Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizky Alfiansyah
"Dalam tubuh manusia, bahan implan tidak hanya berinteraksi dengan ion anorganik, tetapi juga berinteraksi dengan senyawa organik, terutama protein. Variasi konsentrasi 0 g/L – 0,4 g/L Bovine Serum Albumin (BSA) sebagai protein yang disimulasikan ditambahkan pada larutan Phosphate Buffered Saline (PBS) untuk mengamati perilaku korosi niobium (Nb) melalui pengujian elektrokimia dan karakterisasi permukaan. Berdasarkan analisis kurva polarisasi potensiodinamik, didapatkan nilai potensial korosi yaitu -0,84 V; -0,86 V; -0,87 V; -0,87 V dan rapat arus korosi 4,4 μA cm-2; 2,9 μA cm-2; 1,9 μA cm-2; 1,9 μA cm-2. Nilai potensial dan rapat arus korosi menurun seiring penambahan konsentrasi BSA, menyebabkan laju korosi yang menurun juga. Analisis hasil karakterisasi XRD menunjukkan bahwa fasa oksida dari Nb tidak muncul, karena lapisan oksida yang terbentuk sangat tipis. Pengamatan morfologi permukaan menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM) juga didapatkan jumlah kerusakan akibat serangan korosi semakin berkurang seiring penambahan konsentrasi BSA.

In the human body, the material of the implant is not only interact with the inorganic ions, but also interact with organic compounds, especially proteins. Variation of the concentration of 0 g/L to 0.4 g/L Bovine Serum Albumin (BSA) as a protein that is simulated is added in a solution of Phosphate Buffered Saline (PBS) to observe the corrosion behavior of niobium (Nb), through testing and electrochemical characterization of the surface. Based on the analysis of the curves of potentiodynamic polarization, obtained the value of the corrosion potential that is -0.84 V; -0.86 V; -0.87 V; -0.87 V and current density of corrosion of 4.4 µA cm-2; a 2.9 µA cm-2; the 1.9 µA cm-2; A 1.9 µA cm-2. The value of the potential and current density of corrosion decreases as the addition of the concentration of BSA, causing the corrosion rate decreased as well. Analysis of the results of XRD characterization shows that the phase of the oxide of Nb does not appear, because the oxide layer formed is very thin. The observation of surface morphology using Scanning Electron Microscope (SEM) also showed the amount of damage due to corrosion attack on the wane as the addition of the concentration of BSA."
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Triana Sari
"Terak timah II merupakan hasil samping dari pengolahan timah, pada terak timah II terkandung unsur-unsur yang masih dapat dimanfaatkan kembali seperti kuarsa, rutile, hematit, zirkonium oksida, alumunium oksida, tantalum oksida, dan niobium oksida. Tantalum dan Niobium beberapa tahun mendatang akan mengalami kepunahan, oleh karena itu pada penelitian ini akan dilakukan recovery tantalum dan niobium dari terak timah II. Terak timah II memiliki kadar tantalum dan niobium oksida sebesar 0,33 dan 0,645.
Pada penelitian ini akan dilakukan ekstraksi terhadap logam tantalum dan niobium dari terak timah II menggunakan metode Leaching. Leaching dilakukan dua kali, yang pertama dengan menggunakan HCl dan Alkali NaOH dan yang kedua dengan menggunakan HF dan H2SO4 kemudian dilakukan ekstraksi menggunakan reagen MIBK dan karakterisasi dilakukan dengan instrumen ICP-OES. Kadar tantalum dan niobium pentoksida sebelum ditambahkan asam fitat adalah 68,6465 ppm dan 931,858 ppm dan setelah ditambahkan asam fitat menjadi 463,535 atau meningkat sebesar 85,229 ppm pada tantalum dan menurun sebesar 31,30 menjadi 640,165 ppm.

