Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
I Ketut Adi Wirawan
"Proporsi kematian neonatal meningkat dari 40% menjadi 47% di antara kematian Balita. Program Resusitasi Neonatus (PRN) yang terstandar diyakini akan dapat menurunkan kematian neonatal sampai 30%. Pasca pelatihan modul resusitasi neonatus supaya di akhir studi PPDS anak kompeten melakukan resusitasi neonatus. Upaya refreshing dibutuhkan untuk mempertahankan retensi keterampilan resusitasi
Penelitian ini bertujuan mengetahui kompetensi prosedur resusitasi neonatus dan upaya penyegaran untuk memperbaiki performa resusitasi neonatus PPDS anak.
Desain penelitian yang digunakan adalah Quasi experimental. Kelompok intervensi yang mendapatkan penyegaran dengan mengakses video resusitasi neonatus secara aktif pada modul pembelajaran daring.
Hasil ada 35 PPDS dalam 2 tahun pendidikan, dianalisis pada penelitian ini, 18 kelompok intervensi 17 kelompok kontrol. Hasil penilaian pada base line didapati 16(45,7%) dari 35 PPDS tidak memenuhi standar kelulusan prosedur keterampilan resusitasi neonatus. Penilaian pasca perlakuan didapatkan performa resusitasi kelompok intervensi lebih baik dengan nilai rerata 80 ± 11 sedang pada kelompok kontrol dengan nilai rerata 58 ± 18, berbeda bermakna dengan nilai kemaknaan p < 0,001.
Kesimpulan stimulasi secara audiovisual dangan video pembelajaran resusitasi neonatus secara bermakna memperbaiki performa resusitasi PPDS saat dievaluasi dengan megacode

The proportion of neonatal deaths increased from 40% to 47% among neonatal deaths. The standardized Neonatal Resuscitation Program (NRP) is believed to reduce neonatal mortality by up to 30%. After the module training, monitoring of skill retention is important to maintain the resuscitation performance of pediatric residents, and refreshing efforts are needed.
This study aimed to determine the competence of neonatal resuscitation procedures and refresher efforts to improve the resuscitation performance of pediatric residents.
The research design used was Quasi-experimental design. The intervention group received a refresher by actively accessing neonatal resuscitation videos in the online learning module.
The results were 35 pediatric residents in 2 years of education, analyzed in this study, divided into 18 intervention groups and 17 control groups. The baseline assessment found that 16 (45.7%) of 35 residents did not meet the graduation standards for neonatal resuscitation skills procedures. Post-intervention showed that the resuscitation performance of the intervention group was better with a mean value of 80 ± 11, while the control group had 58 ± 18, which with a significance value of p <0.001.
Conclusion: Audiovisual stimulation with neonatal resuscitation learning videos significantly improves the resuscitation performance of pediatric residents when evaluated by megacode
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Ketut Adi Wirawan
"Proporsi kematian neonatal meningkat dari 40% menjadi 47% di antara kematian Balita. Program Resusitasi Neonatus (PRN) yang terstandar diyakini akan dapat menurunkan kematian neonatal sampai 30%. Pasca pelatihan modul resusitasi neonatus supaya di akhir studi PPDS anak kompeten melakukan resusitasi neonatus. Upaya refreshing dibutuhkan untuk mempertahankan retensi keterampilan resusitasi
Penelitian ini bertujuan mengetahui kompetensi prosedur resusitasi neonatus dan upaya penyegaran untuk memperbaiki performa resusitasi neonatus PPDS anak.
Desain penelitian yang digunakan adalah Quasi experimental. Kelompok intervensi yang mendapatkan penyegaran dengan mengakses video resusitasi neonatus secara aktif pada modul pembelajaran daring.
Hasil ada 35 PPDS dalam 2 tahun pendidikan, dianalisis pada penelitian ini, 18 kelompok intervensi 17 kelompok kontrol. Hasil penilaian pada base line didapati 16(45,7%) dari 35 PPDS tidak memenuhi standar kelulusan prosedur keterampilan resusitasi neonatus. Penilaian pasca perlakuan didapatkan performa resusitasi kelompok intervensi lebih baik dengan nilai rerata 80 ± 11 sedang pada kelompok kontrol dengan nilai rerata 58 ± 18, berbeda bermakna dengan nilai kemaknaan p < 0,001.
Kesimpulan stimulasi secara audiovisual dangan video pembelajaran resusitasi neonatus secara bermakna memperbaiki performa resusitasi PPDS saat dievaluasi dengan megacode.

