Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ghina Hanifah
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel Online Disinhibition dan Religiositas terhadap perilaku perundungan siber. Variabel Online Disinhibition memiliki dua dimensi yaitu dimensi Benign Disinhibition dan dimensi Toxic Disinhibition. Responden penelitian merupakan 137 orang mahasiswa yang berdomisili di Jabodetabek. Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner yang disebarkan secara daring. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Online Disinhibition khususnya dimensi Toxic Disinhibition memiliki hubungan yang signifikan terhadap perilaku perundungan siber, namun variabel Online Disinhibition dimensi Benign Disinhibition dan variabel Religiositas tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap perilaku perundungan siber.
ABSTRACT
This study aims to see the association among online disinhibition and religiosity toward cyberbullying perpetration. Online disinhibition has two dimensions which is Benign Disinhibition and Toxic Disinhibition. Respondents of this study is 137 college students located in Jabodetabek. The data collecting instrument is online questionnaire. Study result shows that only online disinhibiton, especially toxic disinhibition, has significant effect on cyberbullying, however, benign disinhibition and religiosity doesnt have significant effect on cyberbullying.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Asmarani Aditya
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang mengapa remaja melakukan perundungan siber pada media sosial, terutama Ask.fm. Dengan fitur tak kasat mata dan anonim yang disediakan oleh Ask.fm, pengguna sering melakukan perundungan siber karena memberi pengguna keuntungan untuk tidak diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk memahami secara mendalam apa yang menyebabkan orang merundung orang lain di media sosial seperti Ask.fm. Perilaku agresif pengguna pada Ask.fm, dipicu oleh enam faktor penghambatan online - di mana mereka mengatakan dan melakukan sesuatu secara online yang terbatas di dunia nyata. Penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif dengan wawancara mendalam sebagai pendekatan pengumpulan data. Ditemukan bahwa faktor yang menyebabkan penghambatan online seperti tak terlihat, asynchronicity, introspeksi solipsistik, imajinasi disosiatif, meminimalkani status dan wewenang, anonimitas disosiatif memicu pengguna untuk melakukan perundungan secara online terutama pada Ask.fm, dan superioritas, ketakutan, dan penyombong memicu orang untuk melakukan perundungan secara umum. Dengan demikian, disarankan untuk mengintegrasikan materi perundungan siber ke sekolah. Sehingga, staf sekolah dan guru dapat mengedukasi konsekuensi dari perundungan siber dan mencegah perundungan lebih lanjut
ABSTRACT
This research is about why teenagers do cyberbully on social media, primarily Ask.fm. With invisibility and anonymous feature that Ask.fm provides, users engage in cyberbullying more often since it is giving users the advantage to be unknown. This research aims to understand in depth on what causes people to bully other people on social media such as Ask.fm. The aggressiveness of users behavior on Ask.fm is triggered by six factors of online disinhibition where they say and do things online that is limited in real world. This research uses qualitative data analysis with an in depth interview as its approach for data collection. It is found that factors that cause online disinhibition such as invisibility, asynchronicity, solipsistic introjection, dissociative imagination, minimization of status and authority, dissociative anonymity trigger users to bully online primarily on ask.fm, and superiority, fear, and braggers trigger people to bully in general. Thus, it is suggested to integrate cyberbullying materials into school. Thus, school staff and teacher can educate the consequences of cyberbullying and prevent further bullying action
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Azzahra Firdausya Sunaryo
Abstrak :
Komunikasi yang kini dimudahkan dengan kemunculan media sosial juga memiliki konsekuensi buruk, seperti aksi cancel culture yang berujung pada tindakan cyberbullying. Cancel culture merupakan sebuah praktik pemboikotan terhadap seseorang yang dianggap melanggar norma. Figur publik seringkali menjadi target utama cancel culture di internet dikarenakan rumor yang disebarkan di media sosial. Dengan menggunakan metode kualitatif studi kasus dan kajian literatur, tulisan ini bertujuan untuk menganalisis cancel culture dan cyberbullying terhadap aktor Korea Selatan Kim Seonho dan idol Kim Garam di forum daring dan Twitter dengan konsep efek disinhibisi online, di mana batasan komunikasi hilang apabila dilakukan secara daring dibandingkan secara tatap muka. Hasil dari analisis menunjukkan bahwa empat dari enam dimensi efek disinhibisi online paling tampak di kasus cancel culture dan cyberbullying kedua figur publik ini, yakni dissociative anonymity, asynchronicity, dissociative imagination, dan minimization of status and authority, dengan anonimitas sebagai faktor utamanya. ......The presence of social media in the contemporary media landscape has made communication more accessible. However, the emergence of such a platform also comes with cultural consequences, such as cancel culture–a practice of boycotting someone who is considered to have violated the norm–which often leads to cyberbullying. Public figures have become the main target of cancel culture which is amplified by the online rumors spread on social media. By using qualitative case study methods and literature review, this paper aims to analyze the cancel culture and cyberbullying against South Korean actor Kim Seonho and idol Kim Garam in online forums and Twitter, with the concept of the online disinhibition effect, where communication boundaries disappear as it takes place online. The result shows that four among six dimensions of the online disinhibition effect, namely dissociative anonymity, asynchronicity, dissociative imagination, and minimization of status and authority are present in the cancel culture and cyberbullying of these two public figures, with anonymity being the main factor.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library