Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hirsa Antari Sukma
"Latar belakang: Pekerja perusahaan minyak dan gas berisiko mengalami stres akibat kerja. Sebanyak 15% pekerja minyak dan gas di Timur Tengah mengalami ansietas dan 18% pekerja mengalami depresi akibat pekerjaan. Triptofan merupakan asam amino esensial sebagai prekursor serotonin dan melatonin yang memiliki efek anti depresan berperan dalam manajemen stres psikososial individu.
Tujuan: Menguji hubungan antara kadar asupan triptofan harian dan faktor risiko stres di tempat kerja dengan skor stres kerja berdasarkan short version new brief job stress questionnaire (SV-NBJSQ) versi Bahasa Indonesia.
Metode: Penelitian potong lintang pada 14 orang pekerja offshore dan 20 orang pekerja onshore. Stres kerja, tuntutan pekerjaan dan sumber daya pekerjaan dinilai menggunakan SV-NBJSQ yang menghasilkan skor 1–4, nilai mendekati 4 menunjukkan status yang lebih baik. Data sosio-demografi dan asupan nutrisi pekerja diperoleh dari wawancara dan kuesioner. Pekerja diminta untuk mengingat kembali konsumsi pangan dalam 24 jam terakhir, pada hari berikutnya dilakukan penimbangan makanan yang dikonsumsi. Data asupan dianalisis menggunakan aplikasi NutriSurvey berdaarkan tabel komposisi pangan triptofan dari The USDA National Nutrient Database.
Hasil: Diperoleh nilai median (min-maks) 3.5(3-4) untuk variabel kemarahan/ iritabilitas, 3.3(2-4) untuk kelelahan, 3.3(3-4) untuk kecemasan, 3.8(3-4) untuk depresi dan 3.5(1.2-4) untuk stres reaksi fisik. Median (min-maks) kadar asupan triptofan adalah 4.8(1.4-9.9) mg/kg. Hubungan kadar asupan triptofan dan skor stres kerja untuk tiap dimensi tidak ditemukan korelasi yang signifikan (kemarahan/irritabilitas p=0.286; kelelahan p=0.491; kecemasan p=0.891; depresi p=0.647; stress physical reactions p=0.769). Ditemukan hubungan bermakna antara faktor pekerjaan dengan skor stres kerja, yaitu pada kelebihan beban kerja kuantitatif dan kelelahan (r=0.35, p=0.04), kelebihan beban kerja kuantitatif dan depresi (r=0.4, p=0.02), konflik interpersonal dan kecemasan (r=0.47, p=0.005), konflik peran dan kecemasan (r=0.47, p=0.005), serta masa kerja dan stres reaksi fisik (r=-0.42, p=0.015).
Kesimpulan: Tidak ditemukan hubungan kadar asupan triptofan dengan skor stres kerja pada pekerja perusahaan minyak dan gas. Faktor pekerjaan yang berhubungan dengan stres kerja adalah kelebihan beban kerja kuantitatif, konflik interpersonal, konflik peran dan masa kerja.

Background: Oil and gas industry workers have risk of psychological stress due to job related stressors. Fifteen percent oil and gas workers in the Middle East have anxiety and 18% of workers got depression due to work. Tryptophan is an essential amino acid as precursor of serotonin and melatonin which has an antidepressant effect and plays a role in individual stress perception and psychosocial stress management.
Objective: Assessing the correlation of daily tryptophan intake and occupational factors with job stress scores based on the Indonesian short version new brief job stress questionnaire (SV-NBJSQ).
Method: A cross-sectional study was conducted on 14 offshore workers and 20 onshore workers. Interviews and questionnaire were conducted to obtain socio-demographic data, dietary intake, occupational factors and job stress. Job stress, job demands and job resources were assessed using the SV-NBJSQ which resulted in a score of 1 – 4, the value close to 4 indicates better status. Dietary intake was collected using a single 24-hour dietary recall and 1d-weighted food record, then the data were analyzed using NutriSurvey application by based on tryptophan food composition table from The USDA National Nutrient Database.
Results: Job stress median (min-max) scores were 3.5(3-4) for anger/irritability, 3.3(2-4) for fatigue, 3.3(3-4) for stress physical reactions. The median (min-max) daily tryptophan intake was 4.8(1.4-9.9) mg/kg. There was no significant correlation between tryptophan intake levels and each of the job stress scores (anger/ irritability p=0.286; fatigue p=0.491; anxiety p=0.891; depression p=0.647; stress physical reactions p=0.769). There was significant correlation between occupational factors and job stress scores, specifically between quantitative overload and fatigue (r=0.35, p=0.04), quantitative overload and depression (r=0.4, p=0.02), interpersonal conflict and anxiety (r=0.47, p=0.005), role conflict and anxiety (r=0.47, p=0.005), as well as between tenure and physical reaction stress (r=-0.42, p=0.015).
Conclusion: No correlation between tryptophan intake levels and job stress scores for oil and gas workers was found in this study. Occupational factors related to job stress are quantitative overload, interpersonal conflict, role conflict and tenure.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Fahmi
"ABSTRAK
Pengelolaan modal kerja (working capital) yang benar selain berdampak pada peningkatan penjualan, likuiditas, hubungan yang baik kepada stakeholders, juga pada gilirannya akan meningkatkan kekayaan pemegang saham karena nilai dan perusahaan meningkat.
Penulis mencoba menelaah pengelolaan modal kerja pada PT Prasmanindo Boga Utama, sebuah perusahaan yang bergerak dalam jasa boga untuk industri minyak dan pertambangan di darat (on-shore) dan di laut (offshore). Dalam aktivitasnya Perusahaan mendapatkan 95 % revenues dalam mata uang USD, sedangkan cost dan expenses nya 95 % dalam mata uang Rupiah. Dengan kondisi seperti ini maka pada masa krisis moneter antara tahun 1998 -> 1999, Perusahaan memiliki kelebihan kas dan likuiditas yang sangat besar relatif terhadap revenue generation, dibandingkan dengan tahun 1995 ? 1997, yang disebabkan karena dìuntungkan oleh transaksi valuta asing (natural hedging).
Dengan memakai beberapa management tools seperti analisa rasio-rasio tradisional balk analisa vertilcal, horizontal, maupun industri yang sejenis, analisa time series lima tahunan (1995 ? 1999), Comprehensive Liquidity Index (CLI), Net Liquid Balance (NLB), Cash Cycle and Turnover, Days Sales Outsatnding (D SO), Just In Time (JIT) Inventory, serta metode financing seperti : maturity matching, conservative, dan aggressive approach, penulis mencoba merekomendasikan komposisi modal kerja (working capital) yang optimal relative terhadap penjualan yang dihasilkan, baik terhadap komposisi modal kerja secara keseluruhan maupun per masing-masing modal kerja: kas, receivables, dan inventory. dan metode financing yang lebih tepat, serta merekomendasikan beberapa saran strategic planning untuk menyiasati struktur pasar Perusahaan yang oligopoli dan menyiasati persaingan di struktur pasar tersebut pada lingkungan usaha perminyakan dan pertambangan di mana Perusahaan menjual produk dan jasanya, yang cenderung menurun karena faktor meningkatnya country risk Indonesia karena faktor poleksosbud hankam yang memburuk.

"
2001
T1779
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library