Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rahman Salihul Hadi
Abstrak :
Dilematik bagi industri rokok di Indonesia, khususnya rokok kretek, sering menghadapi situasi yang tidak menggembirakan. Tantangan yang dihadapi sangat komplek, baik dari Internasional maupun dari dalam negeri sendiri. Organisasi kesehatan dunia, World Health Organization (WHO), lewat program-programnya, antara lain kampanye anti tembakau seperti dengan gencar menyebarluaskan opini anti rokok ke seluruh dunia dengan isu bahwa rokok berbahaya bagi kesehatan manusia. Demikian juga pemerintah lewat kebijakannya menerbitkan PP 81/1999 tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan yang kemudian direvisi menjadi PP No. 38/2000 diatur batas maksimum kandungan tar dan nicotine per batang rokok sebesar 20 mg dan 1,5 mg. Tidak hanya itu pemerintah juga mengatur promosi rokok diantaranya adalah : kewajiban pencantuman peringatan bahaya merokok di setiap pak rokok dan di setiap iklan rokok, aturan jam tayang iklan rokok di media elektronik yaitu dimulai dari jam 21.30 sd. 05.00 Disini tentang pembatasan waktu tayang iklan memang menjadi tantangan yang berat bagi industri rokok. Dilain pihak kontribusi sektor industri ini bagi perekonomian nasional cukup besar. Data Gabungan Perserikatan Pabrik Rokok Indonesia (GAPPRI) menunjukkan bahwa tenaga kerja, langsung dan tidak langsung yang diserap industri ini kurang lebih berjumlah 18 juta sd. 21 juta orang atau 10 persen jumlah penduduk Indonesia. Industri ini juga menjadi penyumbang terbesar ke-2 ke pendapatan negara dalam bentuk cukai dan sebagai gambaran pada tahun anggaran 1999-2000 lalu, industri rokok menyumbang cukai sebesar Rp. 10,1 triliun, PPN sebesar Rp. 2 triliun dan pajak lainnya sebesar Rp. 1 triliun. Untuk anggaran 2000-2001 industri rokok rnembayar Rp. 17,6 triliun dan tahun 2002-2002 pembayaran kepada pemerintah sebesar Rp. 22,3 triliun selanjutnya pemerintah akan menaikkan lagi pembayaran cukai rokok menjadi Rp. 35 triliun, pada tahun 2003. Melihat kegiatan Komunikasi Korporasi (Corporate Communications) yang diawali dengan tekanan, pengawasan dan peringatan Badan POM tentang iklan-iklan di media cetak majalah/ tabloid/koran. Nampaknya secara menyeluruh media komunikasi industri rokok baik produk/brand maupun korporat akan semakin sempit dan sulit, terlebih dengan pemberlakuan keputusan-keputusan FCTC/WHO mendatang (Maret 2003), oleh karena perihal tersebut diatas kami perlu mengetahui bagaimana strategi program komunikasi korporasi (corporate communications) PT. Djarum dalam melakukan kegiatan Komunikasi antara PT. Djarum dengan Stakehoidersnya Pasca PP81/1999 dan Revisinya PP38/2000?.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T2303
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunadi
Abstrak :
Kebijakan pemerintah yang tertuang dalam Peraturan pemerintah (PP) No. 81/99, yang kemudian direvisi menjadi PP No. 38/2000, Khususnya tentang pengaturan pembatasan kadar nikotin 1,5 mg dan tar 20 mg dalam setiap batang rokok, akan lebih meramaikan pasar rokok di Indonesia, khususnya segmen rokok rendah tar dan nikotin, di mana akan meningkatkan persaingan antar sesama produsen (merek) yang jumlahnya terus bertambah. Perkembangan industri rokok di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, menunjukkan adanya peningkatan permintaan akan rokok rendah tar dan nikotin, di mana permintaan akan rokok rendah tar dan nikotin telah meningkat sampai tahun 2000 lalu, mencapai sekitar 10% dari total konsumsi rokok kretek yang berjumlah 199 milyar batang. Oleh karena itu, produsen rokok harus dapat menetapkan strategi pemasaran yang tepat bagi produknya, agar dapat memenangkan persaingan. Dalam menyusun strategi pemasaran yang tepat, Produsen perlu melakukan positioning dan segmentasi, untuk mengetahui bagaimana konsumen menerima berbagai alternatif rokok rendah tar dan nikotin yang ada, bagaimana persepsi konsumen terhadap produk tersebut. Selanjutnya, karakteristik demografi konsumen apakah yang berpengaruh pada konsumen dalam memilih produk yang akan menjadi umpan balik bagi produsen untuk menentukan strategi pemasaran. Dalam kaitan, perlu dilakukan pengamatan dan analisa pasar untuk dapat mengetahui kebutuhan dan keinginan perokok, sesuai dengan prinsip dasar pemasaran yang berorientasi pada pelanggan (market oriented). Dilatarbelakangi permasalahan tersebut maka penulis mencoba meneliti masalah mengenai analisis segmentasi, target pasar dan postioning konsumen rokok rendah tar dan nikotin di Jakarta. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengelompokkan segmentasi benefit berdasarkan atribut yang dipentingkan konsumen dari produk rokok rendah tar dan nikotin, menjelaskan target pasar dituju yang dianggap mewakili suatu segmen tertentu dari profit segmen terbentuk, serta untuk melihat kedekatan persepsi sembilan merek rokok rendah tar dan nikotin di benak konsumen yang dikaitkan dengan peta posisi persaingan. Penelitian menggunakan sampel perokok rendah tar dan nikotin yang berada di wilayah Jakarta. Penarikan sampel dilakukan secara convinience sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, yang disebarkan langsung kepada responden, setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Untuk pengelompokan segmentasi benefit digunakan bantuan program Cluster dan Case V. Sedangkan untuk mengetahui profil segmen, digunakan program Crosstab dari SPSS, sedangkan untuk peta posisi persaingan digunakan program Kyst dari MDS. Hasil penelitian, menghasilkan tiga segmen. Segmen pertama, terdapat 60 responden (30%). Segmen kedua, dengan 92 responden (45%), Sedangkan segmen ketiga, dengan 48 responden (24%). Masing-masing segmen memiliki atribut utama yang menjadi pertimbangan konsumen dalam memilih rokok. Suatu atribut dikatakan penting, jika skala Thurstonenya melebihi nilai 1.5. Segmen 1, lebih mementingkan atribut berturut turut : peformance (3.38), image (3.36), time & energy cost (3.05), style (2.89), reliability (2.47), durability (2,31) dan feature (2.26). Segmen 2, lebih mementingkan atribut performance (3.85), image (3.83), feature (3.14) style (3.13), reliability (2.86), durability (2.40) dan anal/ability (1.87). Segmen 3, lebih mementingkan atribut performance (3.07), image (3.03), feature (2.85), reliability (2.85), availability (2.34), durability (2.31) dan time & energy cost (1.84). Target segmen yang dipilih adalah segmen 2 (46%), dengan profil segmen sebagai berikut: pria dengan usia 20-30 tahun dan di atas 30 tahun, pendidikan S1/D3, pendapatan di atas satu juta rupiah per bulan, menyukai rokok kretek, dengan rata-rata konsumsi lebih dari 10 batang per Hari, memiliki perilaku pembelian cenderung membeli produk yang terekam/terlintas dalam pikiran, memiliki hobi berolah raga dan menonton pagelaran musik, suka nonton tv, terutama acara jaringan tv swasta lama (RCTI, SCTV, Indosiar, Anteve dan TPI), suka membaca majalah/tabloid olah raga/hobi/politik (Otomotif, Bola, Adil) dan majalah wanita (Nova, Gadis, Femina). Analisis peta posisi persaingan menunjukkan, bahwa jarak antara A Mild dan LA Lights sangat dekat, dibanding Star Mild, sehingga kedua merek tersebut menurut konsumen banyak memiliki kesamaan, di mana persaingan antara keduanya sangat ketat. Kansas Light dan Dunhill Light jaraknya cukup dekat, sehingga persaingan antara keduanya juga terjadi. Kansas Light, Pall Mall Light dan Marlboro Light, jarak ketiganya juga dekat, berarti konsumen menganggap bahwa ketiganya cukup mirip dan adanya persaingan satu sama lain. Sedangkan Bentoel Mild, jaraknya berjauhan dengan merek lain, serta memiliki ciri khas tertentu yang tidak dimiliki oleh merek rokok rendah tar dan nikotin lain.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T10413
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pulungan, Alma Thahir
Abstrak :
ABSTRAK
Pendahuluan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan proporsi ketergantungan nikotin di siswa/i SMA menggunakan Fagerstrom test for nicotine dependence dengan latar belakang lingkungan perkotaan dan pedesaan.

Metode: Jumlah sampel adalah 757 siswa SMA dari enam SMA yang berbeda terdiri dari kelas 1, 2 dan 3 dipilih berdasarkan stratified cluster random sampling, siswa diminta untuk mengisi pertanyaan tentang status merokok dan mengisi Fagerstrom test for nicotine dependence jika responden adalah perokok.

Hasil: Jumlah 167 siswa dengan status merokok diperoleh ketergantungan nikotin sebanyak 28 orang (16,8%) dengan 8 orang (11,1%) di perkotaan dan 20 orang (21,1%) di daerah pedesaan. Faktor yang bermakna secara statistik terhadap ketergantungan nikotin adalah jenis kelamin, pencetus, jenis hisapan, usia pertama kali merokok lama merokok, jumlah rokok yang dihisap per hari dan indeks Brinkman. Kadar CO ekshalasi menunjukkan hubungan yang bermakna terhadap ketergantungan nikotin.

Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin, pencetus, jenis hisapan, usia pertama kali merokok, jumlah rokok yang dihisap per hari , lama merokok, indeks Brinkman terhadap ketergantungan nikotin dan kadar CO ekshalasi terhadap ketergantungan nikotin.
ABSTRACT
Introduction:The study aims to determine the difference in the proportion of nicotine dependence among high school students using Fagerstrom Test for Nicotine Dependece set in urban and rural environment.

Method: Sample size is 757 high school students from six different high school consists of class 1, 2 and 3 were selected based on stratified cluster random sampling was asked to fill out the question of smoking status and filling Fagerstorm Test For Nicotine Dependence if the respondent is smokers.

Result :Amount of 167 students with smoking status and nicotine dependence measured results obtained by 28 (16.8%) persons with nicotine dependence with 8 (11.1%) people in urban areas and 20 (21.1%) people in the rural area. Factors were statistically significant to nicotine dependence is gender, the originator, type of inhale, age first smoked, number of cigarettes smoked per day, time of smoking and index Brinkman. CO levels and relationship with the level of nicotine dependence shows a strong and positive patterned.

Conclusion:There is a significant relationship between gender, the originator, type of inhale, age first smoked, number of cigarettes smoked per day to nicotine dependence and and level of CO exhalation to nicotine dependence.
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
N. Sri Widada
Abstrak :
Jumlah perokok di Indonesia terus menunjukkan peningkatan bukan saja pada pria melainkan juga pada wanita dan remaja usia sekolah. Satu batang rokok bila dibakar akan menghasilkan banyak sekali bahan kimia beracun yang diantaranya adalah nikotin dan tar. Bahan kimia dalam asap rokok telah diketahui menyebabkan berbagai penyakit pada paru, saluran pernapasan, jantung, pembuluh darah, dan gangguan pada janin. Beberapa penelitian menemukan efek buruk rokok terhadap metabolisme lemak yang bisa menjadi awal mulainya gangguan fungsi kardiovaskuler. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui risiko terjadinva dislipidemia/perubahan kadar profil lipid darah pada perokok. Populasi pada studi potong lintang ini adalah pria dewasa yang berkunjung ke laboratorium klinik/rumah sakit dalam rangka medical check up. Kriteria inklusi sample adalah pria dewasa, telah puasa 12-16 jam sebelumnya. Sedangkan kriteria eksklusinya adalah hypertensi, diabetes mellitus, pernah mengalami gejala penyakit jantung koroner, sedang dalam pengobatan atau perawatan dokter, mengkonsumsi alkohol. Variabel yang diamati adalah perilaku merokok, umur, indeks masa tubuh, aktifitas fisik, konsumsi makanan, lamanya merokok, jenis rokok, dan jumlah rokok rata-rata yang diisap dalam satu hari. Responden yang diamati berjumlah 435 orang pria dewasa terdiri dari 215 orang perokok dan 220 orang bukan perokok. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kadar kolesterol total, LDL dan trigliserida pada perokok lebih tinggi daripada pria yang bukan perokok, sedangkan rata-rata kadar HDL pada perokok lebih rendah dibandingkan yang bukan perokok. Setelah dilakukan analisis Regresi Logistik Ganda pada α 0.05 ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara kejadian dislipidemia dengan perilaku merokok (p < 0.05). Estimasi risiko terjadinya dislipidemia pada perokok ringan sebesar 2.7 kali dibandingkan pada pria yang bukan perokok (CI 95% OR : 1.631 - 7,080, p = 0.001) setelah faktor-faktor lain yang berhubungan dikendalikan. Perokok berat mempunyai risiko mengalami dislipidemia sebesar 6.1 kali lebih besar dibandingkan yang bukan perokok (CI 95% OR : 3.300 - 18.525, p = 0.000) setelah faktor-faktor lainnya dikontrol. Faktor yang ditemukan sebagai variabel pengganggu yang signifikan dalam mempelajari hubungan perilaku merokok dan dislipidemia adalah konsumsi makanan, aktifitas fisik dan indeks masa tubuh.
Analysis of Smoking Habit in Connection with Dislipidemia on Men which has Medical Check up in Jakarta year of 2002The amount of smokers in Indonesia keeps showing an ascending rate, not only for men, either on women and school age teenagers. If a cigarette gets light, it will produce a lot of poison chemical materials among other things nicotine and tar. Chemical materials in cigarette smoke known has a capability causing disease to lung, breathing canal, heart, blood vessels, and fetus. Some studies found cigarette had a bad effect on fat metabolism that can cause cardiovascular defective function. This study purpose is to discover the risk for dislipidemia/blood lipid profile level changes on smoker. Populations on this cross-sectional study are men who visit clinical laboratory / hospital laboratory to have a medical check up. Sample inclusion characteristics are adult men and fasting (12 - 16 hours before). Whereas exclusion characteristics are hypertension, diabetes mellitus, heart disease symptom history, on a medical care period, or consume alcohols. Observed variables are smoking habit, duration smoke, kind of cigarette, average number of cigarettes smoked per day, age, body mass index, physical activity, food intake and genetic. The total number of observed respondent is 435 adult men consist of 215 smokers and 220 non smokers. Result of the study shows average cholesterol total level, LDL, and triglyceride on smokers higher than non smokers, whereas HDL average level on smokers lower than non smokers. After having Multiple Logistic Regression analysis on α 0.05 there was significant interconnections between dislipidemia and smoking habit (p < 0.05). The light smokers, who smoked less than 12 cigarettes per day had estimation risk (odds ratio) for dislipidemia 2.7 times compared with non smokers (CI 95 % Odds Ratio : 1,631 - 7.080, p = 0.001) after related factors controlled. Heavy smokers, who smoke more than 12 cigarette per day had risk for dislipidemia 6.1 times higher than in the non smokers (CI 95 % Odds ratio: 3.300 - 18.525, p = 0.000) after related factors controlled. The significant confounding variable found in studying interconnection between dislipidemia and smoking habit are food consumption, physical activity and body mass index.
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T 10815
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kiarra Vashti Nadira
Abstrak :
Tujuan: Mengetahui awareness dan hambatan yang dirasakan mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia dalam memberikan konseling untuk berhenti merokok bagi pasien beserta variabel yang berkontribusi terhadapnya. Metode: Studi analisis cross-sectional berupa kuesioner pada 1.288 mahasiswa kedokteran gigi se-Indonesia. Hasil: Mahasiswa sudah aware (3,98 dari 5,00) terkait konseling untuk pasien perokok, namun tetap disertai dengan hambatan (3,03 dari 5,00) yang dirasakan. Seluruh variabel tidak berhubungan dengan rerata hambatan mahasiswa. Tidak terdapat hubungan yang bermakna untuk variabel jenis kelamin, status pendidikan, wilayah perguruan tinggi, jenis perguruan tinggi, dan status merokok keluarga mahasiswa terhadap rerata awareness mahasiswa. Namun, terdapat hubungan yang bermakna antara status merokok mahasiswa dengan rerata awareness mahasiswa dimana mahasiswa yang tidak merokok memiliki awareness yang lebih baik terhadap konseling untuk membuat pasien berhenti merokok daripada mahasiswa yang merokok atau pernah merokok (OR: 2,878, 95% CI: 1,473—5,621; p= 0,002). Hambatan yang paling dirasakan mahasiswa adalah banyak pasien yang merokok tidak memiliki motivasi untuk berhenti. Kesimpulan: Mahasiswa sudah aware terkait konseling untuk pasien perokok, namun tetap disertai dengan hambatan yang dirasakan. Hal ini membutuhkan intervensi lebih pada pendidikan mahasiswa sehingga kelak, ketika menjadi dokter gigi, mahasiswa dapat memberikan konseling berhenti merokok dengan baik. ......Objective: To identify awareness and barriers felt by students of the Indonesian Dental Student in providing Tobacco Cessation Counseling and the variables that contribute. Method: An analytic cross-sectional study in the form of questionnaire on 1288 dental students throughout Indonesia. Result: Students were aware (3.98 of 5.00) about Tobacco Cessation Counseling, but still accompanied by perceived barriers (3.03 out of 5.00) they felt. All variables are not related to barriers’ mean. There is no significant relationship for gender, education status, university location, type of university, and family smoking status to the mean of awareness. However, there is a significant relationship between the students’ smoking status and the mean of awareness in which non-smoking students have better awareness of Tobacco Cessation Counseling than students who smoke or have smoked (OR: 2,878, 95% CI: 1,473-5,621 ; p = 0.002). Many patients who smoke do not have the motivation to quit is the barrier that most felt by students. Conclusion: Students are already aware about Tobacco Cessation Counseling, but still accompanied by perceived barriers. This requires more intervention on education so that later, when becoming a dentist, students can provide Tobacco Cessation Counseling properly.
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Susanna
Abstrak :
Penelitian ini merupakan studi deskriptif untuk mengetahui kadar nikotin dalam asap beberapa merk rokok yang banyak dijual di pasaran. Jenis rokok yang digunakan adalah tiga merk rokok filter dan tiga merk rokok kretek (non filter). Kadar nikotin yang diukur adalah kadar nikotin dalam asap arus utama dan asap rokok arus samping. Pengukuran kadar nikotin dilakukan dengan memggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi per batang rokok. Kandungan nikotin dalam rokok kretek lebih besar dibandingkan rokok filter. Pada rokok filter kandungan nikotin terbesar pada Filter-C terendah pada Filter-A. Sedangkan pada rokok kretek kandungan tertinggi pada Kretek X dan terendah pada Kretek Z Nikotin yang terdapat dalam asap rokok arus samping 4-6 kali lebih dariasap rokok arus utama. Hendaknya kadar nikotin dicantumkan pada kemasan setiap merk rokok dan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentangefek terhadap kesehatan masyarakat.
Nicotine Content Determination on Cigarettes Smoke. The purpose of this descriptive study is to assess the nicotine level of several types of cigarettes brand sold in the market. The study includes three brands of filtered cigarette and three brands of non-filtered cigarette. The nicotine content was measured from both mainstream smoke and sidestream smoke by using the HPLC (High Performance Liquid Chromatography). It was found that the nicotine content of nonfiltered cigarette was higher than the filtered cigarette. The highest nicotine content in the filtered cigarettes was the Filter-C, meanwhile the lowest was Filter-A. The highest nicotine content of the non filtered cigarettes was the Kretek- X with the lowest nicotine content the Kretek-Z. The nicotine content of sidestream smoke was 4 - 6 times than mainstream smoke. Nicotine content level in the cigarette package should be mentioned and further studies should determine the effect of cigarettes to the public healths.
Depok: Universitas Indonesia, 2003
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kori Yati
Abstrak :
Penyakit yang disebabkan oleh jamur masih terus berkembang luas di Indonesia, salah satunya kandidiasis kulit yang disebabkan oleh genus candida terutama Candida albicans (C. albicans). Ekstrak etanol daun tembakau merupakan bahan alam yang bermanfaat sebagai antijamur, memiliki banyak kandungan, salah satunya yaitu nikotin sebagai komponen aktif utama. Fraksinasi dilakukan untuk memperoleh fraksi aktif yang berfungsi sebagai antijamur. Fraksi aktif tersebut diformulasikan dalam sediaan gel nanoemulsi agar memiliki kemampuan penetrasi ke dalam lapisan kulit dengan lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh formula gel nanoemulsi fraksi aktif daun tembakau yang stabil dan memiliki aktivitas antijamur. Sediaan gel nanoemulsi dibuat menggunakan Virgin Coconut Oil (VCO) sebagai fase minyak, kombinasi Tween 80 dan sucrose palmitate ester sebagai surfaktan, sorbitol sebagai kosurfaktan, akua destilata sebagai fase air dan Carbopol 940 sebagai gelling agent. Evaluasi yang dilakukan yaitu uji karakteristik dan skrining ekstrak dan hasil fraksinasi, penentuan fraksi aktif sebagai antijamur C. albicans, pengembangan validasi metode analisis nikotin, uji karakteristik fisika dan kimia sediaan, serta uji aktivitas antijamur terhadap C. albicans (ATCC 90028). Hasil skrining dari fraksi n-butanol mengandung alkaloid dan fenol dengan kandungan Piridin, 3- (1-metil-2-pirolidin sebesar 65,35%. Fraksi n-butanol sebagai fraksi aktif dengan nilai Minimum Inhibition Consentration (MIC) dan Minimum Fungicidal Concentration (MFC) fraksi n-butanol sebesar 78,13 μg/mL dan 130,21 μg/mL. Validasi metode analisis diperoleh koefisien korelasi 0,9996, LOD dan LOQ sebesar 6,50 µg/mL dan 19,69 µg/mL. Uji Selektivitas menujukkan bahwa tidak ada senyawa yang memberikan respon pada waktu yang bersamaan dengan waktu retensi nikotin atau tidak ada interferensi di sekitar daerah uji. Hasil recovery dari uji akurasi sebesar 99,656%, presisi menghasilkan koefisien variasi sebesar 0,9%, dan uji kesesuaian sistem memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Hasil uji stabilitas terhadap sediaan gel nanoemulsi fraksi n-butanol ekstrak etanol daun tembakau menunjukkan bahwa sediaan tersebut masih stabil hingga minggu ke 4, gel nanoemulsi fraksi n-butanol ekstrak etanol daun tembakau memiliki aktivitas antijamur ditunjukkan dengan hasil analisis statistik persen inhibisi dengan nilai p > 0,05 untuk konsentrasi 281,25-4500 µg/mL. Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan, fraksi n-butanol sebagai fraksi aktif terhadap C. albicans, dapat diformulasi dalam bentuk gel nanoemulsi yang stabil sampai minggu ke-4. ......Skin diseases caused by fungi are still common in Indonesia, one is candidiasis caused by the genus Candida, especially Candida albicans (C. albicans). Ethanol extract from tobacco leaves is a natural ingredient that is useful as an antifungal, it has many ingredients, one of which is nicotine as the main active component. Fractionation is carried out to obtain an active fraction that functions as an antifungal. The active fraction is formulated in a nanoemulsion gel preparation to have a better ability to penetrate. This study aimed to obtain a nanoemulsion gel formula of the active fraction of tobacco leaves which is stable and has antifungal activity. Nanoemulsion gel preparations were prepared using Virgin Coconut Oil (VCO) as the oil phase. Tween 80 and sucrose palmitate ester was used as a surfactant, sorbitol as cosurfactant, distillate aqua as water phase, and Carbopol 940 as a gelling agent. The evaluation carried out included testing the active fraction's characteristics, developing the nicotine method's validation, testing the preparations' characteristics, and testing the antifungal activity against C. albicans (ATCC 90028). Screening result of n-butanol fraction containing alkaloid and phenol with Pyridine, 3-(1-methyl-2-pyrrolidin 65,35%. N-butanol fraction as the active fraction with Minimum Inhibition Consentration (MIC) and Minimum Fungicidal Concentration (MFC) values ​​of n-butanol fraction of 78.13 μg/mL and 130.21μg/mL. The validation of the nicotine analysis method obtained coefficient of correlation was 0.9996, LOD and LOQ were 6.50 g/mL and 19.69 g/mL. The selectivity test showed that there were no compounds that respond at the same time as the nicotine retention time or there was no interference around the test area. Meanwhile, the accuracy test was 99.656%, and coefficient of variation precision test was found to be 0.9%, and system suitability test complied the specified requirements The results of the stability test on the nanoemulsion gel preparation of the n-butanol fraction of the ethanol extract of tobacco leaves showed that the preparation was still stable until the 4th week, and based on statistical analysis, nanoemulsion gel n-butanol fraction of ethanol extract from tobacco leaves showed inhibition percent with sig value > 0,05 for 281.25-4500 µg/mL concentration. From the results obtained, it can be concluded that the n-butanol fraction, as an active fraction against C. albicans, can be formulated in the form of a nanoemulsion gel that was stable until the 4th week.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indira Saraswati Sanjaya
Abstrak :
Latar belakang: Di Indonesia, merokok merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar akibat masih tingginya tingkat penggunaan rokok. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, persentase perokok usia di atas 15 tahun di Indonesia adalah 33,8%, perokok laki-laki sebesar 62,9%, dan perempuan sebesar 4,8%. Nikotin dalam rokok dapat memberikan berbagai efek positif terhadap kognitif dan suasana hati, namun penggunaan nikotin secara terus menerus dapat menyebabkan desensitisasi terhadap reseptor kolinergik nikotin (nAChRs) yang kemudian dapat menyebabkan kondisi ketergantungan dan adiksi. Adiksi nikotin diketahui memiliki prevalensi yang cukup tinggi pada pasien dengan gangguan psikiatri. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi adiksi nikotin di Poli Jiwa Dewasa RSCM. Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian potong lintang pada pasien di Poli Jiwa Dewasa RSCM. Penelitian dilakukan dengan cara wawancara kepada 87 pasien di Poli Jiwa Dewasa RSCM menggunakan kusioner yang telah disiapkan peneliti untuk melihat faktor-faktor yang memengaruhi adiksi nikotin, serta kuesioner Cigarette Dependance Scale (CDS) untuk mengukur tingkat ketergantungan rokok. Hasil kuesioner akan dianalisis secara bivariat untuk melihat perbedaan rerata setiap komponen faktor terhadap adiksi nikotin. Hasil: Terdapat perbedaan rerata skor total CDS yang bermakna pada jenis kelamin laki-laki (5.79 ± 5.25; p=0.000), tingkat pendidikan SMA sederajat atau lebih rendah (0.55 ± 8.34; p=0.001), usia mulai merokok ≤ 15 tahun (4.62 ± 5.29; p=0.006), dan diagnosis gangguan jiwa skizofrenia (3.92 ± 7.48; p=0.006). Tidak ditemukan perbedaan bermakna rerata skor total CDS pada kelompok usia yang berbeda (0.09 ± 7.93; p=0.471). Kesimpulan: Terdapat perbedaan bermakna pada rerata skor total CDS untuk kelompok jenis kelamin laki-laki, tingkat pendidikan SMA sederajat atau lebih rendah, usia mulai merokok ≤ 15 tahun, dan diagnosis gangguan jiwa skizofrenia pada pasien di Poli Jiwa Dewasa RSCM. ......Introduction:In Indonesia, smoking is one of the biggest health problem contributors as the smoking rate in Indonesia is still high. Based on Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) in 2018, the smoker at the age of 15 and above has a percentage of 33,8% in Indonesia, with 62,9% of the smoker being men and 4,8% being women. Nicotine which is found inside the cigarette has a positive effect on cognition and mood, however continuous usage of nicotine results in desensitization of nicotine cholinergic receptors (nAChRs) which can cause nicotine dependence and addiction. Nicotine addiction is known to have a high prevalence in psychiatric patients. This study is aimed to know the factors contributing to nicotine addiction at Adult Psychiatric Ward Cipto Mangungkusumo Hospital. Method:This study uses a cross-sectional design for patients at Adult Psychiatric Ward Cipto Mangunkusumo Hospital. The study was conducted by interviewing 87 patients in the psychiatric ward. The interview uses a questionnaire that has been prepared by the researcher to find out the factors contributing to nicotine addiction, and Cigarette Dependence Scale (CDS) to measure nicotine dependency. The results will be analyzed using a bivariate study to discover the significance of each factor toward nicotine addiction. Result:There is a significant difference of total CDS score on men (5.79 ± 5.25; p= 0.000), educational level of high school or below (0.55 ± 8.34; p=0.001), age to start smoking ≤15 years old (4.62 ± 5.29; p=0.006), and psychiatric diagnosis of schizophrenia (3.92 ± 7.48; p=0.006). There is no significant difference of total CDS score between different groups of age (0.09 ± 7.93; p=0.471).Conclusion:There is significant difference of total CDS score between male sex group, educational level, the age to start smoking, and psychiatric diagnosis in patients at Adult Psychiatric Ward Cipto Mangunkusumo.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Ryo Tjokrosoedomo
Abstrak :
Tembakau merupakan salah satu tanaman yang memiliki luas lahan terbesar di Indonesia, namun hampir seluruhnya dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan rokok. Dengan adanya Framework Convention on Tobacco Control yang dicanangkan WHO pada tahun 2003 pada skala global dan adanya beberapa peraturan seperti UU No. 36 Tahun 2009 dengan penjelasan pada PP No. 109 Tahun 2012, serta Peraturan Menteri Kesehatan No. 40 Tahun 2013 mengenai pengendalian rokok pada skala nasional, maka diperlukan suatu usaha agar penghasilan petani tembakau tidak berkurang. Salah satu hal yang bisa dilakukan adalah memanfaatkan tembakau sebagai bahan baku produk lain, salah satunya adalah sebagai pestisida. Limbah tembakau yang mengandung 0,6 - 4 persen nikotin sulfat merupakan insektisida yang efektif. Nikotin yang ada dalam tembakau merupakan racun saraf yang bekerja sangat cepat dan paling efektif pada serangga bertubuh lunak dan tungau. Ekstraksi nikotin dilakukan menggunakan pelarut etanol pada ekstraktor tubular dengan unggun yang memiliki ketinggian 30 cm dan diameter 3 cm. Ekstraksi dilakukan selama 100 menit dengan variasi laju alir 0,5 mL/menit, 1 mL/menit, dan 3 mL/menit, Variasi diameter partikel dilakukan pada 0,45 mm dan 0,9 mm. Nikotin yang dihasilkan dari proses ekstraksi tersebut dapat dianalisis menggunakan HPLC untuk mendapatkan nilai yield dari proses ekstraksi tersebut. Hasil uji HPLC menunjukkan bahwa ekstraksi memiliki yield optimal pada laju alir pelarut 1 mL/menit dan diameter partikel 0,45 mm sebesar 10,88 mg. ......Tobacco have one of the largest plantation area in Indonesia, but almost every tobacco is used as a raw material for cigarette. With Framework Convention on Tobacco Control coming in 2003 on global scale and several government rule about cigarette control on national scale, someway is needed so tobacco farmer profit will not go down. One of the things to do is to use tobacco as a raw material for other products, such as pesticide. Tobacco waste has 0,6-4 percent nicotine sulfate which is an effective insecticide. Nicotine inside tobacco is a strong neurotoxin that can work really fast and very effective on insect and mold. Nicotine extraction is conducted using ethanol as solvent in a tubular extractor. Extraction process is done on bed with 30 cm height and 3 cm diameter for 100 minute with sampling every 20 minute on 0,5 mL/minute, 1 mL/minute, and 3 mL/minute solvent flow rate as well as 0,45 mm and 0,9 mm particle diameter variation. Nicotine that produced from the extraction process can be analyzed using HPLC to get the yield from that extraction process. HPLC testing shows that the extraction optimal yield is 10.88 mg, on 1 mL/minute solvent flow rate and 0,45 mm particle diameter.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wening Pamungkasningsih
Abstrak :
Latar belakang: Zat beracun utama dalam rokok elektronik yang ditemukan juga pada rokok konvensional adalah nikotin.Hasil utama metabolisme nikotin berupa kotinin yang terdapat di plasma, urin dan saliva. Kotinin dapat digunakan sebagai penanda hayati penggunaan nikotin pada perokok elektronik. Nikotin juga bersifat adiktif yang menyebabkan ketergantungan, yang dapat menjadi salah satu faktor kendala dalam upaya berhenti merokok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kadar kotinin urin dan tingkat ketergantungan nikotin pada laki-laki perokok elektronik reguler. Metode: Penelitian potong lintang secara consecutive sampling dilakukan pada kelompok laki-laki perokok elektronik reguler dan bukan perokok di tahun 2018. Semua subjek penelitian dilakukan wawancara dan pemeriksaan kadar kotinin urin menggunakan metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Kuesioner Penn State Nicotine Dependent Index (PSNDI) hanya diisi oleh kelompok perokok elektronik reguler untuk menentukan tingkat ketergantungan nikotin. Hasil: Kadar kotinin urin perokok elektronik pada kelompok tidak ada ketergantungan didapatkan lebih rendah dibanding kelompok ketergantungan sedang-tinggi (p=0,008). Kadar kotinin urin kelompok ketergantungan rendah lebih kecil dibanding kelompok ketergantungan sedang-tinggi (p=0,029).Median kadar kotinin urin kelompok perokok elektronik reguler lebih tinggi dibanding kelompok bukan perokok (276,11 [58.01-284.15] ng/mL vs 5.21 [4.65-23.72] ng/mL, p<0.001). Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar kotinin urin perokok elektronik dan bermakna secara statistik adalah usia (p=0.041), kadar nikotin cairan rokok elektronik (p=0.013) dan aroma cairan rokok elektronik (mentol dan non mentol) (p=0.040). Sebanyak 76.5% laki-laki perokok elektronik reguler mempunyai ketergantungan nikotin. Kesimpulan: Kadar kotinin urin dan tingkat ketergantungan nikotin pada laki-laki perokok elektronik reguler memiliki hubungan yang bermakna secara statistik. Kadar kotinin urin pada laki-laki perokok elektronik reguler lebih tinggi dibandingkan bukan perokok dan bermakna secara statistik. Faktor-faktor yang secara bermakna mempengaruhi kadar kotinin urin adalah usia, kadar nikotin dan aroma cairan rokok elektronik. ......Introduction: The main toxic substance in electronic cigarettes (e-Cig), also found in conventional cigarettes, is nicotine. The main product of nicotine metabolism is cotinine which can be found in plasma, urine and saliva. Cotinine can be used as a biomarker for nicotine in electronic cigarette users. Nicotine is also addictive which causes dependence, thus serves as one of problems in smoking cessation program. This study aims to determine the correlation of urine cotinine and nicotine dependence level in the regular e-Cig male users. Method: This cross-sectional study consecutively included regular e-Cig male users and non-smokers. All subjects were interviewed and were measured for its urinary cotinine levels (uCOT) were examined using an enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) method. The Penn State Nicotine Dependent Index (PSNDI) questionnaire was filled by regular e-Cig users. Results: The uCOT of e-Cig users in the non-dependency group was lower than the medium-high dependency group (p=0.008). The uCOT of e-Cig users in the low dependency group was lower than the medium-high dependency group (p=0.029). The median uCOT of the regular e-Cig users was higher than the non-smokers group (276.11 [58.01-284.15] ng/mL vs 5.21 [4.65-23.72] ng/mL, p<0.001). Factors influencing uCOT of e-Cigs users were age (p=0.041), nicotine level of e-Cig liquid (p=0.013) and flavor of e-Cig liquid (e.g. menthol or non-menthol) (p=0.040). Nicotine dependence was found in 76.5% regular e-Cig male users. Conclusion: The uCOT and nicotine dependence level on the regular e-Cig male users was significantly correlated. The uCOT of regular e-Cig male users was significantly higher than non-smokers, of which age, nicotine level and flavor of e-cCig liquid significantly influenced the uCOT.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>