Tin slag II is a by product of tin processing, in tin slag II contained elements that can still be reused such as quartz, rutile, hematite, zirconium oxide, aluminum oxide, tantalum oxide, and niobium oxide. Tantalum and Niobium in the next few years will experience extinction, therefore in this research will be done tantalum and niobium recovery from tin slag II. Tin slag II has tantalum and niobium oxide levels of 0.33 and 0.645.
In this research will be extraction of tantalum and niobium metal from tin slag II using Leaching method. Leaching is done twice, the first by using HCl and Alkali NaOH and the second by using HF and H2SO4 and characterization done with ICP OES instrument. Levels of tantalum and niobium pentoxide before added phytic acid were 68.6465 ppm and 931.858 ppm and after added phytic acid to 463.535 ppm 640.165 ppm.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S68899
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Fadli
"Terak timah merupakan produk sampingan hasil proses pengolahan dan peleburan bijih timah di mana mengandung banyak mineral berharga, antara lain tantalum dan niobium. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh konsenstrasi larutan HNO3 sebagai pelindi terhadap peningkatan kadar tantalum pentoksida dan niobium pentoksida dalam terak timah. Terak timah yang digunakan pada penelitian ini adalah terak timah I Indonesia dengan kandungan 0.30 Ta2O5 dan 0.58 Nb2O5. Pemanggangan pada temperatur 900 C dan pencelupan dengan media larutan NaOH dilakukan terhadap terak timah, kemudian analisa XRF.
Hasil analisa menunjukkan terak timah ukuran butir 100 dengan kadar 0.10 Ta2O5 dan 0.20 Nb2O5 memiliki kadar senyawa pengikut paling sedikit sebesar 62.70 . Keseluruhan penelitian memperoleh kadar Ta2O5 tertinggi sebesar 0.35 pada terak timah hasil pelindian HNO3 8 M dan kadar Nb2O5 tertinggi sebesar 0.67 pada terak timah hasil pelindian HNO3 6 M.

Tin slag is a byproduct result of processing and smelting of tin ore which contains many valuable minerals, including tantalum and niobium. This research aims to look the effect of concentration of HNO3 solution as leaching reagent to increase the content of tantalum pentoxide and niobium pentoxide in tin slag. Tin slag used in this research was Indonesian tin I slag containing 0.30 Ta2O5 and 0.58 Nb2O5. Roasting at temperature of 900 C and quenching with NaOH solution were done to the tin slag, then XRF analysis.
The analysis showed tin slag grain size 100 with grades of 0.10 Ta2O5 and 0.20 Nb2O5 had the least grade of adherent compounds in the amount of 62.70 . Overall the research obtained the highest grade of Ta2O5 in the amount of 0.35 in tin slag leached with HNO3 8 M and the highest grade of Nb2O5 0.67 in tin slag leached with HNO3 6 M.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67985
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Debby Rachel
"Logam tantalum dan niobium dikategorikan sebagai logam refraktori yang mana banyak dibutuhkan dalam dunia industri tetapi sayngnya keberadan kedua logam ini kembali masuk kedalam kategori critical raw materials. Berdasarkan ketersediaan sumber, terak timah dapat dijadikan sebagai alternatif untuk mendapatkan logam tantalum dan niobium. Dalam penelitian ini dilakukan rangkaian proses untuk mneningkatkan kadar niobium dan tantalum dalam terak timah yang memiliki kadar awal 0,23 dan Nb sebesar 0,47, dengan melakukan pemanggangan 2 jam di suhu 900 C, dilanjutkan dengan pelindian NaOH 8 M, dan terakhir dilakukan pelindian asam dengan menambahkan variasi konsentrasi H3PO4 pada larutan HNO3 dikondisi atmosferik. Dari hasil pemanggangan didapatkan ada kerenggangan antar partikel dan terjadi aglomerasi.pada partikel. Pelindian NaOH dapat melarutkan senyawa Si, Al, Fe dan Zr. Kadar optimal yang dihasilkan dari pelindian campuran HNO3 2 M: H3PO4 1,5 M dengan nilai kadar untuk tantalum dan niobium adalah secara berturut-turut 0,9 dan 1,54.

