Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Salsabila Luvaridian
"Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan karakteristik berkas foton 6 MV pada lapangan non standar pesawat Linier Accelerator Varian iX dan TomoTherapy HiArt melalui parameter-parameter pengukuran seperti PDD, , profil berkas, dan faktor keluaran. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan 3 dosimeter, yaitu film gafchromic EBT 3, bilik ionisasi CC01 dan bilik ionisasi CC13. Evaluasi pengukuran PDD dilakukan dengan menentukan nilai dan menghitung nilai Profil dosis dianalisa berdasarkan nilai FWHM, penumbra, flatness, dan symmetry. Nilai faktor keluaran lapangan msr dibandingkan dengan hasil faktor keluaran pada lapangan referensi 10 10 cm2. Hasil pengukuran FWHM berkas profil menunjukkan bahwa nilai FWHM semakin besar seiring dengan semakin lebarnya ukuran lapangan dan semakin bertambah kedalamannya. Hasil pengukuran semakin bertambah seiring semakin besarnya luas lapangan berkas yang digunakan. Nilai faktor keluaran semakin besar seiring dengan pertambahan luas lapangan berkas. Perhitungan nilai menunjukkan peningkatan dengan bertambahnya luas lapangan. Penggunaan detektor bilik ionisasi CC01 dinilai paling baik dalam pengukuran pada lapangan non standar 5 10 cm2, 10 5 cm2, dan 6.6 6.6 cm2 karena efek volume yang terjadi pada bilik ionisasi CC01 tidak terlalu mempengaruhi hasil pengukuran.
The purpose of this study was to determine PDD, dose profile, and output factor measurement on non standard field generated by 6 MV linear accelerator and TomoTherapy HiArt. The detectors used in this research are Gafchromic Film EBT 3, ionization chamber CC01, and ionization chamber CC13. This research was aimed to determine the characteristic of 6 MV photon beam in Linac Varian iX nonstandard field and TomoTherapy HiArt machine spesific reference msr field. PDD measurements evaluation has been done by determining the value of and calculate the value. Dose profile was analyzed based on the value of FWHM, penumbra, flatness, and symmetry. The output factor value in the msr field are compared to the output factor value in the reference field 10 10 cm2. The FWHM measurement of the profile shows that the FWHM increases with the width and depth of field size. The result of measurement shows that the increases with the width of field size. The ouput factor measurement shows that it values increases with the field size, and also increases with depth when measured using TomoTherapy machine using Gafchromic EBT 3 Film. The calculation of shows that the increases with field size. For the 5 10 cm2, 10 5 cm2, and 6.6 6.6 cm2 msr field, the use of CC01 ionization chamber is very recommended because it does not too affected by the volume averaging so that, the measurement values are not underestimated."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Aninda Fitriandini
"Perkembangan teknik dan perangkat radioterapi yang sangat pesat membuat AAPM TG-51dan TRS 398 selaku protokol dosimetri konvensional menjadi kurang relevan untuk digunakan. Pada tahun 2008, Alfonso, dkk. kemudian memperkenalkan formalisme baru untuk menghasilkan faktor koreksi kualitas berkas lapangan nonstandar, baik statik maupun komposit untuk meminimalisir perbedaan antara kondisi kalibrasi dan aktual. Tujuan utama penelitian ini adalah mempelajari dan menentukan faktor koreksi lapangan komposit kpcsr,msr dan kclin,pcsr dari pesawat Tomotherapy pada kasus kanker kepala dan leher, pelvis, dan otak, serta mengimplementasikannya pada proses DQA. Pengukuran faktor koreksi dilakukan pada Exradin A1SL dan A16, menggunakan film EBT3 sebagai dosimeter referensi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa nilai faktor koreksi kpcsr,msr pada kedua detektor meningkat seiring dengan peningkatan jaw, penurunan kompleksitas lapangan, dan peningkatan nilai pitch. Beberapa hal fisis yang mempengaruhi nilai faktor koreksi antara lain homogenitas target, volume averaging effect, thread effect, dan perbedaan besar rekombinasi umum pada jaw yang berbeda. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai faktor koreksi kpcsr,msr bersifat spesifik dan bergantung pada parameter pembuatan lapangan. Oleh karenanya, lapangan pcsr sebaiknya ditentukan sesuai dengan kondisi klinis yang digunakan. Implementasi faktor koreksi kclin,pcsr untuk DQA pada kasus kanker kepala dan leher menunjukkan adanya perubahan deviasi antara dosis terkalkulasi dan terukur hingga 3 .
The rapid development of radiation therapy techniques and devices cause TG 51 and TRS 398 as conventional dosimetry protocols become less relevant for clinical dosimetry. In 2008, Alfonso, et al. introduced new formalism to produce correction factors for nonstandard field static and composite field to minimize the difference between calibration and actual conditions. The purpose of this work is to investigate and determine the correction factor of composite field from Tomotherapy for several cases H N, pelvis and brain cancer, and to implement it in DQA process. Measurements were performed using Exradin A1SL and A16, using EBT3 film as reference dosimeter. The results indicate that the value of kpcsr,msr on both detectors increased with increasing field width, decreasing field complexity, and increasing pitch value. Several factors that affect the correction factor were indicated in this work target homogeneity, volume averaging effect, thread effect, and large difference of general recombination on different jaws. These results show that kpcsr,msr is specific and depends on the parameters of composite field. Therefore, the pcsr field should be determined according to the parameters used in clinical conditions. Implementation of kclin,pcsr for DQA in H N cancer showed a change in deviation between the calculated and measured doses up to 3 ."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T50624
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library