Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Enung Hani Susilawati
Abstrak :
Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Data yang dikumpulkan berupa data primer, diperoleh dengan wawancara terhadap ibu-ibu yang melahirkan pada tahun 2008/2009. Dari hasil penelitian didapatkan kesimpulan bahwa pendidikan, pendapatan, sikap, pengetahuan, dan dukungan suami berhubungan secara signiiilcan dengan perilaku ibu dalam pemilihan penolong persalinan, sedangkan umur, paritas, pekerjaan, riwayat ANC dan Jarak tidak berhubungan secara signifikan. Pendidikan merupakan faktor dominan setelah dikontrol oleh sikap, dukungan suami dan riwayat ANC, (P = 0,001,011 = 4,555). Puskesmas disarankan untuk menlngkatlcan kualitas layanan konseling kepada ibu hamil dan pcmberian pendidikan kesehatan mengenai pentingnya pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan. ......This research is a quantitative design with a cross sectional study. Data collected as primary data, obtained with the interviews of the mothers who give birth in the year 2008/2009. From the research results obtained the conclusion that education, income, attitudes, knowledge, and support the husband is significantly associated with maternal behavior in the selection of auxiliary labor, while age,parity, employment, ANC history and distance does not significantly related. Education is a factor controlled by the dominant attitude, support her husband and ANC history, (P = 0.00 l , OR = 4.555). Publik health centre recommended to improve the quality of counseling services to pregnant women and providing health education about the importance of labor by the help of health workers.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T32327
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dista Karlita
Abstrak :
Persalinan oleh tenaga kesehatan merupakan faktor penting dalam upaya menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI). Cakupan pertolongan oleh tenaga kesehatan di Kelurahan Cimahpar Wilayah kerja Puskesmas Bogor Utara sebesar 71,9% masih di bawah target SPM. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor pada ibu bersalin yang berhubungan dengan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Kelurahan Cimahpar Wilayah kerja Puskesmas Bogor Utara tahun 2015. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan data primer yang dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner kepada 80 responden. Hasil penelitian menunjukan bahwa 61,3% persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan dan 38,8% ditolong oleh tenaga non kesehatan. Dari hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara tingkat pendidikaan ibu, sikap terhadap pelayanan kesehatan, pendapatan keluarga, dan persepsi kebutuhan kesehatan yang dirasakan dengan pemilihan penolong persalinan. Sedangkan umur, paritas, kunjungan ANC , kepemilikan jaminan kesehatan, dan akses pelayanan kesehatan tidak teridentifikasi berhubungan secara signifikan. ......Deliveries by health professionals is an important factor in efforts to reduce maternal mortality. The scope of deliveries by health professionals in Cimahpar District the Work Area of North Bogor Health Center is 71,9% and still under target. The aim of this study is to find out maternity factors related to selection helper delivery in Cimahpar District the Work Area of North Bogor Health Center 2015. Cross Sectional approach was used with primary data that collected by spread out the questionnaire to 80 respondents. The results showed that 61,3% of births attended by health professional and 38,8% of births attended by non health professional. From statistic results showed there are relationships between education level, attitude toward health care, family income, and perceptions to need of health service with the utilization of delivery assistance by health professionals. For age, parity, Antenatal Care visit, property insurance, and access of health service, was not significantly associated.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S61552
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin Chrisanta Budiyatno
Abstrak :
