Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 119 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Miniyanti Sandiman
Abstrak :
Di dalam skripsi ini dibahas tentang distribusi normal dan beberapa jenis pengujian model normal, yaitu kertas probabilitas normal, pengujian Chi Kuadrat, pengujian Kolmogorov, pengujian Lilliefors, dan pengujian Shapiro-Wilk. Juga diberikan contoh pengujian model normal dengan menggunakan aplikasi Komputer.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1985
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1997
S27304
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Moynihan, Noel
Switzerland: Roche, Basle, 1988
616.98 MOY i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rossy Yulianti
Abstrak :
ABSTRAK

Latar belakang. Meningkatnya usia harapan hidup menambah jumlah populasi dewasa dan usia lanjut yang menyebabkan meningkatnya gangguan fungsi kognitif, salah satunya adalah fungsi eksekutif. Pemeriksaan Trail Making Test merupakan salahsatu instrumen untuk pemeriksaan fungsi eksekutif. Trail Making Test dapat dipengaruhi faktor demografi seperti usia dan tingkat pendidikan, selain itu, saat ini belum ada nilai normal waktu rerata Trail Making Test di Indonesia.

Metode. Studi ini dilakukan secara potong lintang pada 200 subyek dengan kognitif normal yang terdiri atas 55 subyek laki-laki dan 145 subyek perempuan berusia >18 tahun.

Hasil. Pada penelitian ini, dari keseluruhan subyek didapatkan waktu rerata dari TMT-A adalah 41,39±17,877 detik dan TMT-B adalah 82,82±35,05 detik. Pada kelompok berdasar tingkat pendidikan, waktu rerata TMT-A &TMT-B kelompok dengan tingkat pendidikan ≤12 tahun adalah 47,21±17,97 detik & 98,12±33,70 detik dan kelompok dengan tingkat pendidikan >12tahun adalah 36,62±16,39 detik & 70,29±31.04 detik. Pemeriksaan TMT-A dan TMT-B berdasarkan kelompok usia dibagi menjadi 5 kelompok yaitu kelompok usia 18-39 tahun, 40-49 tahun, 50-59 tahun, 60-69 tahun dan ≥70 tahun. Untuk kelompok usia 18-39 tahun, waktu rerata TMT-A dan TMT-B adalah 22,85±6,15 detik dan 44,90±14,69 detik, kelompok usia 40-49 tahun 37,45±11,82 detik dan 71,60±25,51 detik, kelompok usia 50-59 tahun 44,15±16,39 detik dan 86,72±27,91 detik, kelompok usia 60-69 tahun 48,52±17,48 detik dan 98,50±27,26 detik, sedangkan kelompok usia ≥70 tahun 53,95±16,97 detik dan 112,35±33,35 detik. Tidak ada perbedaan bermakna waktu rerata TMT-A & TMT-B pada kelompok berdasar jenis kelamin.

Kesimpulan. Telah didapatkan rerata waktu Trail Making Test pada kognitif normal. Usia dan tingkat pendidikan secara bermakna mempengaruhi waktu rerata Trail making Test.


ABSTRACT

 


Background.  With a rapidly aging population would increase the incidence of cognitive impairment, which one of them was executive function. The Trail Making Test is among the most widely used neuropsychological assesment instrument as an indicator of executive functioning. The demografic factor such as age and level of eductaion could effect on the performance of the trail Making Test and this study would provide normative information in normal cognitive population in Indonesia

Method. The study was a cross sectional study involving 200 normal cognitive subject consist of 55 males and 145 females which age ranging more than 18.

Results. In this study, the whole mean score for TMT-A & TMT-B were  41,39±17,877 sec & 82,82±35,05 sec. Based on level of education, the mean score of TMT-A & TMT-B for education ≤12 years were 47,21±17,97 sec & 98,12±33,70 sec & for education >12 years were 36,62±16,39 sec & 70,29±31.04 sec. The mean score of TMT-A & TMT-B for age 18-39 year, were 22,85±6,15 sec & 44,90±14,69 sec, for 40-49 year were 37,45±11,82 sec & 71,60±25,51 sec,  for age 50-59 year were 44,15±16,39 sec & 86,72±27,91 sec, for age  60-69 year were 48,52±17,48 sec & 50±27,26 sec & for age ≥70 year were 53,95±16,97 sec & 112,35±33,35 sec. There is no significant differences of mean scores TMT between male and female.

