Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
Ardela Maesyaroh
"Ondel-ondel sebagai kesenian Betawi telah mengalami perkembangan dari kesenian arak-arakan rakyat menjadi ikon kota Jakarta. Unsur pendukung kesenian ondel-ondel tetap eksis dan berkembang adalah dengan adanya sanggar. Sanggar Beringin Sakti sebagai salah satu kelompok kesenian ondel-ondel yang sudah aktif dari sebelum tahun 1970-an memiliki peran besar dalam mengembangkan ondel-ondel. Berbeda dengan penelitian sebelumnya karya Joko Susanto yang hanya berfokus kepada komposisi musik yang digunakan Sanggar Beringin Sakti. Fokus penelitian ini adalah peran Sanggar Beringin Sakti dalam mengembangkan ondel-ondel di Jakarta mulai dari terbentuknya hingga lahirnya anak sanggar terakhir dari Sanggar Beringin Sakti. Penelitian ini menggunakan metode sejarah dengan empat tahapan, yaitu heuristik, kritik, intepretasi, dan historiografi. Pada tahapan heuristik, mengumpulkan data berupa wawancara dengan pemilik Sanggar Beringin Sakti, artikel jurnal, surat kabar dari Perpustakaan Nasional RI, dan buku. Hasil penelitian ini adalah Sanggar Beringin Sakti menjadikan ondel-ondel sebagai ikon kota Jakarta yang aktif melaksanakan berbagai kegiatan seperti acara perfilman kesenian, pembukaan acara atau perayaan khusus kota Jakarta, dan menampilkan ondel-ondel dalam bentuk cendera mata dan boneka penerima tamu, selain itu Sanggar Beringin Sakti mampu mengembangkan ondel-ondel dengan menjadikan sanggar sebagai tempat belajar dan regenerasi dengan melahirkan anak-anak sanggar yang aktif dan eksis sesuai pakemnya di masa modern saat ini.
Ondel-ondel as a Betawi art has developed from a folk art procession to become an icon of the city of Jakarta. The supporting element of ondel-ondel art that still exists and develops is the existence of a studio. Sanggar Beringin Sakti as one of the ondel-ondel art groups that has been active since before the 1970s has played a major role in developing ondel-ondel. This is different from the previous research by Joko Susanto, which only focused on the music composition used by Sanggar Beringin Sakti. The focus of this research is the role of Sanggar Beringin Sakti in developing ondel-ondel in Jakarta from its formation until the birth of the last studio child of Sanggar Beringin Sakti. This study used the historical method with four stages, namely heuristics, criticism, interpretation, and historiography. At the heuristic stage, collecting data in the form of interviews with the owner of Sanggar Beringin Sakti, journal articles, newspapers from the National Library of Indonesia, and books. The result of this research is that Sanggar Beringin Sakti made ondel-ondel as an icon of the city of Jakarta which actively carried out various activities such as art film events, opening special events or celebrations for the city of Jakarta, and displaying ondel-ondel in the form of souvenirs and dolls for the receptionist. Beringin Sakti is able to develop ondel-ondel by making the studio a place for learning and regeneration by giving birth to studio children who are active and exist according to the standards in today's modern times."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Fahmi Ardiansyah Ramadhan
"Globalisasi telah memberikan dampak signifikan terhadap perkembangan makna dan fungsi dari Ondel-ondel. Hal ini semakin ditunjukkan dengan maraknya praktik mengamen dan mengemis menggunakan Ondel-ondel di tengah-tengah masyarakat. Praktik pengamen dan mengemis menggunakan Ondel-ondel kemudian memunculkan berbagai kontroversi di tengah masyarakat, khususnya masyarakat Betawi, yang dianggap menyinggung nilai-nilai budaya dan identitas Betawi. Penelitian dilakukan menggunakan metode etnografi, dengan proses observasi lapangan, pengumpulan data sekunder, dan wawancara mendalam kepada sembilan informan yang terdiri dari tiga pengamen/pengemis Ondel-ondel, empat pengrajin/sanggar Betawi, dan Tokoh Betawi yang berlokasi di DKI Jakarta dan Kota Bekasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat keberagaman latar belakang dan pengalaman pada penggiat budaya Ondel-ondel seperti perbedaan keturunan, pendidikan, lingkungan, yang selanjutnya mempengaruhi pilihan praktik yang mereka lakukan dan hayati. Perbedaan pengalaman, dan penghayatan tersebut berdampak terhadap pilihan praktik-praktik yang dilakukan, seperti pertunjukkan Ondel-ondel di acara-acara resmi, membuat dan menjual Ondel-ondel, mengamen, dan mengemis menggunakan Ondel-ondel. Penggiat budaya Ondel-ondel dapat mengidentifikasi dan memahami praktik-praktik yang mereka lakukan sebagai upaya untuk melestarikan budaya, atau hanya sebatas memenuhi kebutuhan ekonomi. Melalui penelitian ini juga dapat diketahui bahwa lanskap masyarakat pada saat ini semakin kosmopolitan, yang juga turut mempengaruhi keberagaman praktik-praktik dalam budaya Ondel-ondel.
