Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bing Djimantoro
"Nekrosis hati akibat karbon tetraklorida (CC1&) diperkeras oleh berbagai macam obat/zat kimia yang dimetabolisme di hati dan berperan sebagai 'inducer' sitokrom P-450 seperti misalnya fenobarbital dan DDT. Steroid depo-medroksiprogesteron asetat (DMPA) yang banyak dipakai sebagai obat pencegah kehamilan juga dimetabolisme di dalam hati, Penelitian ini untuk melihat pengaruh DMPA terhadap luas nekrosis hati akibat CC14. Digunakan 60 mencit betina C3H, tidak sedang bunting, umur 10-12 minggu yang sebagian diberi CC14, sebagian lagi diberi DMPA 10 atau 100x3 mg/kg BB 7 atau 14 hari sebelum pemberian CC14, dan sebagian lagi untuk kelola. Dua puluh empat jam setelah pemberian CC14 mencit dimatikan, dibuat sediaan mikroskopik hati dari lobus kiri dengan pulasan hematoksilin-eosin. Luas nekrosis sentral hati diukur dalam persentase pada setiap sediaau mikroskopik.
Hasil dan Kesimpulan: Didapatkan nekrosis sentrolobulus hati pada seluruh mencit kelompok CCIA dan kelompok DMPA + CC1h. Dibandingkan dengan kelompok yang mendapat CC1 , terlihat sedikit kenaikan luas nekrosis sentrolobulus pada kelompok mencit yang mendapat DMPA + CC1 (terutama pada kelompok yang mendapat DMPA 100x3 mgfkg BB, 7 hari sebelum pemberian CCIA. Namun demikian tidak terdapat perbedaan bermakna antara kelompok-kelompok tersebut (tes Kruskal-Wallis dan Mann Whitney, u 52). Hal ini mungkin disebabkan karena rendahnya haik kadar medroksiprogesterqn asetat (MPA) di dalam darah maupun 'metabolism rate' MPA di dalam mikrosom sel hati, sehingga tidak cukup kuat berperan sebagai 'inducer' sitokrom P-450 yang akan menimbulkan perbedaan bermakna luas nekrosis sentrolobulus hati. Tentunya hal ini perlu penegasan dengan memeriksa sitokrom P-450 di dalam sel hati di bawah pengaruh DMPA.

Necrosis of the liver due to carbon tetrachloride (CCI4) are increased by various drugs / chemicals which are metabolized in the liver and acted as cytochrome P-450 inducer such as phenobarbital and DDT. Steroid depo-medroxyprogesterone acetate (DMPA) which is used as a birth control drug, is also metabolized in the liver. The objective of this study is to know the influence of DMPA on the width of centrolobular necrosis in the liver caused by CCl. Sixty non-pregnant female C3H mice, 10-12 weeks old, were divided into groups given CCl4, DMPA 10 or 100x3 mg/kg body weight 7 or 15 days prior to CCl& treatment and solvent as control group. Mice were killed 24 hours after CC1& administration and specimens were taken for microscopic slides from the left lobe of the liver and stained by haematoxylin-eosin. The width of the centrolobular necrosis was measured in percentage for each microscopic slide.
