti efektif untuk mengelola kemarahan dan menanggulangi anak yang mengalami masalah interpersonal (Stallard 2005) Penelitian ini bertujuan untuk meneliti bagaimana teknik CBT dapat diterapkan untuk mengendalikan marah pada anak ODD usia sekolah dengan menggunakan metode yang dikembangkan Stallard. Intervensi ditujukan untuk meningkatkan kesadaran diri, pemahaman lebih baik mengenai perasaan dan pemikiran negatif yang menimbulkan kemarahan, dan mengembangkan pengendalian din melalui ketrampilan kognisi dan perilaku yang sesuai. Intervensi terbagi atas kegiatan untuk mengendalikan emosi dan kognisi. Fokus intervensi masing-masing melalui tahapan Identifikasi masalah (mengenali pencetus dan reaksi kemarahan D, pemikiran negatif yang disfungsi dan defisit kognitif), mengembangkan ketrampilan yang sesuai untuk mengendalikan marah (menurunkan ketegangan dengan latihan relaksasi, pengaturan pemahman dan mengganti pemikiran negatif dengan pemildran yang menenangkan atau menurunkan reaksi marah dengan 'self instructional ), mengenali dan menguji disfungsi kognisi yang mempengaruhi kehidupan anak. Pada penelitian menunjukkan bahwa tehnik CBT yang digunakan memudahkan D untuk menyadari serta memahami kesulitannya dan mengetahui langkah untuk melakukan perubahan atau mengendalikan reaksi marahnya. Hasil penelitian menunjukkan perubahan pada D, dimana ia lebih mampu mengendalikan perasaannya ketika menyadari mulai timbul perasaan marah dengan berusaha menurunkan ketegangan dan menenangkan diri dengan pemikiran yang positif Selama periode penelitian frekuensi marah tidak terjadi setiap hari. Namun pada penelitian ini penerapan keterampilan bare yang dikuasai D belum menetap sehingga untuk mencegah terjadinya relaps diperlukan program untuk evaluasi berkala dan melibatkan peran aktif orangtua sebagai co-clinician. Kelemahan lainnya dalam penelitian ini adalah pada desain penelitian yang belum meneakup pelatihan keterampilan pemecahan masalah dan keterampilan sosial. Kelemahan lainnya adalah jumlah perencanaan sesi dan jangka waktu pertemuan untuk dapat mempertahankan dan mengevaluasi keterampilan kognisi baru yang telah dipelajari. Saran dalam penelitian ini adalah terkait dengan perencanaan desain penelitian, perencanaan jumlah sesi dan peningkatan peran orangtua dalam program CBT.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
T17815
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Listiyo Andini
Abstrak :
Pelatihan keterampilan memecahkan masalah dalam lugas akhir ini diberikan pada anak yang, cendemng menunjukkan perilaku opposi1iona1_ yaitu lidak menyukai peraturan, cenderung menampilkan respon ”Lidak” setiap mendapatkan perintah, terbatasnya kemampuan F dalam mencazi soiusi altemalif, dan tidak mempertimbangkan adanya konsekuensi alas respon yung dipilih. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan anak dalam memecahkan masalah sam menghadapi situasi sosial yang sulit dan memilih respon sosial yang tepai dengan menggmmakan pendekatan cognitive-behavior. Pelaksanaan intervensi clilakukan dalam 6 scsi penemuan, dengan durasi 45-60 menit. Hasil pelatihan ini adalah anak menganggap peraluran adalah hal yang biasa dalam kehidupan sehari-hari, mengetahui adanya alternatif soiusi dalam menghadapi suatu masalah dan adanya konsekuensi pada setiap altematif solusi tersebut. ......Problem solving skills training in this final task is applied to oppositional child; who dislike the rules, tends to say “No” to authority figure commands, incapable to End alternative solutions, and could not consider consequences of his inappropriate behavior. The aim of this intervention which uses cognitive- behavior approach is to improve the chi1d’s ability to solve social situation problems and show appropriate behavior. This intervention is conducted in 6 sessions; with the duration of each session is 45-60 minutes. The result of this intervention is considering that rules are regular things in daily life, capable to generate altemative solutions to solve problems in social situations, and knowing the consequences of his inappropriate behavior.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
T34128
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yohana Yessi Kostensius
Abstrak :
Skripsi ini membahas mengenai representasi sejarah Jerman Timur dalam film Goodbye, Lenin!. Penelitian ini menggunakan teori Reperesentasi dan Identitas dari Stuart Hall dalam menganalisis keseharian masyarakat Jerman Timur dalam narasi film. Penelitian ini membuktikan bahwa terdapat paradoks dalam rekonstruksi sejarah yang direpresentasikan dalam sumber resmi (film dokumenter, siaran televisi, koran dan sebagainya) dengan keseharian masyarakatnya. Perbedaan ini memperlihatkan adanya propaganda ideologi rezim yang berkuasa dalam sejarah yang ditampilkan ke hadapan masyarakat melalui sumber-sumber resmi tersebut. Sejarah sebagi produk budaya adalah media propaganda bagi pemerintah dan tidak pernah tampil sebenar-benarnya. ......This thesis is about the representation of East Germany_s history in the film Goodbye, Lenin!. This thesis is using the theory of Stuart Hall i.e. the representation and cultural identity as the tool to analyze the images of East German_s daily life. The research proves that there is an oppositional image in the reconstruction of history that is represented in official sources (documentary film, broadcast television, newspaper and so on) and in everyday life. Furthermore it also proves that ideological propaganda of the ruling regimes does exist in the history through those official sources. History as a cultural product is media propaganda for the government and never appears in truth, whereas the daily routine of ordinary people is the opposite of the ideology. This film also shows that the aftermath of the German Reunification, which was propagated as a success still has another side of the story, the dissatisfaction of the former people of GDR.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S14261