Skrining penyakit Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) pada petugas kesehatan dan non kesehatan rumah sakit merupakan salah satu upaya mencegah penularan Covid-19 di rumah sakit. Siloam Hospitals Group menerapkan tiga komponen skrining Covid-19 pada petugas, yaitu pengkajian gejala klinis, penemuan kontak erat, serta pemeriksaan antibodi Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) secara berkala. Temuan positif pada minimal satu komponen skrining Covid-19 akan ditindaklanjuti dengan pemeriksaan reverse transcription polymerase chain reaction (RT PCR). Meskipun demikian, keterlambatan penemuan kasus konfirmasi Covid-19 pada petugas di tahun 2020 menuntut penilaian terhadap kinerja skrining Covid-19 yang berjalan saat itu. Penelitian ini mengevaluasi kinerja skrining Covid-19 pada petugas di Siloam Hospitals Group pada tahun 2020 melalui analisis kuantitatif hubungan antara masing-masing komponen skrining Covid-19 dengan luaran hasil RT PCR, dilanjutkan dengan analisis kualitatif berdasarkan aspek evaluasi kinerja skrining menurut Wilson dan Jungner (1968). Desain kuantitatif penelitian ini berjenis kasus kontrol dengan memanfaatkan telaah data secara retrospektif. Data kualitatif penelitian ini diperoleh melalui wawancara mendalam terhadap tiga kriteria informan dan telaah dokumen. Penelitian ini menemukan hubungan signifikan antara gejala klinis khas Covid-19 dan antibodi SARS-CoV-2 dengan luaran hasil RT PCR (p < 0,05), namun tidak terdapat hubungan signifikan antara riwayat kontak erat dengan luaran hasil RT PCR (p > 0,05). Gejala klinis merupakan komponen skrining Covid-19 yang menunjukkan kinerja paling baik dalam memperkirakan luaran hasil RT PCR pada kasus Covid-19 bergejala, namun untuk menangkap kasus Covid-19 presimptomatik dan asimptomatik, penemuan kontak erat seharusnya menjadi komponen skrining yang lebih unggul. Kejadian under reporting dan over reporting dalam penemuan kontak erat menyebabkan kasus konfirmasi Covid-19 terlewat untuk didiagnosis dan kasus non kontak erat terlaporkan sebagai kontak erat dengan mayoritas hasil RT PCR negatif. Uji antibodi SARS-CoV-2 memiliki kinerja yang paling buruk karena memberikan yield yang rendah dalam penemuan kasus dan pengambilan keputusan klinis. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pengkajian gejala klinis masih direkomendasikan sebagai komponen skrining Covid-19 yang memiliki kinerja baik. Penemuan kontak erat juga masih direkomendasikan sebagai komponen skrining Covid-19 meskipun kinerjanya memerlukan perbaikan. Sebaliknya, pemeriksaan antibodi SARS-CoV-2 berkala tidak lagi direkomendasikan sebagai komponen skrining Covid-19 karena menunjukkan kinerja yang paling buruk. Pemeriksaan berkala antigen SARS-CoV-2 atau pemeriksaan Nucleic Acid Amplification Test (NAAT) lainnya lebih direkomendasikan jika sudah tersedia. ......The Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) screening on healthcare and non-healthcare workers is one of the means to prevent Covid-19 transmission within hospitals. Siloam Hospitals Group implements three components for Covid-19 screening on hospitals’ workers which consists of clinical symptoms assessment, contact finding, and serial Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) antibody testing. Positive finding on at least one of Covid-19 screening components will be followed up by reverse transcription polymerase chain reaction (RT PCR) testing. However, delay in Covid-19 confirmed case findings in hospitals’ workers in 2020 period requires assessment regarding Covid-19 screening performance implemented at the time. This study evaluates Covid-19 screening performance in Siloam Hospitals Group’s workers in 2020 through quantitative analysis of correlation between each of the Covid-19 screening components and RT PCR result, followed by qualitative analysis based on Wilson and Jungner’s (1968) principles of screening performance evaluation. The quantitative approach uses case control study design which collects quantitative data retrospectively. Qualitative data is acquired through in-depth interview with informants from three different criteria and through document study. This study finds significant correlation between Covid-19 clinical symptoms and RT PCR result as well as between SARS-CoV-2 antibody result and RT PCR result (p < 0,05), although no significant correlation is found between contact history and RT PCR result (p > 0,05). Clinical symptom is Covid-19 screening component which shows high performance in predicting RT PCR result for Covid-19 symptomatic cases. However, for Covid-19 presymptomatic and asymptomatic caeas, contact tracing should be placed as superior Covid-19 screening component. Under-reporting and over-reporting found in contact tracing implementation cause misdiagnosis of Covid-19 confirmed cases, while non-eligible contacts are reported as eligible contacts with predominant negative RT PCR results on follow up. SARS-CoV-2 antibody testing shows the lowest performance due to its low yield in case finding and clinical decision making. This study concludes that clinical symptoms assessment is still recommended as Covid-19 screening component with high performance. Contact tracing is also recommended to be used as Covid-19 screening component with performance improvement. In contrast, SARS-CoV-2 antibody testing is no longer recommended as Covid-19 screening component due to its low performance. Antigen SARS-CoV-2 or other Nucleic Acid Amplification Test (NAAT) serial testing is more recommended, if available.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amma Rahmala Sari