Conclusion. The mean score of Trail Making Test in normal cognitive has been found. Age as well as level of education have significant effect on mean score of the Trail Making Test.

 

 

2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Putra
Abstrak :
Di zaman modern ini, kualitas hidup seseorang semakin meningkat. Ini menyebabkan rentang hidup individu menjadi lebih lama, sehingga menghasilkan periode pensiun yang lebih panjang untuk individu tersebut. Oleh karena itu program pensiun diperlukan individu agar dapat menerima manfaat setelah pensiun dan mempertahankan kualitas hidup yang sama dengan yang mereka miliki sebelum pensiun. Topik dari skripsi ini adalah program pensiun manfaat pasti dan bagaimana menghitung manfaat menggunakan metode penghitungan aktuaria . Skripsi ini akan fokus pada dua metode penghitungan aktuaria yaitu entry age normal dan projected unit credit. Hasilnya merupakan nilai dari manfaat yang didapat, iuran normal dan kewajiban aktuaria. ......In this modern age, the quality of life of a person is always improving. This leads to longer lifespans, hence resulting in a longer pension period for that individual. Pension programs are therefore needed more than ever so that a person can receive a benefit after they retire and maintain the same quality of life they had before they retired. The topic of this thesis is defined benefit pensions and how to calculate the benefits using actuarial cost methods. This paper will focus on two actuarial cost methods called entry age normal and projected unit credit. The benefit received after retiring will first be defined and then the subsequent normal costs and actuarial liabilities will be calculated. The results from this paper are the amount of benefit receieved, the normal cost and the actuarial liability.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arrafi Paramadya Santosa
Abstrak :
Pendahuluan: Cyclin-dependent kinase inhibitor 1a (CDKN1A), atau p21, adalah protein yang terutama diatur oleh protein p53 dan memiliki peran penting sebagai pengatur siklus sel. Fungsinya dapat ditemukan dalam proses perbaikan struktur DNA yang rusak, induksi apoptosis, dan penghentian siklus sel. Berkaitan dengan kehamilan, p21 tampaknya diekspresikan dalam sel trofoblas plasenta serta memiliki peran dalam penuaan sel. Namun, data mengenai ekspresi protein p21 pada plasenta normal dan hubungannya dengan karakteristik ibu masih kurang. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengukur ekspresi protein p21 pada plasenta normal dan menghubungkannya dengan karakteristik ibu untuk memberikan lebih banyak data mengenai masalah ini. Metode: Jumlah jaringan plasenta normal yang digunakan dalam penelitian ini adalah 22 sampel, semuanya di bawah usia gestasi 42 minggu dan usia ibu 37 tahun. SimpleStepⓇ Human P21 Elisa Kit digunakan dalam penelitian ini dan konsentrasi protein p21 dalam bentuk homogenat plasenta diukur secara kuantitatif dengan metode ELISA. Analisis statistik dari data yang dikumpulkan diproses dalam perangkat lunak IBM SPSS Statistics versi 20.0 dengan T-test independen dan Mann-Whitney test, uji normalitas Shapiro-Wilk, dan uji korelasi Pearson dan Spearman. Hasil: Ekspresi protein p21 rata-rata 26,28 ± 19,42 pg/mg protein pada plasenta normal. Berdasarkan usia gestasi nilai rata-rata ≥ 40 minggu adalah 22,06 ± 10,43 pg/mg protein dan < 40 minggu adalah 28,69 ± 23,10 pg/mg protein beserta hasil uji korelasi menghasilkan r = -0,015 dan p = 0,948. Berdasarkan umur ibu nilai rata-rata ≥ 30 tahun adalah 24,35 ± 23,14 pg/mg protein dan < 30 tahun adalah 27,88 ± 16,60 pg/mg protein beserta hasil uji korelasi menghasilkan r = -0,213 dan p = 0,341. Kesimpulan: Distribusi protein p21 ditemukan lebih tinggi pada usia kehamilan < 40 minggu dibandingkan ≥ 40 minggu. Distribusi juga lebih tinggi pada usia ibu < 30 tahun dibandingkan