Tantalum and niobium are categorized as refractory metal, which needed in many industries. Unfortunately, both of this metals are categorized as critical raw material. Due to the supply of source, tin slag can be considered ad alternative source of tantalum and niobium. The aim of this research is to upgrade the grade of niobium and tantalum of tin slag which have initial grade 0,23 Ta2O5 and 0,47 Nb2O5, with roasting at 900 C for 2 hour, continued by NaOH 8 M leaching, and acid leaching with adding variation concentration of H3PO4 on HNO3. The result showed that there is loosing among particles and also aglomeration of particles. NaOH leaching would dissolve the impurities such as Si, Al, Fe, and Zr. The optimal grade of Ta and Nb was reached by the leaching 2M HNO3 1,5 M H3PO4 with 0.9 Ta and 1,54 Nb."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulaksana Permana
"Saat ini tantalum dan niobium yang merupakan salah satu dari empat belas unsur kritis di dunia telah mengalami defisit pasokan sejak tahun 2015. Oleh karena itu perlu dilakukan usaha untuk mendapatkan sumber lain dalam rangka memenuhi kebutuhan tantalum dan niobium di berbagai segmen industri yang semakin meningkat. Salah satu sumber alternatif untuk memenuhi kebutuhan tantalum dan niobium tersebut adalah terak timah Bangka (TTB) yang mengandung Ta2O5 0,33 % berat dan Nb2O5 0,64 % berat.
Tinjauan pada terak timah Bangka yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya menyatakan bahwa perolehan nilai rasio pengayaan yang rendah disebabkan kurang efektifnya proses pelindian, baik melalui rute asam-basa maupun basa-asam. Oleh karena itu, kebaruan penelitian ini difokuskan pada penggunaan proses roastingquenching (pemanggangan diikuti dengan pencelupan secara cepat ke dalam air) sebagai pre-treatment proses pelindian dengan lima rute berbeda. Dengan proses roasting-quenching tersebut diharapkan akan terjadi peretakan panas (thermal cracking), reduksi ukuran partikel yang akhirnya memperluas area pembasahan. Dengan lebih luasnya area pembasahan akan memudahkan terjadinya reaksi antara oksida berharga maupun oksida lain dengan larutan pelindi dan pada akhirnya diharapkan akan meningkatkan rasio pengayaan tantalum oksida dan niobium oksida dalam TTB tersebut. TTB yang telah mengalami pemanggangan pada suhu 900⁰C diikuti dengan pencelupan secara cepat ke dalam air dan pengayakan, hasil prosesnya disingkat TTB-TPP.
Pada studi ini TTB-PPP dilakukan pelindian dengan 5 rute variasi pelarut dan variasi konsentrasi pelarut. Adapun 5 rute variasi pelarut adalah: (i) HF; (ii) HCl; dilanjutkan ke dalam NaOH; (iii) NaOH dilanjutkan ke dalam HClO4; (iv) NaOH dilanjutkan ke dalam H3PO4 dan (v) NaOH dilanjutkan ke dalam HClO4 terakhir H2SO4.
Hasil karakterisasi menggunakan X-Ray Fluorescence (XRF), Scanning Electron Microscope-Energy Dispersive X-ray Analysis (SEM-EDAX), Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) dan Inductively Coupled Plasma-Optical Emission Spectrometry (ICP-OES) yang dilakukan terhadap TTB, TTB-PPP, residu dan filtrate hasil pelindian ditemukan bahwa TTB-PPP yang dilakukan pelindian dengan larutan NaOH 8 M (2 jam), dilanjutkan pelindian dengan larutan HClO4 0,8 M (2 jam), dan terakhir dilakukan pelindian dengan larutan H2SO4 0,8 M (2 jam), menghasilkan rasio pengayaan paling optimum yaitu 4,09 untuk tantalum oksida dan 3,34 untuk niobium oksida. Sedangkan pelindian TTB-PPP dengan NaOH 8 M (2 jam) dilanjutkan dengan H3PO4 1,5 M (2 jam) menghasilkan rasio pengayaan tantalum oksida 3,7 dan niobium oksida 3,02.