Abstrak :
ABSTRAK
Literasi kesehatan menjadi prediktor status kesehatan individu. Literasi kesehatan dapat diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan kognitif dan sosial individu untuk menerima, memproses, memahami dan menggunakan informasi untuk membuat keputusan bagi kesehatannya. Literasi kesehatan ini dapat mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang, termasuk kebiasaan makan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan literasi kesehatan dengan kebiasaan makan pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa kesehatan dan non kesehatan. Metode dalam penelitian ini menggunaan metode cross sectional dengan teknik pengambilan sampel accidental sampling. Sampel yang digunakan sebanyak 350 mahasiswa. Literasi kesehatan diukur menggunakan kuesioner Health Literacy Questionnaire, sedangkan kebiasaan makan diukur menggunakan Food Frequency Quesionnaire modifikasi. Penelitian ini diikuti oleh 212 mahasiswa perempuan, 174 memiliki suku Jawa, 264 mahasiswa non kesehatan, dan 189 mahasiswa tinggal bersama orang tua. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat literasi kesehatan dengan kebiasaan makan yang diuji menggunakan chi square p=0,024;OR=8,438 . Peningkatan kemampuan literasi kesehatan pada mahasiswa diperlukan untuk membantu pembentukan perilaku kebiasaan makan yang baik. Untuk itu, diperlukan upaya untuk meningkatkan literasi kesehatan dengan menyediakan website informasi kesehatan yang terpercaya dan pembuatan aturan tentang kebiasaan makan di lingkungan organisasi.
ABSTRACT
Health literacy is a predictor of an individual 39 s health status. Health literacy can be interpreted as knowledge, cognitive and social skills to receive, process, understand and use information to make health decisions. Health literacy will affect on one 39s health behavior including eating habits. The aim of study was to identify relationships of health literacy with eating habits on health and non health students rsquo executive council SEC . This study used cross sectional method with accidental sampling. Samples in this study are 350 students. Health literacy used the Health Literacy Questionnaire, whereas eating habits used a Food Frequency Quesionnaire which has been modified. This study consist of 212 females, 174 Javanese, 264 non health students, and 189 students live with parents.The results showed a significant relationship between health literacy level and eating habits with chi square statistical test p 0,024 OR 8,438. Improving students 39 health literacy skills is needed to establish good behavior of eating habits. Therefor, we need an effort to improve health by providing a trusted and integrated health information website and create regulation about eating habits in organization circle.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ines Cyntia
Abstrak :
Stroke merupakan kondisi kegawatan, semakin cepat pengobatan semakin tinggi kemungkinan hasil diperoleh. Mahasiswa sebagai populasi muda dipilih karena pada usia ini individu mulai membentuk gaya hidup jangka panjang. Sehingga program promotif dan preventif dapat diadaptasi dengan baik. Penelitian menggunakan desain deskriptif komparasi, cross sectional dengan populasi mahasiswa sarjana angkatan 2017 di Universitas Indonesia melibatkan 114 responden. Instrumen penelitian menggunakan  Stroke Knowledge Test. Analisis dilakukan menggunakan uji t independen beda dua rerata (α=0,05). Didapatkan hasil p=0,000 bermakna dari perbedaan skor mahasiswa kesehatan dan non kesehatan. Hampir tiap aspek yang dianalisis dalam karakteristik masuk dalam kategori mayoritas yang sama. Perlunya ketersediaan akses mata kuliah stroke lintas fakultas, sehingga mahasiswa dari fakultas selain kedokteran dan keperawatan dapat ikut belajar dan mendapatkan secara lebih dalam. Perlunya ketersediaan informasi stroke pada internet dan media sosial untuk kalangan muda sehingga informasi stroke bisa didapatkan secara mudah dan berimplikasi pada bertambahnya pengetahuan masyarakat.