Findings and Conclusions: Centrolobular necrosis was found in all mice in the CClh and DMPA + CCl4 groups. Compared with the CCl4 group, there was a slight increase in the width of centrolobular necrosis in the DMPA + CCIA groups (especially those groups receiving DMPA 100x3 mg/kg, 7 days prior to CCl4 administration). But neither group of mice showed any significant difference in the ratio of the width of centrolobular necrosis (Kruskal-Wallis and Mann-Whitney test, a 52). This might be caused by the low level of medroxyprogesteron acetate (MPA) in the blood and by a very slow metabolism rate of MPA by the liver microsome, so it is not strong enough to act as Cytochrome P-650 inducer to give significant difference in the width of the centrolobular necrosis. Further confirmation is necessary to determine the amount of cytochrome P-A50 in the liver under the influence of DMPA.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1986
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Damayanti
"Dengue merupakan mosquitos borne virus yang paling cepat menyebar di dunia dan menjadi masalah kesehatan utama di daerah tropis dan subtropis. Cedera dan disfungsi hati merupakan fitur penting yang terlihat pada infeksi virus dengue (DENV) pada manusia. Patogenesis kerusakan sel hati akibat infeksi DENV belum dapat dijelaskan secara pasti dan melibatkan banyak mekanisme yang berbeda, terutama mekanisme infeksi virus secara langsung dan secara tidak langsung, melalui respon imun tubuh akibat sekresi sitokin yang berlebih. Untuk mengetahui infeksi DENV pada sel hati serta peranan beberapa sitokin pada sel hati akibat infeksi DENV, maka pada penelitian ini dilakukan infeksi DENV pada sel Huh 7it-1 yang dikultur bersama PBMC dan dilakukan pengukuran kadar sitokin yang berperan dalam infeksi DENV pada sel Huh 7it-1 menggunakan ELISA. Selain itu, pada penelitian ini juga dilakukan uji infektivitas DENV menggunakan FFU assay, pengukuran viabilitas sel Huh 7it-1 menggunakan MTT assay, pengukuran kadar ALT serta AST, dan uji Flow Cytomeri untuk mengetahui apoptosis serta nekrosis sel Huh 7it-1 akibat infeksi DENV pada sel hati. Hasil menunjukkan bahwa Infeksi DENV-2 pada sel Huh 7it-1 yang dikultur bersama PBMC menyebabkan peningkatan kadar ALT dan AST, penurunan viabilitas sel yang dipicu oleh apoptosis serta nekrosis sel Huh 7it-1. Selain itu, terjadi peningkatan kadar sitokin IL-1α, IL-1β, dan IP-10, dimana peningkatan kadar IL-1α dan IL-1β diketahui berkorelasi dengan penurunan viabilitas sel, peningkatan apoptosis serta peningkatan nekrosis sel Huh 7it-1. Namun, peningkatan kadar IP-10 diketahui hanya berkorelasi dengan peningkatan kejadian apoptosis sel Huh 7it-1. Selanjutnya, peningkatan apoptosis serta nekrosis pada sel Huh 7it-1 yang terinfeksi DENV-2 baik yang dikultur bersama PBMC maupun tidak, diketahui berkorelasi dengan penurunan viabilitas sel Huh 7it-1.

Dengue is a mosquito borne virus that spreads rapidly in the world and is a major health problem in the tropics and subtropics region. Human infections are often associated with liver injury and dysfunction. The pathogenesis of liver cell damage due to DENV infection is not clear and many different mechanisms are involve. Especially, the direct cytopathic effect of the virus and indirectly by the immune response due to excessive secretion of cytokines. To find out liver cell damage due to DENV infection and to know the cytokine profiles that play a role in liver cell damage, this study conducted a DENV infection in Huh 7it-1 cells co-cultured with PBMC and cytokine measurements using ELISA. In addition, this study also conducted a DENV infectivity test using FFU assay, measurement of Huh 7it-1 cell viability using MTT assay, measurement of ALT and AST levels, and Flow Cytomeri assay to determine apoptotic and necrotic cell due to DENV infection in Huh 7it-1 cells. The results showed that DENV-2 infection in Huh 7it-1 cells cocultured with PBMC caused an increased of ALT and AST levels, decreased in cell viability triggered by apoptotic and necrotic of Huh 7it-1 cells. Furthermore, increased levels of IL-1α, IL-1β, and IP-10 are higher when compared to control cells. Increased levels of IL-1α and IL-1β are known to correlate with decreased cell viability and an increased in apoptotic and necrotic cells, however an increased in IP-10 levels only correlates with an increased of apoptotic Huh 7it-1 cells. Moreover, increased cell apoptotic and necrotic in Huh 7it-1 cells infected with DENV-2 with or without PBMC, is known to correlate with decreased of Huh 7it- 1 cell viability."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T59155
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Estetika Yuli Asterini
"Meningkatnya penggunaan narkoba (narkotika, psikotropika dan berbahaya lainnya) di dunia, berdampak pada penyalahgunaan Methamphetamin (METH) khususnya di Indonesia. Efek METH dapat menginduksi neurotoksik, dimana terjadi kerusakan pada saraf terminal dopaminergik, serotonergik, apoptosis neuron, astroglia dan aktivasi mikroglia yang mengarah pada respon peradangan saraf di dalam otak. Studi menunjukkan efek NAC yang signifikan dalam memperbaiki TNF-α dan IL-6 pada fase infeksi akut atau kronis memotivasi pelaksanaan penelitian untuk mengevaluasi perubahan kadar IL-6 dan TNF-α pada pasien ketergantungan METH yang mengalami withdrawal pada kelompok yang mendapatkan terapi N- asetilsistein.