usia ≥ 30 tahun. Jika dibandingkan dengan plasenta preeklampsia, distribusinya lebih tinggi dibandingkan sampel plasenta normal. Uji korelasi mengenai perbandingan ekspresi p21 dengan usia gestasi dan usia ibu tidak menghasilkan korelasi. Namun perbedaan distribusi dapat dilihat pada data yang dikumpulkan. ......ntroduction: Cyclin-dependent kinase inhibitor 1a (CDKN1A), or p21, is a protein that is mainly regulated by the p53 protein and has an essential role as a cell-cycle regulator. Its functions can be found in the processes of damaged DNA structure reparation, apoptosis induction, and cell cycle arrest. In correlation to pregnancy, p21 seems to be expressed in the trophoblastic cells of the placenta as well as have a role in cell senescence. However, the data regarding p21 protein expression in the normal placenta and its relation to maternal characteristics is lacking. Thus, this research aims to quantify the expression of p21 protein in the normal placenta and correlate it with maternal characteristics to provide more data concerning this issue. Methods: The amount of normal placental tissues used in this study were 22 samples, all below the gestational age of 42 weeks and the maternal age of 37 years old. SimpleStepⓇ Human P21 Elisa Kit was used in this study and the protein concentration of p21 in the form of placental homogenates was quantitively measured by ELISA method. Statistical analysis of the data gathered was processed in IBM SPSS Statistics software version 20.0 by using independent T-test and Mann-Whitney test, the normality test of Shapiro-Wilk, and the correlation tests of Pearson and Spearman. Results: Expression of p21 protein was an average of 26.28 ± 19.42 pg/mg protein in the normal placenta. Based on gestational age the average value of ≥ 40 weeks was 22.06 ± 10.43 pg/mg protein and < 40 weeks was 28.69 ± 23.10 pg/mg protein along with the correlation test results of r = -0.015 and p = 0.948. According to maternal age the average value of ≥ 30 years old was 24.35 ± 23.14 pg/mg protein and < 30 years old was 27.88 ± 16.60 pg/mg protein along with the correlation test results of r = -0.213 and p = 0.341. Conclusion: The p21 protein distribution is found higher in gestational age < 40 weeks than ≥ 40 weeks. Distribution is also higher in maternal age < 30 years old than ≥ 30 years old. When compared to preeclamptic placenta, the distribution is higher compared to normal placental samples. Correlation test regarding the comparison of p21 expression with gestational and maternal age resulted in no correlation, however the difference in distribution can be seen in the gathered data.
Depok: Fakultas Kedokteran Univesitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Madhyra Tri lndraswari
Abstrak :
Latar Belakang: Di era ini, terapi dengan sel punea untuk mengobati berbagai penyakit semakin dirninati. Sejauh ini, banyak pendapat mengenai keamanan sel punea, yang dikatakan aman untuk manusia. NaIllun" belum ada penelitian lebih jauh mengenai keamanan sel punea yang disuntikan lewat vena, untuk kesehatan pembuluh darah. Tujuan dari peneiitian ini adalah untuk menganalisis efek sel punea yang disuntikkan secara IV, pada pembuluh darah arteri yang nannal. Metode: Data didapatkan dari eksperimen klinik tikus Wistar yang dilaksanakan di Instilut Pertanian Bogor, merupakan studt awal pada tikus dengan tekanan darah normal. Tikus dengan tekanan darah nonnal (140/100 mmHg, diukur dengan CODA) tersebut dibagi menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama ada kelompok kontrol, kelompok kedua disumikan secara IV sel punca 1 x 106 , dan kelompok keliga 3xl 06 sel, dalam sekali penyuntikan. Kelompok kedua dan ketiga diamati selama 1 bulan setelah penyuntikan sel punca. Setelah 1 bulan, tikus dinekropsi dalam keadaan anastesi. Selanjutnya, dengan bantuan J Image