Stroke is a condition of emergency, young population are chosen because at this age individuals begin to form long-term lifestyles. So that promotive and preventive programs can be well adapted. The study used a comparative descriptive, cross-sectional design with a population of undergraduate students class 2017 at the University of Indonesia involving 114 respondents. The research instrument used is the Stroke Knowledge Test. The analysis was performed using two mean independent t-test (α = 0.05). The results obtained were p = 0.000 which was significant from the difference in scores of health and non-health cluster students. Almost every aspect analyzed in the characteristics falls into the same majority category. Cross-faculty stroke courses are needed, so every students can gain basic stroke information properly. Stroke information needs to be availlable on the internet and social media so that stroke information can be obtained easily by young people and increasing public knowledge.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Nurul Hidayati
Abstrak :
Penelitian ini membahas tentang perilaku pencegahan COVID-19 pada mahasiswa kesehatan dan non-kesehatan di Universitas Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perilaku pencegahan COVID-19 pada mahasiswa kesehatan dan non-kesehatan ditinjau dari teori health belief model. Variabel yang diteliti adalah perilaku pencegahan COVID-19, faktor pemodifikasi (usia, jenis kelamin, pengetahuan) dan persepsi individu (persepsi kerentanan, keparahan, manfaat, hambatan dan self efficacy). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan metode penelitian cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 110 orang mahasiswa kesehatan dan non-kesehatan dengan menggunakan metode pengambilan sampel purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 68% mahasiswa kesehatan memiliki perilaku pencegahan COVID-19 yang baik dan 31.6% memiliki perilaku pencegahan yang kurang baik. Sedangkan mahasiswa non-kesehatan yang memiliki perilaku pencegahan yang baik adalah 59.7% dan 40.3% memiliki perilaku pencegahan yang kurang baik. Terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan perilaku pencegahan COVID-19 (p=0.020). ......This study discusses about the preventive health behaviours of COVID-19 among students majoring in health and non-health sciences Universitas Indonesia. The objective of this study was to look preventive health behaviour COVID-19 among students majoring in health and non-health sciences based of health belief model. Variabels in this study including preventive behaviour, modifying factors (Age, sex, and knowledge), individual perceived (perceived susceptibility, perceived severity, perceived benefits, dan perceived barriers and self efficacy). This study using quantitative approaches and cross sectional study methods.The total samples of this study is 110 people of students majoring in health and non-health sciences with purposive sampling method. The result showed that 68% students majoring health sciences are having good preventive behaviour and 31.6% have enough preventive behaviour, while 59.7% the student majoring non-health science have good preventive behaviour and 40.3% have enough preventive behaviour. There was significant associations between sex with preventive health behaviour of COVID-19 (p=0.020)
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shella Rachmawaty
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai gambaran perbedaan tingkat pengetahuan mahasiswa kesehatan dan mahasiswa non-kesehatan Universitas Indonesia tentang teknik Resusitasi Jantung Paru (RJP) pada dewasa. Karateristik responden dalam penelitian ini adalah usia, jenis kelamin, dan pengelaman mengikuti pelatihan resusitasi jantung paru, sedangkan tingkat pengetahuan sebagai variabel penelitian. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif. Jumlah sampel adalah 283 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah stratified random sampling. Hasil yang didapatkan pada mahasiswa kesehatan adalah 9 orang memiliki pengetahuan rendah dan 83 orang memiliki pengetahuan tinggi (n=92). Sedangkan mahasiswa non-kesehatan yang memiliki pengetahuan rendah sebanyak 99 orang dan yang memiliki pengetahuan tinggi 92 orang (n=191). Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat pengetahuan mahasiswa kesehatan dan mahasiswa non-kesehatan tentang teknik resusitasi jantung paru pada dewasa dengan nilai p=0,000 (p<0,05).
Abstract
The topic of this research is description knowledge level of medical students and non-medical students in Universitas Indonesia about cardiopulmonary resuscitation techniques in adult. Respondent characteristics on this research are age, gender,and training experience,while knowledge as variable research. Design of this research is correlative descriptive. The samples are 283 people. Sampling technique that are used is stratified random sampling. in medical students, we have 9 students that have low knowledge and 83 students have high knowledge (n=92). While non-medical students have 99 students have low knowledge and 92 students have high knowledge (n=191). The conclusion of this research that there is significant differences between knowlodge level of medical students and nonmedical students about cardiopulmonary resuscitation in adult with p value 0,000 (p<0,05). ;
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S43469
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anggun Nurvika Putri
Abstrak :
ABSTRAK
Air mempunyai peranan penting untuk tubuh. Akan tetapi, dehidrasi menjadi salah satu masalah di Indonesia. Pada mahasiswa kesehatan diperkirakan mempunyai pengetahuan, sikap, dan perilaku terkait masalah kesehatan dibandingkan dengan mahsiswa non-kesehatan.

Tujuan: Untuk membandingkan pengetahuan, sikap, dan perilaku asupan cairan dan status hidrasi antara mahasiswa kesehatan dan non-kesehatan di Asrama Universitas Indonesia, Depok.

