Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Faris Arianto Aji
Abstrak :
Pengelolaan gas bumi merupakan isu yang penting terkait permintaan dan harga bagi kepentingan negara maupun konsumen. Penelitian ini bertujuan melakukan optimisasi terhadap fungsi social welfare mewakili kepentingan konsumen dan fungsi netback produsen mewakili kepentingan negara. Obyek penelitian ini adalah pasar gas bumi Jawa Bagian Barat dengan permintaan terbesar di Indonesia dan infrastruktur terintegrasi. Optimisasi multi obyektif digunakan untuk memperoleh titik optimum kedua fungsi. Formula harga wholesale gas bumi pada titik optimum disusun sebagai fungsi linier terhadap harga minyak bumi dengan slope α dan konstanta k. Nilai α diperoleh dengan rentang 0,1079 - 0,1589 dengan k pada rentang 3,7 - 5,38. ...... Natural gas utilization is an important issue related to the demand and prices for the benefit of country and consumers. This study aims to optimize social welfare represents the interests of consumer and producer netback representing the interests of country. The scope of this research is the natural gas market in Western Java area having the biggest demand and integrated infrastructure. Multi-objective optimization is used to obtain the optimum value of both functions. Wholesale price formula of natural gas at the optimum value is structured as a linear function of the price of crude oil with slope α and constant k. The values of α obtained in the range of 0.1079 to 0.1589 with k in the range of 3.7 to 5.38.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T43815
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudariyanto
Abstrak :
Peter L. Berger bukanlah seorang fenomenolog. la adalah seorang ahli sosiologi, yang menggunakan fenomenologi hanya sebagai alat untuk mengembangkan dasar-dasar teorinya agar dapat menangani data empiris yang dihadapi sosiologi secara lebih menyeluruh dan memuaskan. Penyelidikannya bertolak dari dunia yang dialami, yang nampak begitu saja kepada kita (tanpa menuntut pembuktian lebih lanjut) sebagai dunia intersubyektif yang memanggil kita untuk bersikap dan bertindak. Dengan demikian dunia kehidupan sehari-hari muncul kepada kita sebagai dunia yang penuh makna, yang memberikan arah penglihatan tertentu untuk mengalaminya. Masyarakat dipahami sebagai suatu gejala dialektis, merupakan hasil kegiatan manusia yang kemudian bertindak balik membentuk penciptanya. Manusia menghasilkan masyarakat dan masyarakat menghasilkan manusia. Kedua pernyataan ini tidak saling bertentangan asalkan dipahami sebagai satu kesatuan dalam gerak dialektis masyarakat yang terdiri atas tiga momen : eksternalisasi, obyektivasi dan internalisasi. Eksternalisasi adalah pencurahan kegiatan yang terus-menerus dari manusia terhadap dunianya, baik yang berupa kegiatan fisik maupun mental. Obyektivasi adalah momen dimana hasil kegiatan manusia menyatakan dirinya sebagai realitas obyektif yang harus dihatapi oleh penciptanya sebagai sesuatu yang berada di luar dan bersifat memaksa. Internalisasi adalah penyerapan kembali realitas yang sama oleh manusia dalam kesadaran subyektif. Melalui bahasa pengalaman manusia, baik yang bersifat pribadi maupun sosial, diobyektivasi, diingat dan dikumpulkan. Dari akumulasi seperti ini terbentuklah kumpulan pengetahuan yang disimpan secara sosial dan kemudian diwariskan dari satu generasi ke generasi lainnya serta dapat di-pelajari oleh setiap anggota masyarakat. Sebagian terbesar dari kumpulan pengetahuan yang disimpan secara sosial itu terdiri atas pengetahuan yang memberi petunjuk praktis bagaimana persoalan-persoalan rutin harus ditangani. Pembagian pekerjaan dalam masyarakat diikuti oleh perkembangan bermacam-macam pengetahuan khusus yang masing-masing bertalian dengan bidang-bidang pekerjaan tertentu. Melalui proses sosialisasi berbagai macam pengetahuan khusus ini diwariskan kepada generasi berikutnya dan dengan demikian diinternalisasi menjadi realitas subyektif pada diri orang-orang. Realitas ini mempunyai kekuatan untuk membentuk orang-orang, dalam arti dapat menghasilkan tipe-tipe manusia yang khusus : tukang obat, insinyur, anggota parlemen dan sebagainya. Berada dalam nasyarakat sama artinya dengan mengambil bagian dalam proses dialektisnya. Setiap anggota masyarakat secara simultan akan mengeksternalisasikan keberadaannya dalam dunia sosial dan sekaligus menginternalisasikan dunia sosial itu dalam kesadarannya. Kepribadian terbentuk dari hubungan dialektis ini dan oleh karenanya selalu bercorak sosial. Hubungan-hubungan tertentu dalam suatu struktur sosial akan membentuk identitas-identitas dan kemudian identitas-identitas itu menjalankan pengaruh balik untuk meme1ihara dan mengubah masyarakat.