Currently tantalum and niobium which are one of the fourteen critical elements in the world has experienced supply deficits since 2015. Therefore, efforts are needed to obtain alternative sources in order to meet the supplies of tantalum and niobium in various industry segments that are increased. One alternative source to meet the needs of tantalum and niobium is Bangka tin slag (BTS) containing Ta2O5 0.33 % wt and Nb2O5 0.64 % wt.
A review of the Bangka tin slag that has been performed by previous researchers stated that low enrichment ratio values are due to ineffective leaching processes, both acid-base and acid-base routes. Therefore, the novelty of this research is focused on the use of roasting-quenching process (roasting followed by rapid quenching into water) as pre-treatment of leaching process with five different routes. With the roastingquenching process it is expected to provide thermal cracking, reduction of particle size which eventually expanded the wetting area. With a wider area of the wetting will facilitate the reaction between the precious oxide and other oxides with the leachate solution and ultimately it is expected to increase the ratio of enrichment of tantalum oxide and niobium oxide in tin slag Bangka. In the 900⁰C roasted BTS followed by a rapid quenching into the water and sieving, the result of the process is abbreviated as BTS-RQS.
In this study, BTS-RQS leached with 5 routes of solvent variation and variation of solvent concentration. The 5 routes of solvent variation are: (i) HF; (ii) HCl is continued into NaOH; (iii) NaOH is continued into HClO4; (iv) NaOH is continued into H3PO4 and (v) NaOH is continued into HClO4 and the final into H2SO4.
The results of characterization using X-Ray Fluorescence (XRF), Scanning Electron Microscope-Energy Dispersive X-ray Analysis (SEM-EDAX), Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) and Inductively Coupled Plasma-Optical Emission Spectrometry (ICP-OES) performed on BTS, BTS-RQS, leaching residues and leaching filtrates found that BTS-RQS leached by 8 M NaOH solution (2 h), followed by leaching with HClO4 0.8 M (2 h), and lastly leached with a solution of H2SO4 0.8 M (2 h), yielding the most optimum enrichment ratio of 4.09 for Ta2O5 and 3.34 for Nb2O5. While BTS-RQS leaching with 8 M NaOH (2 h) followed by 1.5 M H3PO4 (2 h) resulted in an enrichment ratio of 3.7 for Ta2O5 and 3.02 for Nb2O5."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
D2448
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vincent Irawan
"Zirkonium-Niobium paduan (Zr-Nb paduan) memiliki potensi untuk menggantikan implant Titanium kontemporer dengan mempertimbangkan sitotoksisitas nya, suseptibilitas magnetik dan ketahanan korosi. Metalurgi serbuk sebagai salah satu metode pembentukan dapat digunakan dalam produksi implant dengan desain rumit dan struktur mikro yang fleksibel, baik dalam komposisi dan porositas. Pemadatan dan sintering dilakukan untuk menghasilkan produk yang padat dengan porositas. Pengamatan morfologi porositas akan diamati dengan mikroskop optik dan jumlah porositas dalam paduan akan diamati dengan pengujian porositas. Sedangkan struktur kristal diamati dengan dan X-Ray Diffraction (XRD). Konstituen fasa mikro sangat tergantung pada komposisi Niobium. Pengujian kekerasan menunjukkan peningkatan seiring dengan penambahan jumlah Niobium. Sementara itu penambahan Niobium akan menurunkan jumlah porositas dan mengubah morfologi porositas menjadi berbentuk jaring. Penambahan Niobium dalam jumlah besar membutuhkan temperature sintering yang jauh lebih tinggi dibandingkan paduan dengan jumlah Niobium lebih kecil.