Penelitian ini menggunakan bahan biologis tersimpan (serum), untuk mengetahui kadar IL-6 dan kadar TNF-α sebagai indikator neuroinflamasi pada pasien dengan ketergantungan METH yang mendapatkan terapi NAC (n=30) atau Placebo (n=30) selama 30 hari (cross-sectional). Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakologi Kinetik FKUI Salemba, Jakarta Pusat dan waktu penelitian pada bulan Agustus 2022 sampai bulan November 2022 dengan menggunakan metode ELISA.
Hasil penelitian didapatkan 15 sampel yang terukur dan hanya 7 sampel yang dapat dianalisis (NAC-Placebo, Pre-Post Intervensi). Hasil mean TNF-α (Pre NAC) = 78.403 (pg/ml) ± 108,02, dan mean TNF-α (Post NAC) = 55,3176 (pg/ml) ± 75,15. Hasil IL-6 didapatkan pre NAC= 13,52 pg/ml, dan post NAC= 7,57 pg/ml. Kesimpulan penelitian adalah kadar IL-6 pada kelompok yang mendapatkan NAC mengalami penurunan dan kadar TNF-α pada kelompok yang mendapat NAC mengalami penurunan. Saran untuk penelitian selanjutnya diperlukan sampel baru dengan subyek yang lebih banyak dengan parameter inflamasi lainnya, dan kit-reader yang sensitif untuk mendapatkan efek potensial anti-inflamasi NAC pada subyek ketergantungan METH.

The increasing use of drugs (narcotics, psychotropics and other dangerous drugs) in the world has had an impact on the abuse of Methamphetamine (METH), especially in Indonesia. The effects of METH can induce neurotoxicity, where there is damage to dopaminergic, serotonergic nerve terminals, neuronal apoptosis, astroglia and activation of microglia which leads to a neuroinflammatory response in the brain. The study shows the significant effect of NAC in improving TNF-α and IL-6 in the acute or chronic phase of infection motivating the implementation of research to evaluate changes in IL-6 and TNF-α levels in METH-dependent patients experiencing withdrawal in the group receiving N-acetylcysteine ​​therapy .
This study used stored biological material (serum), to determine IL-6 levels and TNF-α levels as indicators of neuroinflammation in patients with METH dependence who received NAC therapy (n=30) or Placebo (n=30) for 30 days (cross -sectional). The research was conducted at the Kinetic Pharmacology Laboratory, FKUI Salemba, Central Jakarta and the research period was from August 2022 to November 2022 using the ELISA method.