The proportion of neonatal deaths increased from 40% to 47% among neonatal deaths. The standardized Neonatal Resuscitation Program (NRP) is believed to reduce neonatal mortality by up to 30%. After the module training, monitoring of skill retention is important to maintain the resuscitation performance of pediatric residents, and refreshing efforts are needed.
This study aimed to determine the competence of neonatal resuscitation procedures and refresher efforts to improve the resuscitation performance of pediatric residents.
The research design used was Quasi-experimental design. The intervention group received a refresher by actively accessing neonatal resuscitation videos in the online learning module.
The results were 35 pediatric residents in 2 years of education, analyzed in this study, divided into 18 intervention groups and 17 control groups. The baseline assessment found that 16 (45.7%) of 35 residents did not meet the graduation standards for neonatal resuscitation skills procedures. Post-intervention showed that the resuscitation performance of the intervention group was better with a mean value of 80 ± 11, while the control group had 58 ± 18, which with a significance value of p <0.001.
Conclusion: Audiovisual stimulation with neonatal resuscitation learning videos significantly improves the resuscitation performance of pediatric residents when evaluated by megacode.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Justina Bernadeth Swannjo
"

Latar belakang: Anak-anak dinilai sangat rentan, terutama dalam 28 hari pertama kehidupan. Sebanyak 7.000 kasus kematian bayi di minggu pertama kehidupan telah dilaporkan. Terdapat tiga penyebab tersering kematian pada bayi baru lahir, salah satunya adalah asyphixia. Resusitasi adalah prosedur emergensi yang sering dilakukan pada bayi baru lahir terutama mereka yang memiliki masalah pernapasan. Tingginya presentasi kematian bayi pada usia dini, mengakibatkan kualitas resusitasi yang baik perlu di pertahankan. Sesuai dengan AHA 2015 yang menyatakan bahwa suhu bayi bisa dijadikan alat ukur untuk kualitas resusitasi.

Metode : Penelitian ini menggunakan studi cross-sectional dengan melihat data dari rekam medis di RSCM Kirana Hospital. Data yang dilihat berupa berat lahir bayi, usia gestasi, jenis kelamin, durasi transisi, dan suhu aksila setelah resusitasi pada pasien. Data di analisis dengan uji varian univariat dan bivariate untuk melihat hubungan antara suhu aksila dengan variable independen dan melihat kualitas resusitasi berdasarkan suhu di RSCM.

Hasil : Berat lahir bayi, usia gestasi, jenis kelamin, durasi transisi menunjukkan ketidaksignifikan hubungan dengan suhu aksila. (p<0,05)

Konklusi : Kualitas resusitasi berdasarkan suhu aksila di RSCM dinilai sangat baik, dengan 99% dari data memiliki nilai sesuai dengan suhu yang diinginkan. Namun demikian, jenis kelamin, berat lahir bayi, usia gestasi, dan durasi transisi telah menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan suhu aksila setelah resusitasi. Dengan demikian, tidak ada fakor risiko yang paling menonjol.

 

Kata kunci : resusitasi neonatus, hipotermi, suhu hangat, jenis kelamin, berat lahir, waktu transisi pasien setelah diresusitasi


Background : Children are considered to be fragile in the first 28 years of live. It was reported that around 7,000 in the first week. Respiratory problem, such as asphyxia serves as top three for causal of death in the neonates. Resuscitation is one of the common procedure conducted in emergency situation especially for newborn who has problem in respiratory manner. As there is high probability of death within that age, a good quality of resuscitation should be maintained. According to AHA 2015, temperature can be considered as predictor of outcomes and indicator for quality. 

Method : This is a cross-sectional study using secondary data, through medical record in RSCM Kirana Hospital recording birth weight, gestational age, gender, duration of transitional, and axillary temperature post resuscitation from patient. The data was analyzed with univariate and bivariate statistical test to find the relation between axillary temperature and independent factors and see the quality of resuscitation based on temperature in RSCM. 

Results : Birth weight, gestational age, gender, and duration of transitional has shown insignificancy in relation with axillary temperature (p<0,05). 

Conclusion : The quality of resuscitation in RSCM based on axillary temperature is very good with 99% of the data is within the desired temperature. Nonetheless, none of the factors, such as gender, birth weight, gestational age, and duration of stabilization and transport, has shown significance relation to axillary temperature post-resuscitation. Therefore, there is no prominent predisposing factor that can be concluded through this study.  

Keywords: neonatal resuscitation, hypothermia, warm temperature, gender, birth weight, transitional time of the patient post resuscitation

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library