Zirconium-Niobium alloy (Zr-Nb alloy) has potency to replace the contemporary Titanium bioimplant by considering its cytotoxicity, magnetic susceptibility and corrosion resistance. Powder metallurgy as one of the forming methods could be used in production of bioimplant with intricate design and flexible microstructure, both in composition and porosity. Compaction and sintering is carried out to produce solid product with remained porosity. Resulting porosity of Zr-Nb alloy produced by powder metallurgy method will be characterized by density measurements and optical microscopy. Crystalline structure is observed by X-Ray Diffraction (X-RD). The microphase constituent is highly dependent on Niobium composition. The density of alloy will decrease as the addition of Niobium. In contrary, the hardness of alloy will increase as the addition of Niobium."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54356
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afrizal Faldy Pratama
"Paduan biomaterial terner Zr-xMo-yNb dengan variasi Zr-1Mo-1Nb, Zr-6Mo-3Nb, dan Zr-3Mo-6Nb yang diproduksi melalui metalurgi serbuk diberi perlakuan panas pada suhu 850°C kemudian dikuens dengan oli. Pengaruhnya terhadap struktur mikro, densitas dan porositas, serta kekerasan diteliti dan dibandingkan dengan paduan yang sama yang tidak diberi perlakuan panas. Struktur mikro paduan didominasi fasa α-Zr dan beberapa paduan mengandung α-Zr+(Mo,Nb)2Zr yang keras. Rangsangan panas mengakibatkan batas butir menjadi lebih jelas terlihat. Namun, perlakuan panas ini justru menambah porositas mikro sehingga nilai kekerasan paduan yang tidak dan yang diberi perlakuan panas relatif sama. Bertambahnya jumlah porositas akan diikuti dengan menurunnya nilai densitas.

In this paper, three ternary biomaterial alloys of Zr-1Mo-1Nb, Zr-6Mo-3Nb, Zr-3Mo-6Nb were fabricated through powder metallurgy process and heat-treated to 850°C, followed by quenching in oil. The effects of heat-treatment on microstructure, density, micro-porosity, and hardness was observed and compared to the non-heat-treated samples of the same compositions. α-Zr phase exists predominantly in the microstructure of the samples. Some of the samples, however, also features hard intermetallic phase of α-Zr+(Mo,Nb)2Zr. Unfortunately, the heat also increased the number of micro-porosity which affected the hardness of the samples. This increase in micro-porosity also lead to the decrease of density."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S60166
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutauruk, Jonathan Kriswanto
"[ABSTRAK
Logam tantalum dan niobium merupakan logam yang sumbernya termasuk ke dalam kategori critical in mid term. Terak timah merupakan limbah yang dapat dijadikan sebagai sumber cadangan kedua. Dalam penelitian ini akan dilihat pengaruh pemanggangan pada 700 oC serta pengaruh variasi konsentrasi larutan NaOH dan HCl sebagai larutan lindi, sampel terak timah yang digunakan berasal dari Indonesia dengan kadar 0,33% Ta2O5 dan 0,64% Nb2O5. Pengujian XRF digunakan untuk melihat perubahan kadar Ta2O5 dan Nb2O5 setelah proses pemanggangan dan pelindian. Hasil pemanggangan didapatkan distribusi massa terbanyak pada ukuran mesh +100 dan terjadi peningkatan kadar Ta2O5 dan Nb2O5 berturut-turut meningkat sebanyak 21,1% dan 37,5%. Kadar yang dihasilkan dari pelindian dengan 4 M NaOH meningkat sebanyak 3,48 dan 1,75 kali lipat dari Ta2O5 dan Nb2O5 awal. Secara keseluruhan rangkaian penelitian khususnya setelah pelindian HCl memperoleh peningkatan kadar mencapai 1,51% Ta2O5 pada 1 M HCl dan 1,41% Nb2O5 pada 4 M HCl.