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eleonora Bergita
Abstrak :
[ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan untuk mendapatkan gambaran tentang posisi penerimaan pesan remaja terhadap pesan sanitasi yang diterima dalam Sosialisasi Sanitasi Publik yang dilaksanakan di Cimahi dan Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan konsep teori penerimaan pesan Encoding- Decoding oleh Stuart Hall, dengan teori pendukung Theory of Planned Behavior oleh Icek Ajzen dan Human-Processing Information. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Latar belakang penelitian adalah pentingnya peran remaja yang dengan kemampuan kognitifnya mampu menerima pesan sanitasi sehingga dalam kondisi masyarakat yang minim kesadaran sanitasi dapat berperan dalam menyebarkan pentingnya pesan dalam masyarakat yang sebagian besar hidup dalam lingkungan yang kotor dan mengalami banyak penyakit terkait dengan kebersihan lingkungan, seperti diare dan lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa posisi narasumber remaja pada umumnya dominant-hegemonic, dan ada pula yang negotiated. Posisi penerimaan pesan sanitasi remaja tersebut ditentukan oleh pengalaman hidupnya. Posisi penerimaan pesan didukung dengan penelitian melalui Theory of Planned Behavior melalui analisis human information processing untuk melihat faktor-faktor yang membentuk intensi remaja terhadap pesan sanitasi, yaitu attitude toward behavior yang positif, adanya subjective norms, dan juga kontrol perilaku atau faktor-faktor yang mendorong atau penghambat penerimaan pesan remaja. Penelitian ini dilakukan melalui humaninformation processing.
ABSTRACT
The research has been conducted to get a description on the adolescents? audience reception positions on sanitation public diplomacy campaign in Cimahi and Yogyakarta. The research used the audience reception theory ? particularly the encoding-decoding theory developed by Stuart Hall, supported by other theory from Icek Ajzen called Theory of Planned Behavior and human processing information. The research is conducted using a qualitative approach. The background of the research is that with their cognitive development adolescence can receive complex message and can play an important role to spread sanitation message among the society, even though most of them are living under poor sanitation condition which causes several diseases, such as diarrhea. The research shown that most of the adolescence informants have chosen a dominanthegemonic position, and one of them has a negotiated position. The positions is supported by a research using the Theory of Planned Behavior through human information processing to look for factors which create adolescence?s intention to sanitation message, which include positive attitude toward behavior, subjective norms, and perceived behavior control or factors which encourage or impede adolescence?s reception on the message. The reseach has been conducted using human information processing.;The research has been conducted to get a description on the adolescents? audience reception positions on sanitation public diplomacy campaign in Cimahi and Yogyakarta. The research used the audience reception theory ? particularly the encoding-decoding theory developed by Stuart Hall, supported by other theory from Icek Ajzen called Theory of Planned Behavior and human processing information. The research is conducted using a qualitative approach. The background of the research is that with their cognitive development adolescence can receive complex message and can play an important role to spread sanitation message among the society, even though most of them are living under poor sanitation condition which causes several diseases, such as diarrhea. The research shown that most of the adolescence informants have chosen a dominanthegemonic position, and one of them has a negotiated position. The positions is supported by a research using the Theory of Planned Behavior through human information processing to look for factors which create adolescence?s intention to sanitation message, which include positive attitude toward behavior, subjective norms, and perceived behavior control or factors which encourage or impede adolescence?s reception on the message. The reseach has been conducted using human information processing., The research has been conducted to get a description on the adolescents‘ audience reception positions on sanitation public diplomacy campaign in Cimahi and Yogyakarta. The research used the audience reception theory – particularly the encoding-decoding theory developed by Stuart Hall, supported by other theory from Icek Ajzen called Theory of Planned Behavior and human processing information. The research is conducted using a qualitative approach. The background of the research is that with their cognitive development adolescence can receive complex message and can play an important role to spread sanitation message among the society, even though most of them are living under poor sanitation condition which causes several diseases, such as diarrhea. The research shown that most of the adolescence informants have chosen a dominanthegemonic position, and one of them has a negotiated position. The positions is supported by a research using the Theory of Planned Behavior through human information processing to look for factors which create adolescence‘s intention to sanitation message, which include positive attitude toward behavior, subjective norms, and perceived behavior control or factors which encourage or impede adolescence‘s reception on the message. The reseach has been conducted using human information processing.]