Globalization has had a significant impact on the development of the meaning and function of Ondel-ondel. These are shown by the widespread practice of busking and begging using Ondel-ondel in the community. The practiced of busking and begging using Ondel-ondel then led to various controversies in the community, especially the Betawi community, which were considered to offend Betawi cultural values and identity. This research used ethnographic methods, with a field observation process, secondary data collection, and in-depth interviews with nine informants consisting of three Ondel- ondel buskers/beggars, four Betawi artist/sanggar, and Betawi figures located in DKI Jakarta and Bekasi City. The results show that there are various backgrounds and experiences of Ondel-ondel cultural activists such as differences in heredity, education, and environment, which further influences the choice of practice they do and live. Differences in experience and appreciation have an effect on the choice of practiced that are carried out, such as Ondel-ondel performances at official events, making and selling Ondel-ondel, busking, and begging using Ondel-ondel. Ondel-ondel cultural activists can identify and understand the practices they carry out as an effort to preserve culture or only to meet economic needs. Through this research, also be known that the current landscape of society is increasingly cosmopolitan, which also influences the diversity of practices in Ondel-ondel culture."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Leli Rahmawati
"Dalam tulisan ini saya tertarik untuk membahas mengenai kehidupan pengamen ondel-ondel jalanan sebagai kaum marginal yang beradaptasi dan bertahan hidup di perkotaan dengan memanfaatkan kesenian ondel-ondel Betawi untuk mengamen. Penelitian dilaksanakan di wilayah Pasar Gaplok, Kramat Pulo, Jalan Kembang Pacar, Kelurahan Kramat, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat, yang biasa disebut dengan kampung ondel-ondel. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan teknik wawancara mendalam dan observasi partisipan. Fokus perhatian dalam skripsi ini untuk mengetahui bagaimana proses degradasi budaya kesenian ondel-ondel Betawi dari bentuk tradisi yang sakral menjadi pertunjukan ondel-ondel jalanan yang dikomersialisasikan, saya kemudian mencari tahu alasan para pengamen jalanan menggunakan kesenian ondel-ondel sebagai sarana untuk mengamen dan bertahan hidup di kota Jakarta. Hasil Penelitian menunjukkan minimnya lapangan pekerjaan, pemahaman yang rendah terhadap kebudayaan, keterbatasan pengetahuan dan kemampuan membuat para pengamen memanfaatkan kesenian ondel-ondel Betawi untuk mengamen secara terus-menerus. Hal ini merupakan sebuah pilihan yang ditempuh pengamen ondel-ondel jalanan agar tetap dapat melangsungkan kehidupan mereka yang terkepung dalam kemiskinan
In this thesis, I am interested in discussing the life of street ondel-ondel buskers as marginal people who adapt and survive in urban areas by utilizing Betawi ondel-ondel art for busking. The study was conducted in the Gaplok Market area, Kramat Pulo, Jalan Kembang Pacar, Kramat Village, Senen District, Central Jakarta, commonly referred to as ondel-ondel village. The method used in this study is a qualitative research method with in-depth interviews and participant observation. The focus of attention in this thesis is to find out how is the process of degradation of Betawi ondel-ondel art culture from the form of sacred traditions to commercialized street ondel-ondel performance, then I search for out the reasons for street buskers in using ondel-ondel art as a means of busking and survival in the city of Jakarta. The results shows that lack of jobs, a low understanding of culture, limited knowledge and the ability have made buskers use Betawi ondel-ondel art for busking on an ongoing basis. This way of life has been chosen by the street buskers to make them continue on living their lives trapped in poverty."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library