ABSTRACT
The source of tantalum and niobium were known include as critical in mid term. The tin slag is a waste which could be a secondary resource. This research to found the effect of 700 oC roasting and concentration variable of NaOH and HCl solution as leaching reagent, the sample used Indonesian tin slag which have initial grade 0.33% Ta2O5 dan 0.64% Nb2O5.The change of Ta2O5 and Nb2O5 grades were determined by XRF test after roasting and leaching. The highest mass distribution on +100 mesh as the roasting result and the grades were increased 21.1% and 37.5% for Ta2O5 and Nb2O5. The results of leaching 4 M NaOH were increased of about 3.48 and 1.75 times from initial grade. From the whole of results, especially after HCl leaching were increased to 1.51% Ta2O5 on 1 M HCl and 1.41% Nb2O5 on 4 M HCl.
;The source of tantalum and niobium were known include as critical in mid term. The tin slag is a waste which could be a secondary resource. This research to found the effect of 700 oC roasting and concentration variable of NaOH and HCl solution as leaching reagent, the sample used Indonesian tin slag which have initial grade 0.33% Ta2O5 dan 0.64% Nb2O5.The change of Ta2O5 and Nb2O5 grades were determined by XRF test after roasting and leaching. The highest mass distribution on +100 mesh as the roasting result and the grades were increased 21.1% and 37.5% for Ta2O5 and Nb2O5. The results of leaching 4 M NaOH were increased of about 3.48 and 1.75 times from initial grade. From the whole of results, especially after HCl leaching were increased to 1.51% Ta2O5 on 1 M HCl and 1.41% Nb2O5 on 4 M HCl.
, The source of tantalum and niobium were known include as critical in mid term. The tin slag is a waste which could be a secondary resource. This research to found the effect of 700 oC roasting and concentration variable of NaOH and HCl solution as leaching reagent, the sample used Indonesian tin slag which have initial grade 0.33% Ta2O5 dan 0.64% Nb2O5.The change of Ta2O5 and Nb2O5 grades were determined by XRF test after roasting and leaching. The highest mass distribution on +100 mesh as the roasting result and the grades were increased 21.1% and 37.5% for Ta2O5 and Nb2O5. The results of leaching 4 M NaOH were increased of about 3.48 and 1.75 times from initial grade. From the whole of results, especially after HCl leaching were increased to 1.51% Ta2O5 on 1 M HCl and 1.41% Nb2O5 on 4 M HCl.
]"
Lengkap +
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S62254
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakhrul Razan
"Skripsi ini membahas mengenai pengaruh penambahan foaming agent MgCO3 paduan Zirkonium-Niobium, sehingga dapat membentuk paduan dengan struktur poros untuk aplikasi biomaterial. Proses fabrikasi pembuatan biomaterial untuk implan tulang permanen ini dilakukan dengan metode metalurgi serbuk meliputi preparasi serbuk, kompaksi, dan sinter dengan variabel komposisi foaming agent MgCO3 sebesar 3%, 4%, dan 5% dari jumlah total berat paduan Zr-3Nb. Pengujian yang dilakukan pada paduan ini meliputi uji kekerasan dengan metode Rockwell B, uji struktur mikro dengan menggunakan OM dan SEM, uji kandungan senyawa dengan XRD, dan uji bioaktifitas dengan menggunakan FTIR. Foaming agent MgCO3 dipilih karena morfologi porositas yang dihasilkan sangat baik. Penambahan foaming agent MgCO3 ini mempengaruhi terbentuknya poros dihasilkan, dimana diperoleh komposisi Zr-3Nb-3%MgCO3 yang merupakan komposisi optimal dilihat dari banyaknya porositas yang terbentuk untuk dijadikan sebagai aplikasi biomaterial dengan struktur poros. Pembentukan lapisan hidroksiapatit juga terlihat pada paduan Zr-3Nb poros, sebagai tanda bahwa paduan Zr-3Nb poros memiliki bioaktivitas yang baik.

