Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Leni Febriyanti
"Penolakan ekspor biji pala Indonesia yang terjadi secara berulang dan terus meningkat setiap tahunnya merupakan hal yang serius yang harus segera dilakukan tindak lanjut oleh pemerintah Indonesia. Pada studi ini dilakukan analisis terhadap biji pala Indonesia yang diambil dari 3 provinsi penghasil pala Indonesia yaitu Sulawesi Utara, Maluku Utara dan Maluku di 3 tingkat rantai pasok yaitu eksportir, pedagang pengumpul dan petani yang dilakukan pada rentang waktu 2017-2023. Studi ini diharapkan dapat memantau tren yang terjadi serta gambaran yang terjadi terkait kontaminasi aflatoksin dan okratoksin di Indonesia. Pada studi ini juga diharapkan dapat mengetahui korelasi antara parameter fisik terhadap munculnya cemaran mikotoksin serta akan dilakukan risk assessment sehingga diharapkan dapat memberikan rekomendasi terkait mitigasi resiko. Dari studi yang dilakukan ditemukan bahwa tren positif sampel aflatoksin meningkat pada 3 tahun kebelakang sedangkan tren positif sample okratoksin menurun. Pada 3 provinsi penghasil pengambilan sampel, diketahui Maluku Utara menjadi provinsi dengan temuan sampel positif terbanyak. Sedangkan pada tingkat rantai pasok, eksportir merupakan titik dengan temuan mikotoksin terbanyak. Terdapat korelasi positif antara parameter fisik terhadap kemunculan mikotoksin meskipun sampel mikotoksin juga ditemukan pada kadar air <10%. Hasil risk assessment sampel pala didapatkan bahwa AFB1 dan AFTotal pada semua kelompok umur dianggap beresiko karena memiliki nilai MoE <10.000. Sedangkan pada kasus cemaran OTA memiliki risk yang lebih rendah atau tidak beresiko pada semua kelompok umur. Hasil uji LC50 diperoleh pala tercemar aflatoksin memiliki LC50 lebih kecil dibandingkan dengan pala tercemar okratoksin.

The repeated and escalating rejection of Indonesian nutmeg exports each year is a serious issue that requires immediate follow-up action by the Indonesian government. This study investigating Indonesian nutmeg sourced from three provinces – North Sulawesi, North Maluku, and Maluku – across three supply chain levels: exporters, collector traders, and farmers, spanning from 2017 to 2023. The aim is to monitor prevailing trends and provide an overview of aflatoxin and ochratoxin contamination in Indonesia. Additionally, the study seeks to identify correlations between physical parameters and mycotoxin contamination, and to conduct risk assessments to recommend risk mitigation strategies. The study reveals a recent upward trend in aflatoxin-positive samples over the past three years, while ochratoxin-positive samples have shown a declining trend. Among the three provinces, North Maluku has the highest contamination rate of positive samples. At the supply chain level, exporters have the highest occurrence of mycotoxin contamination. Positive correlations were found between physical parameters and mycotoxin occurrence, despite mycotoxin presence also being detected in samples with moisture content <10%. Risk assessments of nutmeg samples indicate that AFB1 and AFTotal pose risks across all age groups due to their MoE values being <10,000. Conversely, OTA contamination poses lower or negligible risks across all age groups. LC50 tests revealed that nutmeg contaminated with aflatoxin has a lower LC50 compared to ochratoxin-contaminated nutmeg."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Kresnawaty
"Komoditas kopi dan kakao Indonesia terkendala masalah mutu produk yang rendah akibat kontaminasi jamur penghasil okratoksin. Okratoksin A (OTA) bersifat neprotoksik, imunogenik, karsinogenik dan teratogenik yang membahayakan kesehatan. Karena efek negatif yang diakibatkan oleh mikotoksin ini, maka perlu dikembangkan deteksi dini kontaminasi okratoksin. Pendeteksian awal adanya pertumbuhan jamur pada produk pertanian dan perkebunan adalah kunci pencegahan pertumbuhan dan produksi okratoksin. Penelitian ini bertujuan menghasilkan antibodi imunoglobulin Y (IgY) untuk mengembangkan metode perakitan perangkat deteksi cepat berbasis imunologi untuk deteksi OTA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa antibodi poliklonal anti OTA diperoleh dari telur ayam pada periode ke-4 (7 minggu setelah imunisasi awal). Antibodi ini menunjukkan reaktivitas anti OTA dengan metode dot blot immunoassay dan masih menunjukkan reaktivitas anti OTA sampai periode 9 (12 minggu setelah imunisasi awal). Antibodi anti BSA yang dihasilkan harus dihilangkan terlebih dahulu untuk meningkatkan sensitivitas antibodi terhadap okratoksin A dan pemisahan dapat dilakukan dengan penyerapan antibodi BSA. OTA-OVA dapat disintesis dengan metode ester aktif dengan menambahkan N-hidroksisuksiimida dan disiklokarboimida. Karakterisasi senyawa antara pada reaksi ini menunjukkan adanya absorpsi pada frekuensi 1600 cm-1 yang menunjukkan adanya vibrasi ulur ikatan C=O dan adanya banyak absorpsi pada 1300-1000 cm-1 yang mengindikasikan adanya serapan ulur yang kuat ikatan C-O. Konjugat antibodi-nanopartikel emas direaksikan pada kondisi pH optimum 9 dan pengenceran antibodi sebesar 1:7,5 v/v. Pada pengujian dengan spektrofotometer sinar tampak ditemukan adanya pergeseran serapan setelah antibodi dikonjugasikan pada nanopartikel emas sebesar 50 nm. Hasil pengujian pada test trip imunokromatografik masih belum terlihat jelas dan memiliki nilai cut off 10 ppb, tetapi mengindikasikan teknik ini dapat digunakan untuk deteksi kontaminasi okratoksin.

Indonesian coffee and cocoa commodities constrained low product quality problem due to contamination of fungal metabolites which accumulated ochratoxin. Ochratoxin A (OTA) is neprotoxic, immunogenic, carcinogenic and teratogenic to human health. Early detection method in post-harvest of coffee and cocoa samples should be developed because of those negative effects. Early detection of fungal growth in agriculture and plantation products is the key to prevent the growth and ochratoxin production. This research aim was to produce antibody to develop a method of assembling the rapid detection device for OTA detection. In this research it could be concluded that the anti OTA polyclonal antibodies could be obtained from chicken eggs in the 4th period (7 weeks after the initial immunization). These antibodies showed anti ochratoxin reactivity using dot blot immunoassay and still showed anti OTA reactivity in 9th period (12 weeks after initial immunization). Anti-BSA antibodies might be removed in order to increase sensitivity to ochratoxin and separation could be conducted using BSA antibody absorption. OTA-OVA could be synthesized using active ester method using N-hydroxysucciimide and dicyclocarboimide. Characterization of the intermediate compound showed C=O stretching vibrational band at 1600 cm-1 and C-O stretching vibrational band at 1300-1000 cm-1. Antibody-nanogold particle conjugate was synthesized in optimum pH 9 and dilution antibody at 1:7.5 v/v. There was 50 nm absorbtion shift in visible absorbtion after the antibody conjugated with nanogold particle. Immunochromatographic test trip testing had not showed the very clear visualization yet dan cut off value 10 ppb, but it indicated this technique could be conducted to detect ochratoxin contamination."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T43371
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library