Metode: Penelitian potong lintang ini mempunyai responden yaitu mahasiswa yang tinggal di Asrama Universitas Indonesia usia 18-21 tahun. Kuesioner pengetahuan dan sikap (kuesioner FIHS) yang tervalidasi digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan dan sikap terkait asupan cairan dan status hidrasi, pengukuran perilaku asupan cairan menggunakan catatan minuman 7 hari, pengukuran status hidrasi menggunakan metode urine color (Ucol) dan Urine specific gravity (Usg), kuesioner aktivitas fisik internasional untuk mengetahui aktivitas fisik, dan sosio-ekonomi demografi menggununakan kuesioner terstruktur.

Hasil: Pada penelitian ini ditemukan pada kedua kelompok, antara mahasiswa kesehatan dan non-kesehatan mempunyai aktivitas fisik yang rendah, yaitu masing-masing 71.2% and 72,4%. Berdasarkan kuesioner FIHS mahasiswa kesehatan mempunyai nilai sikap yang lebih tinggi daripada mahasiswa non-kesehatan (p<0.001), sementara itu pada nilai pengetahuan tidak ada perbedaan antara mahasiswa kesehatan (7.37±1.37) dan non-kesehatan (7.28±1.25). Lebih dari 50% responden di kedua grup ditemukan dehidrasi bedasarkan pengukuran hidrasi status menggunakan Ucol dan Usg. Pada mahasiswa kesehatan dan non-keseehatan yang cukup minum signifikan lebih tinggi tingkat pengetahuan mengenai asupan minum dan status hidrasi daripada mahasiswa yang kurang minum.

Kesimpulan: Maka dari itu, dibutuhkan intervensi untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap sehingga perilaku dan status hidrasi dapat lebih baik berdasarkan jurusan responden.
ABSTRACT
Water has an important role in normal body function. However, dehydration becomes one of the health problems in Indonesia. It is assumed that health science students have greater knowledge, attitude, and practice related to health issues compared to non-health science students.

Objective: To compare the knowledge, attitude, practice of daily fluid intake and hydration status between health and non-health science students in Dormitory of Universitas Indonesia, Depok.

Method: The respondents were the undergraduate students who stayed in the dormitory of Universitas Indonesia aged 18-21 years. Validated questionnaire of knowledge and attitude (FIHS Questionnaire) were used to assess knowledge and attitude regarding fluid intake and hydration status, practice of daily fluid intake was used 7-day fluid record, hydration status measurement was used Urine color (Ucol) and Urine specific gravity (Usg) methods, short international physical activity questionnaire (Short-IPAQ) was used to assess physical activity, and socio-eco demographic characteristics were assessed using structured questionnaire.

Results: In this study found both in two groups, health science and non-health science had low physical activity, 71.2% and 72.4% respectively. Based on FIHS questionnaire, health science students had a higher score of an attitude than non-health science students (p<0.001), meanwhile for their knowledge there was no difference score both in health science students (7.37±1.37) and non-health science students (7.28±1.25). More than 50% of respondents both in the two groups were dehydrated based on hydration measurement used Ucol and Usg. Among health science and non-health science students who had enough drinking significantly higher in knowledge regarding fluid intake and hydration status than the students with less drinking.