Software, dilakukan pcngamatan terhadap diameter dan ketebalan dinding dari meri karotis, karotis interna, karotis eksterna, aorta abdominal, iliaka kiri, dan iliaka kanan. Analisis statistik dilakukan dengan metode ANOV A terhadap 3 kelompok tikus untuk. mengukur perbedaan diameter pembuluh darah dan ketebalan dinding pembulu darah. Jika persebaran data tidak rata, maka digunakan metode T Independent Test. Hasil: Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan dalam diameter dan ketebalan dinding untuk kelompok I, kelompok 2, dan kelompok 3 untuk semua pembuluh darah kecuali arteri iliaka kiri. Arteri iliaka kiri menunjukkan perbedaan yang bennakna dalam diameter dan ketebalan pembuluh darah. Diskusi: Hasil riset ini, memmjukkan keamanan sel punca pada arteri bila disuntikan ke dalam vena. Ini ditunjukkan dengan hasil yang tidak. terdapat perbedaan bermakna dalam 5 pembuluh darah yang dipenksa. kecuali arteri iliaka kiri menunjukkan hasil yang bermaknadan perlu diteliti lebih lanjutdenganjumlah sam pel yang memadai (30 tikus). Setiap kelompok mempunyai sampel minimum 9 ekor, namun dan hasil penelitian masing-masing kelompok mempunya 5 ekor tikus yang dapat dianalisis. Sehingga hasil analisis yang didapatkan tidak bisa mencerminkan hubungan yang kuat secara statistik, namun merupakan suatu kecenderungan.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70452
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syamsu Rizal
Abstrak :
Sebagaimana diketahui bahwa peranan industri manufaktur sebagai lokomotif pertumbuhan ekonomi Indonesia,baru menunjukkan hasilnya menjelang berakhirnya PELITA III. Namun demikian, karena struktur produksi manufaktur saat itu sangat rentan terhadap external shock, maka kontribusinya bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi cenderung menurun. Kemudian pada saat memasuki PELITA IV, sejalan dengan diimplementasikannya kebijaksanaan deregulasi. (reformasi) ekonomi, laju pertumbuhan sektor industri manufaktur meningkat pesat dan share-nya dalam GDP juga semakin membesar. Menjelang berakhirnya PELITA V, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dibela ekspor sempat terganggu, dengan melemahnya ekspor komoditi non migas andalan. Banyak faktor yang menyebabkan merosotnya ekspor komoditi tersebut, salah satunya adalah tingkat daya saing, yang dimanifestasikan dalam ukuran efisiensi produktif. Oleh karena itu, penyelidikan dalam thesis ini mencoba untuk menganalisis perubahan kinerja spesifik (efisiensi produktif) industri manufaktur sehubungan dengan diimplementasikannya kebijaksanaan deregulasi selama periode tahun 1984-94, dan agar dapat dibandingkan dengan keadaan selama periode pra deregulasi, maka rentang analisisnya dipilih dari tahun 1981-94. Penelitian empiris yang khusus memfokuskan pengaruh deregulasi terhadap kinerja spesifik industri manufaktur Indonesia, belum banyak dilakukan, diantaranya yang paling menonjol adalah penelitian Miranda S. Goeltom (1992}. Salah satu hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa reformasi ekonomi berdampak positif terhadap kinerja spesifik perusahaan manufaktur, baik perusahaan kecil, konglomerat, maupun perusahaan berorientasi ekspor. Sementara penelitiannya Rinaldi (1994) mengungkapkan bahwa reformasi ekonomi berpengaruh terhadap kinerja spesifik industri manufaktur Indonesia. Sedangkan penelitian empiris lainnya hanya menganalisis hasil estimasi efisiensi teknis industri manufaktur Indonesia, sebagaimana dilakukan Pitt and Lee (1982} den Hill and Kalirajan (1991). Meskipun beberapa penyelidikan terdahulu menunjukkan adanya pengaruh positif reformasi ekonomi terhadap perbaikan efisiensi teknis, tetapi belum diungkapkan pola perubahan efisiensi produktif industri manufaktur Indonesia selama diimplementasikannya kebijaksanaan dereguiasi. Untuk itu, penyelidikan dalam thesis ini akan menganalisis hal