Depok: Universitas Indonesia, 1987
S16091
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Andriani
Abstrak :
Setiap filsuf mencoba mencari totalitas kebenaran realitas. Realitas menjadi ?ada? bila dibahasakan. Bahasa membuat objek yang tadinya tidak dikenali, menjadi teridentifikasi dan termaknai. Namun, bahasa selalu berpolar, terbatas dan kontingen sehingga kebenaran objektif yang ingin dicapai pun tidak pernah tuntas terungkap, ia selalu lepas. Ketidakmungkinan menemukan realitas objektif juga disebabkan oleh adanya proses speech-acts di dalam komunikasi. Ketika seorang filsuf menyampaikan kebenaran realitas, ia tidak hanya sekedar mengemukakan apa yang ia temukan melalui ucapan konstantif, tetapi dibalik tuturannya, ada tindakan performative agar orang percaya terhadap apa yang ia temukan. Mereka membuat kebenaran subjektif seolah-olah objektif.
Every philosopher always in effort to find truth of reality. Reality could be ?valid? if it expressed. Language makes unidentified object have meaning. But language expressed in polarity, imitation, and contingency so the idealized objective truth always in pursuit. The impossibility of finding objective reality also caused by speech-acts process in communication. When a philosopher delivers a truth of reality, s/he not only giving what s/he found by constantive utterance but also implies performative act to influence people. They turn subjective truth into objective ones.
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S16121
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Difa Khairunnisa
Abstrak :
Berdasarkan Pasal 1320 KUHPerdata Indonesia, suatu perjanjian pada dasarnya harus memenuhi persyaratan hukum dari suatu perjanjian, yang terbagi menjadi persyaratan subyektif dan obyektif. Kegagalan memenuhi persyaratan subyektif dari suatu perjanjian akan mengakibatkan salah satu pihak dapat meminta pembatalan perjanjian. Sementara itu, kegagalan memenuhi persyaratan obyektif perjanjian mengakibatkan perjanjian batal demi hukum, berdasarkan Pasal 1335 KUHPerdata Indonesia. Terdapat problematika mengenai penggunaan bahasa Indonesia dalam suatu perjanjian dimana, hal tersebut merupakan salah satu aspek formalitas dari suatu perjanjian tetapi juga dapat dianggap sebagai salah satu persyaratan material karena hal itu diatur dalam undang-undang. Berdasarkan Pasal 1337 KUHPerdata, dinyatakan bahwa Suatu penyebab dilarang, jika alasan itu dilarang oleh hukum atau jika itu bertentangan dengan moralitas atau dengan ketertiban umum. Skripsi ini terutama membahas konsekuensi hukum jika perjanjian hanya dilaksanakan dalam bahasa Inggris. Skripsi ini akan menggunakan pendekatan yuridis empiris untuk membuktikan apakah itu melanggar keduanya, 1) kewajiban formal untuk menulis perjanjian dalam Bahasa Indonesia sebagaimana diatur dalam Pasal 31 UU No. 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Simbol Nasional dan Lagu Nasional dan 2) persyaratan obyektif dari suatu perjanjian. Skripsi ini akan menganalisis secara mendalam putusan dari Putusan Mahkamah Agung dengan Nomor: 1572K/Pdt/2015 yang telah dibahas secara besar-besaran karena putusan ini telah menjadi tolak ukur dengan memilih untuk mencabut perjanjian pinjaman antara PT Bangun Karya Pratama Lestari (sebagai debitur Indonesia) dan Nine AM (sebagai kreditor asing) dengan dalil bahwa perjanjian tersebut hanya menggunakan bahasa Inggris oleh karena itu bertentangan dengan UU No. 24 Tahun 2009.
Based on Article 1320 of the Indonesian Civil Code, an agreement must essentially fulfill the legal requirements of an agreement, which is divided into subjective and objective requirements. Failure to fulfill the subjective requirements of an agreement would result in one of the parties could request for the cancellation of the agreement (voidable). Meanwhile, failure to fulfill the objective requirements of an agreement would result in the agreement become null and void, based on Article 1335 of Indonesian Civil Code. There is a problem regarding the use of Indonesian in an agreement where, it is one of the formality aspects of an agreement but also could be considered as one of the material requirement since it is stipulated under the law. Pursuant to Article 1337 of the Civil Code, it is stated that A cause is forbidden, if that reason is prohibited by law or if that is contrary to morality or with public order. This thesis mainly discusses the legal consequences if an agreement only executed in English. This thesis will be using juridical empircal approach to prove whether or not it does violate both, 1) the formal obligation to write the agreement in Bahasa Indonesia (formal obligation) as stipulated in Article 31 Law No. 24 of 2009 concerning Flag, Language, and National Symbols and National Songs and 2) the objective requirements of an agreement (objective requirements). This thesis will deeply analyze verdict from Supreme Court Decision with Number:1572K/Pdt/2015 that has been massively discussed since this verdict has became a benchmark by chose to revoke the loan agreement between PT Bangun Karya Pratama Lestari (as Indonesia's debtor) and Nine AM (as foreign creditor) with the argument that the agreement only used English therefore it against the Law No. 24 of 2009.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library