Conclusion: Therefore, it was needed to conduct the intervention for increasing knowledge and attitude to make better practice and hydration status based on respondent majority.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jusephina
Abstrak :
Literasi gizi adalah tingkatan dimana seseorang memiliki kapasitas untuk menperoleh, memproses, dan memahami informasi dasar seputar gizi. Literasi gizi dapat memengaruhi pembentukan pola makan pada usia remaja dan dewasa muda. Skripsi ini meneliti tingkat literasi gizi pada mahasiswa untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengannya, antara lain jenis kelamin, rumpun ilmu kesehatan dan non kesehatan, dan tingkat uang saku. Desain studi yang digunakan adalah cross sectional kepada 373 mahasiswa sarjana Universitas Indonesia angkatan 2017 dengan menggunakan instrumen kuesioner yang terdiri dari tiga domain literasi fungsional, interaktif, dan kritikal. Data dianalisis dengan uji Chi-square. Hasil penelitian menunjukkan 47.2 responden memiliki literasi gizi tidak adekuat. Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan bermakna antara rumpun ilmu kesehatan dan non kesehatan dengan tingkat literasi gizi total p = 0.000, OR = 4.6 . Rumpun ilmu kesehatan dan non kesehatan juga berhubungan bermakna dengan literasi gizi fungsional p = 0.000, OR = 2.9, dengan literasi gizi interaktif p = 0.002, OR = 2.5, dan dengan literasi gizi kritikal p = 0.001, OR = 2.7. ...... Nutrition literacy is defined as the degree to which individual has the capacity to obtain, process, and understand about basic nutrition information. Nutrition literacy can affect the formation of different diet in adolescents and young adults. This thesis examines the level of nutrition literacy among first year undergraduate students to know about the factors associated with it, including gender, clusters of health and non health science, and allowance. This study used cross sectional design to 373 first year undergraduate students in University of Indonesia by using the questionnaire instrument consisting of three domains functional, interactive, and critical. Data were analyzed by chi square test. The result showed that 47,2 of respondents had inadequate nutrition literacy. The result of bivariate analysis showed that there is a significant correlation between health science and non health science cluster with the total nutrition literacy rate p 0.000, OR 4.6 . Health science and non health science cluster were also significantly associated with the functional nutrition literacy p 0.000, OR 2.9, interactive nutrition literacy p 0.002, OR 2.5, and critical nutrition literacy p 0.001, OR 2.7.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Situmorang, Samuel
Abstrak :
Setiap individu berisiko untuk mengalami stres, salah satunya adalah mahasiswa. Stres yang dialami mahasiswa yaitu stres akademik. Stres akademik adalah respon individu terhadap suatu tekanan yang berasal dari tuntutan akademik seperti beban tugas dan ujian, persaingan antar mahasiswa dan tuntutan untuk berprestasi. Untuk mengurangi dampak negatif dari stres, individu diharapkan dapat melakukan manajemen stres. Salah satu manajemen stres yang dapat dilakukan adalah strategi koping. Contoh strategi koping yang dapat digunakan yaitu memelihara hewan peliharaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat stres akademik antara pet owners dan non-pet owners pada mahasiswa non-kesehatan Universitas Indonesia. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif komparatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel pada penelitian ini sebanyak 118 mahasiswa dari 9 fakultas non-kesehatan di Universitas Indonesia, dengan menggunakan teknik pengambilan sampel accidental sampling. Instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat stres akademik yaitu Perception of Academic Stress Scale (PASS). Analisis data pada penelitian ini terdiri dari analisis data univariat untuk karakteristik responden dan analisis data bivariat menggunakan chi-squared. Hasil dari penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan tingkat stres akademik yang signifikasi antara pet owners dan non-pet owners pada mahasiswa non-kesehatan (p = 0,207; α = 0,1). Melalui penelitian ini, diharapkan mahasiswa lebih sadar dan peduli terhadap stres yang dialami serta melakukan manajemen stres sesuai dengan pilihan dan sumber daya masing-masing. Menjadikan hewan peliharaan sebagai strategi koping dapat membantu mengurangi tingkat stres. Namun, hal tersebut dipengaruhi seberapa erat kelekatan antara pemilik dengan hewan yang dipelihara. ......Every individual is at risk of experiencing stress, one of which is students. The stress experienced by students is academic stress. Academic stress is an individual's response to pressure originating from academic demands such as assignments and exams, competition between students and demands for achievement. To reduce the negative impact of stress, individuals are expected to be able to carry out stress management. One stress management that can be done is a coping strategy. An example of a coping strategy that can be used is keeping a pet. This study aims to determine the difference in academic stress levels between pet owners and non-pet owners among non-health students at the University of Indonesia. The design used in this research is descriptive comparative with a cross sectional approach. The sample in this study was 118 students from 9 non-health faculties at the University of Indonesia, using accidental sampling techniques. The instrument used to measure the level of academic stress is the Perception of Academic Stress Scale (PASS). Data analysis in this study consisted of univariate data analysis for respondent characteristics and bivariate data analysis using chi-squared. The results of this research are that there is no significant difference in the level of academic stress between pet owners and non-pet owners in non-health students (p = 0.207; α = 0.1). Through this research, it is hoped that students will be more aware and care about the stress they experience and carry out stress management according to their individual choices and resources. Keeping pets as a coping strategy can help reduce stress levels. However, this is influenced by how close the attachment is between the owner and the animal being kept.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library