2015
T43744
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aland Diknas Tanada
Abstrak :
[ABSTRAKbr Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana pengaruh karakteristik interaksi di dalam komunitas tersebut bisa mempengaruhi perceived benefits yang dirasakan anggota komunitas, apakah perceived benefit yang mereka rasakan bisa mengembangkan community commitment mereka, serta melihat pengaruh dari community commitment terhadap oppositional brand loyalty. Sampel penelitian ini adalah anggota beberapa komunitas mobil yang ada di Indonesia, dengan jumlah sampe valid sebanyak 133 responden. Data diolah dengan menggunakan metode Structural Equation Modelling. Hasil analisis menunjukkan bahwa community engagement dari brand community membuat anggota merasakan banyak benefits. Selanjutnya, learning benefits merupakan faktor utama untuk membentuk community commitment. Tapi, ketika anggota memiliki community commitment, mereka tidak akan membentuk oppositonal brand loyalty terhadap merek pesaing lainnya. ;This study aims to analyze how the influence of the interaction characteristics in the community can affect the perceived benefits are felt by members of the community, whether the perceived benefits they feel they can develop community commitment, as well as see the influence of community commitment towards oppositional brand loyalty. The sample of this research are member of several existing automobiles community in Indonesia, with the number of valid sample as many as 133 respondents. The data is processed by using Structural Equation Modeling. The analytical results reveal that community engagement of brand community make members perceive many benefits. Furthermore, learning benefits are the main factors to form community commitments. But, when members have community commitments, they will not form oppositional brand loyalty to other rival brands. ;This study aims to analyze how the influence of the interaction characteristics in the community can affect the perceived benefits are felt by members of the community, whether the perceived benefits they feel they can develop community commitment, as well as see the influence of community commitment towards oppositional brand loyalty. The sample of this research are member of several existing automobiles community in Indonesia, with the number of valid sample as many as 133 respondents. The data is processed by using Structural Equation Modeling. The analytical results reveal that community engagement of brand community make members perceive many benefits. Furthermore, learning benefits are the main factors to form community commitments. But, when members have community commitments, they will not form oppositional brand loyalty to other rival brands. ;This study aims to analyze how the influence of the interaction characteristics in the community can affect the perceived benefits are felt by members of the community, whether the perceived benefits they feel they can develop community commitment, as well as see the influence of community commitment towards oppositional brand loyalty. The sample of this research are member of several existing automobiles community in Indonesia, with the number of valid sample as many as 133 respondents. The data is processed by using Structural Equation Modeling. The analytical results reveal that community engagement of brand community make members perceive many benefits. Furthermore, learning benefits are the main factors to form community commitments. But, when members have community commitments, they will not form oppositional brand loyalty to other rival brands. , This study aims to analyze how the influence of the interaction characteristics in the community can affect the perceived benefits are felt by members of the community, whether the perceived benefits they feel they can develop community commitment, as well as see the influence of community commitment towards oppositional brand loyalty. The sample of this research are member of several existing automobiles community in Indonesia, with the number of valid sample as many as 133 respondents. The data is processed by using Structural Equation Modeling. The analytical results reveal that community engagement of brand community make members perceive many benefits. Furthermore, learning benefits are the main factors to form community commitments. But, when members have community commitments, they will not form oppositional brand loyalty to other rival brands. ]
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
S59024
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabors, Laura
Abstrak :
This textbook provides a comprehensive overview of medical and mental illness in children, detailing how psychological, academic, and social functioning can be enhanced – and inherent challenges overcome – in young patients. The volume describes best-practices in depth, including how to ensure accurate diagnosis, developmentally appropriate treatment, and effective coordination between medical and school personnel. It discusses common medical conditions (e.g., asthma, cancer, diabetes) and mental health conditions (e.g., autism, ADHD, depression), emphasizing the critical role of health education in promoting optimal outcomes. Topics featured in this text include:  * Screening and diagnosis practices for children with medical and mental illness.  * Chronic and condition-related pain in children. * Medical fears that may interfere with treatment and positive health behaviors * Health education and coping strategies for children. * Recommendations for family-directed interventions. * Illustrative case studies and review questions. Medical and Mental Health During Childhood is an essential text for graduate students as well as a valuable reference for researchers, professors, and clinicians in clinical child and school psychology, social work, public health, family studies, educational psychology and counseling, health education, and allied disciplines.
Switzerland: Springer International Publishing, 2016
e20528416
eBooks  Universitas Indonesia Library