The research results showed that 15 samples were measurable and only 7 samples could be analyzed (NAC-Placebo, Pre-Post Intervention). Results mean TNF-α (Pre NAC) = 78.403 (pg/ml) ± 108.02, and mean TNF-α (Post NAC) = 55.3176 (pg/ml) ± 75.15. IL-6 results showed that pre NAC= 13.52 pg/ml, and post NAC= 7.57 pg/ml. The conclusion of the study was that IL-6 levels in the group that received NAC decreased and TNF-α levels in the group that received NAC decreased. Suggestions for further research require new samples with more subjects with other inflammatory parameters, and sensitive kit-readers to obtain the potential anti-inflammatory effect of NAC in METH-dependent subjects.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Maria
"Latar belakang: Osteosarkoma merupakan tumor tulang primer ganas tersering yang ditemukan pada anak-anak dan remaja dengan prevalensi mencapai 20% dari seluruh keganasan tulang. Sejak pengenalan kemoterapi neoadjuvan, angka sintasan penderita osteosarkoma meningkat pesat menjadi 50-75%. Respons kemoterapi neoadjuvan selama ini dinilai secara histopatologik melalui operasi, dengan mengevaluasi persentase area nekrosis dibandingkan tumor. Sekuens diffusion weighted imaging (DWI) dan nilai apparent diffusion coefficient (ADC) adalah sekuens magnetic resonance imaging (MRI) untuk menilai restriksi difusi suatu jaringan secara kualitatif dan kuantitatif.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan mencari korelasi nilai ADC tumor pasca kemoterapi dengan pemeriksaan histopatologik untuk mengevaluasi respons kemoterapi neoadjuvan pada pasien osteosarkoma.
Metode: Pengukuran nilai ADC tumor pada bagian mid, proksimal, dan distal pada MRI pasca kemoterapi neoadjuvan dengan menggunakan freehand range of interest (ROI) pada sekuens DWI dan ADC dengan nilai b 800. Freehand ROI diukur dengan melibatkan jaringan tumor dan nekrotik tanpa jaringan normal. Nilai ADC tersebut dikorelasikan dengan hasil persentase nekrosis dari pemeriksaan histopatologik berdasarkan lokasi sesuai potongan MRI dan laporan hasil operasi yang berupa persentase nekrosis keseluruhan. Analisis dilakukan dengan uji Pearson pada distribusi normal dan uji Spearman pada distribusi tidak normal.
Hasil: Pada penelitian ini didapatkan 14 subyek penelitian dengan rerata nilai ADC tumor bagian proksimal sebesar 1,66±0,36x10-3 mm2/s, bagian mid 1,68±0,32x10-3 mm2/s, bagian distal 1,66±0,34x10-3 mm2/s, dan rerata ketiganya 1,67±0,32x10-3 mm2/s. Sedangkan persentase nekrosis keseluruhan sebesar 62,8±26,1%. Nilai ADC tumor bagian proksimal berkorelasi signifikan (p>0,05) dengan persentase nekrosis keseluruhan dengan nilai r sebesar 0,60. Luas penampang tumor pada bagian proksimal mempunyai ukuran yang paling kecil dibandingkan pada bagian mid dan distal.
Kesimpulan: Dari penelitian ini disimpulkan bahwa nilai ADC tumor bagian proksimal pada MRI pasca kemoterapi dan ukuran luas penampang tumor yang kecil berkorelasi dengan respons kemoterapi neoadjuvan pada pasien osteosarkoma.

Background: Osteosarcoma is the most prevalent bone malignancy in children and adolescents, approximately 20% of all bone malignancies. Since the introduction of neoadjuvant chemotherapy, prognosis of osteosarcoma have been improved drastically to 50-75%. Neoadjuvant chemotherapy response has been assessed histopathologically after tumor resection, by calculating percentage of necrotic areas compared to tumor areas. Diffusion-weighted imaging (DWI) and apparent diffusion coefficient (ADC) value are magnetic resonance imaging (MRI) sequences to evaluate diffusion restriction in a tissue qualitatively and quantitatively.
Objective: The aim of this study was to seek correlation of post-chemotherapy tumor ADC value and histopathological assessment to evaluate neoadjuvant chemotherapy response in osteosarcoma patients.
Methods: ADC measurement was done in the proximal, middle, and distal part of the tumor by drawing freehand range of interest (ROI) guided by DWI sequence with b value of 800. The freehand ROI was drawn involving the tumor and necrotic area, excluding the normal ones. ADC value was correlated with necrotic percentage in each location according to MRI slices and necrotic percentage of the whole tumor based on the official report. Statistically, the data were analyzed with Pearson’s correlation (in normal distribution data) and Spearman correlation (in abnormal distribution).