The focus of this study is to investigate the effect of adding MgCO3 foaming agent element equally (based on weight percentage) in Zr-Nb alloy, to obtain porous structure for biomaterial application. The fabrication process of biomaterials for permanent bone implants was carried out by powder metallurgy method includes powders preparation, compaction and sintering with variable composition of MgCO3 foaming agent are 3%, 4%, and 5% of the total weight of the Zr-3Nb alloy. Tests were carried out on these alloys include hardness test using Rockwell B method, microstructure test using OM and SEM, the test compound content by XRD, and bioactivity testing using FTIR. MgCO3 foaming agent was chosen because of its good porous morphology. The addition amount of this MgCO3 foaming agent affect the created pores, which result Zr-3Nb-5%MgCO3 as the optimum composition by porosity aspect for biomaterial application with porous structure. Hydroxyapatite layer has been formed on Zr-3Nb porous as an evidence that Zr-Nb porous alloy has good bioactivity.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S62005
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widiantari Nofriandani
"ABSTRAK
Terak timah II merupakan hasil samping pengolahan timah yang mengandung kuarsa, rutile, hematit, zirkonium oksida, alumunium oksida, kalsium oksida, tantalum oksida, niobium oksida. Terak timah memiliki kadar tantalum oksida dan niobium oksida sebesar 0,33 dan 0,64 . Dalam penelitian ini dilakukan ekstraksi tantalum dan niobium dari terak timah II menggunakan metode leaching bertahap. Setelah dilakukan leaching awal terak timah II menggunakan natrium hidroksida 6 M kemudian dilakukan penambahan asam klorida 3,25 M dan didiamkan selama 15 menit pada suhu 50oC. Setelah itu dilakukan leaching lanjutan menggunakan asam fluorida dengan variasi konsentrasi didapatkan konsentrasi asam fluorida optimum sebesar 4 M dengan konsetrasi tantalum dan niobium sebesar 3,879 ppm dan 23,109 ppm dan dengan pengotor dominan besi sebesar 99,879 ppm. Dalam penelitian ini juga dilakukan isolasi katekin dari daun teh hijau Camellia sinensis. Katekin tersebut akan digunakan sebagai agen pengompleks agar logam tantalum dan niobium maupun logam pengotor yang terdapat dalam terak timah II dapat diekstraksi. Namun pada hasil penelitian dapat dilihat bahwa katekin lebih cenderung berikatan dengan besi yang merupakan pengotor pada terak timah II dibanding tantalum dan niobium terlihat dari penurunan kadar besi sebesar 12 menjadi 87,665 ppm, tantalum sebesar 1,5 menjadi 3,819 ppm serta niobium sebesar 2,1 menjadi 23,060 ppm.

ABSTRACT
Tin slag II is a by product of tin processing which contains quartz, rutile, hematite, zirconium oxide, aluminum oxide, calcium oxide, tantalum oxide, and niobium oxide.Tin slag II has tantalum oxide and niobium oxide levels of 0.33 and 0.64 , respectively. In this research, the extractions of Tantalum and Niobium from tin slag II were performed using gradual leaching method with 6 M sodium hydroxide followed by addition of 3.25 M hydrochloric acid and the resultant mixtures was left for 15 minutes at 50oC. Then, the leaching was continued using fluoride acid with variated concentration, this resulted in optimum concentration of fluoride at 4 M with concentration of tantalum and niobium of 3,879 ppm and 23,109 ppm and most dominant impurities constituent iron of 99,879 ppm. The isolation of catechin from green tea leaf Camellia sinensis was conducted as well. Isolated catechin was used as a complexing agent for tantalum and niobium so that the impurities in tin slag II can be more easily extracted. However, from the results in the research it can be seen that the catechins are more likely to bind to iron which is impurities on tin slag II compared to tantalum and niobium, based on decrease in iron concentration by 12 to 87.665 ppm, tantalum of 1.5 to 3.819 ppm, and niobium of 2,1 to 23,060 ppm."
Lengkap +
2017
S69443
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>