tersebut, dengan cara mendekomposisi efisiensi produktif menjasi efisiensi teknis, alokatif, dan skala, sebagaimana telah dilakukan Yong and Kalirajan (1995) dalam menyelidiki pola perubahan efisiensi produktif industri besi dan baja China, tetapi dalam thesis ini akan digunakan data panel. Ada dua pendekatan untuk mengestimasi efisiensi produktif, pertama menggunakan panel data analysis dengan composed error model, dimana disturbance error didekomposisi menjadi tiga variat unobservable, sebagaimana dilakukan Miranda S. Goeltom (1992), Cornwell, Schmidt, and Sickles (1990), Hsiao (1986), Schmidt and Sickles (1984), dan Hausman and Taylor (1981). Kedua, menggunakan stochastic frontier model, dalam hal ini distrurbance error didekomposisi menjadi one-sided error yang menampung firm-specific effects dan two-sided error yang menampung random noise. Aplikasi model stochastic frontier tersebut dalam estimasi efisiensi produktif telah berkembang luas, sejak pertama kali Farrel (1957) mengusulkannya. Dalam thesis ini, untuk mengestimasi efisiensi produktif diaplikasikan model stochastic frontier production function, dengan one-sided error diasumsikan berdistribusi half-normal (Aigner et al, 1977; Stevenson, 1980; Pitt and Lee, 1981, Jondrow et al, 1982, Kalirajan and Tse, 1989; Hill and Kalirajan, 1991; Yong and Kalirajan, 1995), dan berdistribusi eksponensial (Meeusen. and van den Smack, 1977; Aigner et al, 1977; Jondrow et al, 1982). Sedangfungsi praduksinya merupakan fungsi produksi translog dan Cobb-Douglas, dengan variabel tidak babas gross value added dan variabel bebas terdiri dari input modal kerja, modal investasi, dan jumlah tenaga kerja. Karena data yang dianalisis merupakan data panel, maka efisiensi teknis diestimasi dengan menggunakan formulasi sebagaimana diusulkan Battese and Coelli (1988), Kalirajan and Tse (1989), Hill and Kalirajan (1991) dan Yong and Kalirajan (1995), sedangkan estimasi efisiensi alokatif dan skala menggunakan formulasi yang diusulkan Khumbakar et al (1989) den Yong and Kalirajan (1995). Proses estimasi diawali dengan analisis data panel untuk mengestimasi parameter fungsi produksi translog, yang menunjukkan bahwa fixed effect model signifikan. Karena nilai estimasi koefisien model empiris fungsi produksi tersebut hampir semuanya negatif, maka pengujian model estimasi selanjutnya gagal, sehingga model estimasi empiris fungsi produksi translog didrop. Kemudian analiais data panel dilanjutkan dengan mengestimasi parameter fungsi produksi Cobb-Douglas, yang hasilnya menunjukkan bahwa fixed effect model signifikan. Melalui pengujian kesamaan elastisitas produksi dan restrikai CBTS, diperoleh hasil bahwa model empiric fungsi produksi Cobb-Douglas signifikan memiliki elastisitas sama dengan satu, dan nilai estimasi elastisitas pada periode pra deregulasi dan periode deregulasi berbeda signifikan. Sedangkan perubahan elastisitas produksi selama periode deregulasi, untuk input modal kerja dan modal investasi menunjukkan pola semakin meningkat, sedangkan input tenaga kerja semakin menurun. Oleh karena asumsi elastisitas sama dengan satu terpenuhi, maka estimasi parameter model stochastic frontier fungsi produksi Cobb-Douglas dapat dilakukan. Dalam hal ini, motode MLE digunakan untuk mengestimasi parameter model stochastic frontier tersebut, yang nilai estimasinya merupakan hasil iterasi dari pendekatan Davidon-Fletcher-Powell dengan starting value ODS estimates bersangkutan. Hasil estimasi parameter model stochastic frontier tersebut menunjukkan bahwa selama periode pra deregulasi, komponen error yang dipengaruhi faktor internal secara signifikan lebih besar daripada komponen error yang barsifat acak, sedangkan selama periode deregulasi secara tidak signifikan komponen error yang bersifat acak lebih basar daripada yang dipengaruhi faktor internal. Sehingga, variasi perbedaan