Results: There were 14 subjects in this study, with ADC value of 1,66±0,36x10-3 mm2/s (proximal), 1,68±0,32x103 mm2/s (middle), 1,66±0,34x10-3 mm2/s (distal), and mean ADC value of 1,67±0,32x10-3 mm2/s. The necrotic percentage of the whole tumor was 62,8±26,1%. ADC value of proximal part of the tumor correlates significantly (p>0,05) with the necrotic percentage of the whole tumor (r = 0,60). Tumor area in the proximal part was smallest in size than other parts of the tumor.
Conclusion: From this study, it is concluded that ADC value in the proximal part of the tumor in post-chemotherapy MRI and lesser tumor size correlate to neoadjuvant chemotherapy response in osteosarcoma patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
C. Monika S.N. Andarmawanti
"Latar Belakang: Barodontalgia adalah nyeri gigi yang disebabkan oleh perubahan tekanan udara lingkungan dan dapat terjadi pada penerbang yang mengalami perubahan tekanan udara saat fase terbang. Barodontalgia merupakan gejala perkembangan dari kondisi patologis gigi yang sudah ada sebelumnya.
Tujuan: Menganalisis hubungan kondisi patologis karies dentin, pulpitis, nekrosis, periodontitis apikalis, restorasi rusak, serta impaksi molar ketiga dengan kejadian barodontalgia pada penerbang sipil Indonesia.
Metode: Cross-sectional, subjek dipilih non-random yang memiliki kondisi patologis. Pemeriksaan klinis dan kuesioner diberikan pada 210 subjek.
Hasil dan Kesimpulan: Dua puluh lima subjek (12,3%) dari 204 subjek mengalami barodontalgia. Kondisi patologis yang berhubungan dengan barodontalgia adalah pulpitis.

Background: Barodontalgia is a tooth pain caused by changes in ambient barometric pressure and could affected a pilot. Barodontalgia is a symptom of pre-existing pathological condition of tooth.
Aim: To analyze the relationship of pathological conditions dentine caries, pulpitis, pulp necrosis, apical periodontitis, defective tooth restoration, and impacted third molars with barodontalgia on Indonesian civilian pilots.
Methods: Cross-sectional study. Selected non-random, based on dental pathological conditions. Clinical examination and questionnaire were given to 210 subjects.
Results and Summary: Twenty five (12,3%) from 204 subjects experienced barodontalgia. Pathological condition that has significant relationship with barodontalgia is pulpitis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Saleh Al huraebi
"Latar Belakang: Radang usus merupakan salah satu penyakit yang pengobatannya menggunakan antiinflamasi. Konsumsi obat antiinflamasi berkepanjangan dapat menyebabkan organ hati mengalami Hepatotoksisitas Imbas Obat. Tumbuhan mahkota dewa yang dilaporkan memiliki efek antiinflamasi. Penelitian ini menguji toksisitas pada hati mencit yang diinduksi dekstran sodium sulfat akibat pemberian ekstrak daun mahkota dewa dalam/tanpa nanopartikel kitosan.
Tujuan: Mengetahui efek pemberian ekstrak mahkota dewa dalam bentuk nanopartikel kitosan terhadap gambaran nekrosis pada hati mencit.
Metode: Penelitian dilakukan selama lima minggu dengan menggunakan 24 sampel jaringan tersimpan dari penelitian yang dilakukan sebelumnya. Hewan uji merupakan mencit jantan Swiss Webster yang dibagi secara acak menjadi 6 kelompok: kelompok normal (N), kelompok mencit yang diberi larutan dekstran sodium sulfat (DSS), kelompok mencit yang diberi ekstrak daun mahkota dewa dosis 25 mg/hari dan 12,5 mg/hari (MD 25 dan MD 12,5), dan kelompok mencit yang diberi ekstrak daun mahkota dewa dalam bentuk nanopartikel kitosan dosis 12,5 mg/hari dan 6,25 mg/hari (NPMD 12,5 dan NPMD 6,25). Kemudian jaringan diwarnai dengan pewarnaan hematoksilin-eosin (HE), lalu mengukur luas area nekrosis tiap jaringan mencit dalam lima lapang pandang.
Hasil: Tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p=0,06) pada pengamatan rerata luas nekrosis untuk seluruh kelompok uji. Seluruh kelompok uji menunjukan terjadinya nekrosis. Namun, kelompok DSS, MD 25, dan MD 12,5 menunjukan rerata luas nekrosis yang lebih rendah dari kelompok Normal, NPMD 12,5, dan NPMD 6,25.
Kesimpulan: Pemberian ekstrak daun mahkota dewa dalam nanopartikel kitosan menunjukan rerata luas nekrosis yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok tanpa nanopartikel kitosan.

Background: Inflammatory Bowel Disease is a disease whose treatment uses anti-inflammation. Continous consumption of anti-inflammation can induce damage to the liver, known as Drug-induced Liver Injury. Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) has been reported to have anti-inflammation activity. This study tested the toxicity to the liver of dextran sodium sulfate-induced mice due to administration of the extract of Mahkota Dewa’s leaves in /without chitosan nanoparticles.
Objective: To discover the effect of Mahkota Dewa's leaf extract in chitosan nanoparticles against necrosis view on mice liver.
Methods: The study was conducted for five weeks using 24 stored tissue samples from previous studies. The animals used for this study were Swiss Webster mice randomized into 6 groups: normal (N) group, dextran sodium sulfate (DSS) group, 25 and 12,5 mg leaf extract of Mahkota Dewa (MD 25, MD 12.5) group, 12,5 and 6,25 mg leaf extract of Mahkota Dewa in chitosan nanoparticles (NPMD 12,5 and NPMD 6,25) group. Subsequently, 24 samples is stained with Hematoxylin-eosin staining. Then, the area of necrosis of each sample is measured in five visual fields
Results: There was no significant difference (p = 0.06) in observing the mean area of necrosis for all test groups. The entire test group showed necrosis. However, the DSS, MD 25, and MD 12.5 groups showed a lower mean necrosis area than the Normal, NPMD 12.5, and NPMD 6.25 groups.
Conclusion: The administration of the Mahkota Dewa’s leaf extract in chitosan nanoparticles showed a higher mean necrosis area compared to the group without chitosan nanoparticles"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Saleh Alhuraebi
"Latar Belakang: Radang usus merupakan salah satu penyakit yang pengobatannya menggunakan antiinflamasi. Konsumsi obat antiinflamasi berkepanjangan dapat menyebabkan organ hati mengalami Hepatotoksisitas Imbas Obat. Tumbuhan mahkota dewa yang dilaporkan memiliki efek antiinflamasi. Penelitian ini menguji toksisitas pada hati mencit yang diinduksi dekstran sodium sulfat akibat pemberian ekstrak daun mahkota dewa dalam/tanpa nanopartikel kitosan. Tujuan: Mengetahui efek pemberian ekstrak mahkota dewa dalam bentuk nanopartikel kitosan terhadap gambaran nekrosis pada hati mencit. Metode: Penelitian dilakukan selama lima minggu dengan menggunakan 24 sampel jaringan tersimpan dari penelitian yang dilakukan sebelumnya. Hewan uji merupakan mencit jantan Swiss Webster yang dibagi secara acak menjadi 6 kelompok: kelompok normal (N), kelompok mencit yang diberi larutan dekstran sodium sulfat (DSS), kelompok mencit yang diberi ekstrak daun mahkota dewa dosis 25 mg/hari dan 12,5 mg/hari (MD 25 dan MD 12,5), dan kelompok mencit yang diberi ekstrak daun mahkota dewa dalam bentuk nanopartikel kitosan dosis 12,5 mg/hari dan 6,25 mg/hari (NPMD 12,5 dan NPMD 6,25). