Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ratna Dwi Puji Astuti
Abstrak :
Ammonia merupakan gas yang tidak berwarna, berbau tajam, bersifat korosif dan beracun. Mayoritas pajanan melalui jalur inhalasi menyebabkan cedera. Akibat dari pajanan tersebut diantaranya iritasi pada saluran pernapasan, penurunan fungsi paru-paru hingga kematian. Pekerja pada pabrik pupuk urea merupakan salah satu populasi yang berisiko untuk terpajan ammonia dari proses produksi. Unit produksi urea dan ammonia merupakan unit yang dikategorikan sebagai zona pemajanan tinggi. Metode: Penelitian ini menggunakan metode Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan untuk mengestimasi risiko kesehatan (Risk Quotient atau RQ) dan manajemen risikonya. Sampel dalam penelitian ini adalah populasi pekerja shift di unit produksi urea dan ammonia pabrik K1A. Hasil: Rata ? rata konsentrasi gas ammonia di unit produksi urea dan ammonia K1A masing-masing sebesar 4.24 mg/m3 dan 3.53 mg/m3. Dari hasil estimasi risiko didapatkan bahwa pada pajanan realtime dan lifetime kedua pekerja di dua unit tersebut memiliki risiko kesehatan non-karsinogenik akibat pajanan gas ammonia kerena memiliki RQ > 1. Simpulan: Dikarenakan hasil estimasi risiko didapatkan adanya risiko non-karsinogenik pada pekerja di dua unit tersebut, maka perusahaan perlu melakukan manajemen risiko. Dalam penelitian ini direkomendasikan untuk meminimalisasi konsentrasi gas ammonia, adapun batas aman yang direkomendasikan sebesar 0.41 mg/m3 untuk unit urea K1A dan 0.38 mg/m3 untuk unit ammonia K1A. ...... Ammonia is a colorless gas with very sharp odor. This gas is corrosive and toxic substance. Inhaled ammonia gas can caused irritation of respiratory tract, decrease lungs function and death. Population at risk to expose ammonia gas is workers which work at urea and ammonia plant. Urea and ammonia plant at PT K is high exposure zone. So, there is possibility of workers in that area at risk of disease resulting from exposure to ammonia either at this time or in the future. Method: this study using environmental health risk assessment to estimate risk of inhaled ammonia gas to workers and also to formulate risk management for company. Sample for this study are shift workers who work at urea and ammonia plant K1A at PT K. Result: Average of gas concentration at urea and ammonia plant K1A are 4.24 mg/m3 and 3.53 mg/m3. Result from risk estimation for realtime exposure and lifetime exposure found that both workers at that two unit have non carcinogenic risk to ammonia because they have RQ > 1. Conclusion: Due to risk estimation result for workers at two units, company management need to engage risk management. In this study gas concentration which recommend are 0.41 mg/m3 for urea plant K1A and 0.38 mg/m3 for ammonia plant K1A.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S65510
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indreswari
Abstrak :
Tesis ini mengenai analisa perilaku besi terlarut [Fe2+] terhadap Dissolved Oxygen [DO], pH, Amonia [NH3] dan [Organik] sepanjang WTC. Fe2+, DO, pH, Amonia dan zat organik merupakan parameter kunci dalam penentuan kualitas badan air. Kualitas badan air sepanjang WTC sangat penting diperhatikan karena WTC merupakan pensuplai air baku air minum untuk wilayah Jakarta. Permasalahan dalam tesis ini adalah besarnya [Fe2+] dalam WTC yang dirasa cukup mengganggu untuk air baku air minum sehingga tujuan dari diambilnya parameter-parameter tersebut adalah dengan diketahuinya hubungan dari masing-masing parameter tersebut diharapkan dapat membantu mengurangi [Fe2+] dalam badan air maupun air yamg diolah dalam sistem pengolahan air minum. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan, laboratorium, dan kepustakaan.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T3204
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nastiti Mugi Lestari
Abstrak :
Perkembangan sektor industri, seperti di DKI Jakarta sangat pesat. Industri selain sebagai indikator adanya kegiatan ekonomi yang potensial dan pemerataan lapangan kerja, menyumbang dampak pada lingkungan. Sentra industri PIK PRIMKOPTI Swakerta Semanan belum melakukan pengelolaan limbah hasil produksi tahu. Proses produksi tahu menghasilkan limbah yang menyebabkan bau. Bau tersebut dapat berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan, terutama pada pekerja. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi kadar gas H2S dan NH3 pada limbah, menganalisis tingkat risiko limbah gas, dan menganalisis keluhan kesehatan pekerja industri tahu di PIK KOPTI Semanan. Penelitian ini menggunakan metode analisis risiko kesehatan dan menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Kadar NH3 dan H2S pada lokasi penelitian berturut-turut mempunyai rata-rata sebesar 0,1897 ppm dan 0,0546 ppm. Tingkat risiko NH3 rata-rata 0,367383 (RQ<1) dan Tingkat risiko pajanan H2S 11,99166 (RQ>1). Tingkat risiko pajanan NH3 dan H2S rata-rata 12,359042. Terdapat hubungan antara kadar NH3 dan H2S dengan tingkat risiko kesehatan (p=0,000). Terdapat hubungan antara usia (p=0,003) dan IMT (p=0,000) dengan keluhan kesehatan pekerja. Terdapat hubungan antara kadar H2S dengan keluhan pusing (p=0,033), mata perih (p=0,000), dan tenggorokan kering (p=0,018). ......The development of the industrial sector, such as in Jakarta is growing very rapidly. In addition, the industry as an indicator of the presence of potential economic activities and equitable employment, accounted for the impact on the environment. Industrial centers PIK PRIMKOPTI Swakerta Semanan waste management have not made the results of the production of tofu. Production process produces waste that cause odor. The odor can potentially cause health problems, especially on workers. The purpose of this research is to identify the levels of gaseous NH3 and H2S on sewage, to analyze the level of risk of waste gas, and analyze health complaints in tofu industry workers PIK PRIMKOPTI Semanan. This research using the method of analysis of the health risks and use quantitative and qualitative approaches. Concentration of NH3 and H2S on consecutive research site has an average of 0.1897 ppm and the average of 0.0546 ppm. The level of risk of NH3 and H2S in a row an average of 0,367383 (RQ<1) and 11,99166 (RQ > 1). The level of risk of NH3 and H2S has anaverage of 12,359042. There are relation between NH3 and H2S concentration with level of risk (p=0,000). There are relation between age (p=0,003) and BMI (p=0,000) with health complaints. There are relation between H2S concentration with dizzines (p=0,033), sore eyes (p=0,000), and dry throat (p=0,018).
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosyana Lieyanty
Abstrak :
TPA Cipayung memiliki sistem pengolahan sampah berupa sistem penimbunan sampah atau dsebut juga dengan Sanitary Landfill. Sampah yang tertimbun akan menghasilkan berbagai gas berbahaya, salah satunya ialah gas Amonia NH3. Tidak tersedianya instalasi gas NH3 di TPA Cipayung dapat menyebabkan polusi udara di TPA dan dapat menyebabkan berbagai dampak kesehatan seperti sesak napas, mual, iritasi mata, iritasi kulit, dsb jika terpapar pada para pekerja pemulung. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui risiko kesehatan lingkungan akibat pajanan gas NH3 kepada pekerja pemulung di TPA Cipayung. Penelitian ini menggunakan desain analisis kesehatan lingkungan dengan populasi sampel adalah seluruh pemulung yang bekerja di TPA Cipayung yang telah bekerja minimal 1 tahun dengan batas usia 18-55 tahun. Total sampel yang didapatkan ialah 87 responden dan 3 sampel udara yang diambil dari 3 titik berbeda dengan jarak masing-masing titik sejauh 50 m. Hasil konsentrasi tertinggi yaitu 0,122 mg/m3 dan konsentrasi terendah yaitu 0,053 mg/m3 dengan perhitungan konsentrasi rata-rata sebesar 0,082 mg/m3. Berdasarkan perhitungan risiko yang diterima saat ini real time , didapatkan hasil RQ < 1. Demikian pula hasil estimasi risiko yang diterima seumur hidup life span, juga didapatkan RQ < 1. Karena konsentrasi NH3 di TPA Cipayung masih dalam kategori aman, maka tidak diperlukan manajemen risiko. ......TPA Cipayung has a waste processing system in the form of garbage dumping system or also called Sanitary Landfill. The accumulated waste will produce various harmful gases, one of which is Ammonia gas NH3 . The unavailability of NH3 gas installations in TPA Cipayung can cause air pollution in the landfill and may cause various health effects such as shortness of breath, nausea, eye irritation, skin irritation, etc. if exposed to scavengers. The purpose of this research is to know the environmental health risk due to NH3 gas exposure to scavengers in TPA Cipayung. This research uses environmental health analysis design with sample population is all scavengers who work in TPA Cipayung who have worked at least 1 year with age limit 18 55 years. The total samples obtained were 87 respondents and 3 air samples taken from 3 different points with distance of each point as far as 50 m. The highest concentration result was 0.122 mg m3 and the lowest concentration was 0.053 mg m3 with the calculation of average concentration of 0.082 mg m3. Based on the calculation of the risk received at this time real time , the results obtained RQ.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syarif
Abstrak :
Telah dilakukan sintesis ZnO-Bentonit dengan menggunakan prekursor kompleks [Zn(NH3)4]2+ dan aplikasinya sebagai fotodegradasi Rhodamin B. ZnO-Bentonit disintesis dengan mencampurkan agen pemilar kompleks [Zn(NH3)4]2+ dan bentonit. Larutan kompleks [Zn(NH3)4]2+ dibuat dengan menambahkan NH4OH 1M ke dalam Zn(CH3COOH)2.2H2O 1M. Selanjutnya melalui proses hidrotermal pada suhu 160o C selama 2 jam dan kalsinasi pada suhu 400o C selama 5 jam akan terbentuk ZnO-Bentonit. ZnOBentonit yang terbentuk kemudian dikarakterisasi dengan X-ray Diffractometry (X-RD), Infrared Spectrophotometry (FTIR), X-ray Fluorescense (X-RF), UV/Vis Diffuse Reflectance Spectrophotometry (UVDRS) dan Atomic Absorption Spectroscopy (AAS). ZnO-Bentonit yang terbentuk digunakan sebagai katalis dalam fotodegradasi Rhodamin B menggunakan sinar lampu-UV dengan menambahkan 50 mg ZnO-Bentonit ke dalam 100 mL larutan Rhodamin B 2x10-5M pada beberapa variasi waktu. Hasil analisis XRD menunjukkan bahwa material ZnO telah berhasil disisipkan pada lapisan interlayer bentonit. Analisis UV-DRS menunjukkan nilai energi bandgap sebesar 3,6 eV; 3,54 eV; dan 3,5 eV untuk masingmasing 5%, 10 %, dan 15% ZnO-Bentonit. Fotodegradasi Rhodamin B menggunakan ZnO-Bentonit memperlihatkan penurunan konsentrasi pada penyinaran lampu-UV selama 180 menit. Berdasarkan data uji aplikasi material 5% ZnO-Bentonit memiliki kemampuan sorpsi dan fotokatalis yang paling baik terhadap degradasi zat warna Rhodamin B.
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S30505
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Kurniawan Putra
Abstrak :
Telah dilakukan sintesis CuO-Bentonit dengan menggunakan prekursor kompleks [Cu(NH3)4]2+ dan aplikasinya sebagai fotodegradasi Rhodamin B. CuO-Bentonit disintesis dengan mencampurkan agen pemilar kompleks [Cu(NH3)4]2+ dan bentonit. Larutan kompleks [Cu(NH3)4]2+ dibuat dengan menambahkan NH4OH 1,5 M ke dalam Cu(NO3)2.3H2O 1M. Selanjutnya melalui proses hidrotermal pada suhu 160deg;C selama 2 jam dan kalsinasi pada suhu 400o C selama 5 jam akan terbentuk CuO-Bentonit. CuO-Bentonit yang terbentuk kemudian dikarakterisasi dengan X-ray Diffractometry (X-RD), Infrared Spectrophotometry (FTIR), X-ray Fluorescense (X-RF), UV/Vis Diffuse Reflectance Spectrophotometry (UVDRS), Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) dan Scanning Electron Microscope (SEM). CuO-Bentonit yang terbentuk digunakan sebagai katalis dalam fotodegradasi Rhodamin B menggunakan sinar lampu-UV dengan menambahkan 50 mg CuO-Bentonit ke dalam 100 mL larutan Rhodamin B 2x10-5M pada beberapa variasi waktu. Hasil analisis XRD menunjukkan bahwa material CuO telah berhasil disisipkan pada lapisan interlayer bentonit. Analisis UV-DRS menunjukkan nilai energi bandgap sebesar 1,31 eV; 1,31 eV; dan 1,28 eV untuk masing masing 15%, 20 %, dan 25% CuO-Bentonit. Fotodegradasi Rhodamin B menggunakan CuO-Bentonit memperlihatkan penurunan konsentrasi pada penyinaran lampu-UV selama 180 menit. Berdasarkan data uji aplikasi material 20% CuO-Bentonit memiliki kemampuan sorpsi dan fotokatalis yang paling baik terhadap degradasi zat warna Rhodamin B. ......It has been synthesized CuO-Bentonite by using precursor [Cu (NH3) 4]2 + and its application as a photodegradation of Rhodamine B. The CuO-Bentonite pillaring agent synthesized by mixing the [Cu(NH3) 4]2 + and bentonite. Solution of complex [Cu(NH3) 4]2 + is made by adding 1.5 M NH4OH in Cu(NO3) 2.3H2O 1 M. Furthermore, through a hydrothermal process at 160deg;C for 2 hours and calcination at 400o C for 5 hours will be formed CuO-Bentonite. CuO-Bentonite is formed and characterized by X-ray Diffractometry (X-RD), Infrared Spectrophotometry (FTIR), X-ray Fluorescense (X-RF), UV/Vis Spectrophotometry Diffuse reflectance (UVDRS), Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) and Scanning Electron Microscope (SEM). CuO-Bentonite is used as a catalyst in the photodegradation of Rhodamine B using UV-light by adding 50 mg of CuO-Bentonite into a 100 mL solution of Rhodamine B 2x10-5 M at some time variation. XRD analysis results showed that the CuO material was successfully inserted into the interlayer of bentonite layer. UV-DRS analysis showed that the bandgap energy of 1.31 eV, 1.31 eV, and 1.28 eV for each of 15%, 20%, and 25% CuO-Bentonite respectively. Photodegradation of Rhodamine B using CuO-Bentonite showed a decline in the concentration of radiation-UV light for 180 minutes. Based on test, 20% CuO-Bentonite has the best sorption capacity and photocatalytic degradation of Rhodamine B.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S30716
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library