gross value added aktual dengan potensialnya, selama periode pra deregulasi, dipengaruhi efisiensi produktif, sedangkan selama periode deregulasi tidak demikian. Dalam arti, kebijaksanaan deregulasi yang diimplementasikan dapat meningkatkan kinerja spesifik industri manufaktur dengan pola yang konsisten dan kontinu. Berdasarkan hasil estimasi parameter model stochastic frontier tersebut, selanjutnya diestimasi ukuran efisiensi produktifnya. Selama periode pra deregulasi, rata-rata efisiensi teknis industri manufaktur berkisar antara 61.78% dan 63.72%, yang pada periode deregulasi meningkat menjadi berkisar antara 81.61% dan 83.02%. Rata-rata efisiensi alokatif untuk kedua periode tersebut, menunjukkan bahwa input modal kerja maupun investasi under-utilized dibandingkan input tenaga kerja. Namun demikian, selama periode deregulasi, rata-rata efisiensi alokatif tenaga kerja dan modal kerja meningkat sebesar 53%, dan rata-rata efisiensi alokatif tenaga kerja dan modal investasi meningkat sebesar 50% dibanding periode pra deregalasi. Sedangkan rata-rata efisiensi skala untuk kedua periode tersebut menunjukkan nilai negatif, yang berarti perusahaan (kelompok) industri dalam menetapkan harga outputnya cenderung melebihi biaya marjinalnya, sehingga cenderung berproduksi lebih rendah dari skala produksi optimumnya. Dalam hal ini, bisa disimpulkan bahwa. kebijaksanann deregulasi dapat meningkatkan efisiensi produktif secara teknis dan alokatif, tetapi tidak secara skala. Dengan kata lain, kebijaksanaan deregulasi yang telah diimplementasiken hanya berpengaruh terhadap mekanisme pasar faktor dan pasar uang semata-mata, tetapi tidak berpengaruh terhadap mekanisme pasar barang. Oleh karena itu, selama periode deregulasi, perubahan efisiensi teknis maupun alokatif menunjukkan pola yang semakin meningkat secara konsisten dan kontinu, sedangkan efisiensi skala menunjukkan pola yang menurun. Kelemahan dari hasil penyelidikan dalam thesis ini terutama bersumber dari data yang dianalisis,karena data tersebut selain sangat agregatif (kelompok industri berkode ISIC tiga digit), juga mengandung random noise cukup besar yang mungkin bersumber dari kesalahan pengukurun, time-lag, peramalan, maupun konsepsualisasi, maka hasil estimasi efisiensi produktif tersebut akan berbias ke atas (up-ward bussed) juga presisinya kurang baik. Agar diperoleh hasil estimasi yang memiliki presisi dan akurasi lebih baik, maka perlu dilakukan penyelidikan lebih lanjut dengan menggunakan data hingga firm-level, den juga agar diperoleh mutu hasil estimasi efisiensi alokatif dan skala yang lebih baik perlu digunakan shadow price untuk input faktor maupun output. Dalam hal ini, shadow price bisa diambil dari harga impor atau international price input faktor maupun output bersangkutan.
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Napitupulu, Amos
1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Rahayu
Abstrak :
Asumsi-asumsi pada Model Linier Yang Umum {Generalized Linier Model atau disingkat GLM) merupakan perluasan dari asumsi-asumsi pada model linier klasik. Pada tugas akhir ini akan ditunjukkan bahwa parameter ? untuk model linier yang umum yang mempunyai nilai-nilai yang tidak diketahui dapat ditaksir dengan menggunakan prosedur iterative weighted least square. Salah satu contoh model linier yang umum (GLM) yaitu model regresi digunakan terhadap data polusi udara di daerah teluk San Fransisco. Dengan menggunakan data tersebut dapat ditunjukkan sensitifitas model regresi yang ditaksir terhadap asumsi distribusi probabilitas error c yang berbeda (yaitu terhadap distribusi probabilitas Normal dan Gamma). Selain itu dapat ditunjukkan pula mengenai model probabilitas yang cocok untuk menggambarkan data polusi udara tersebut.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1992
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>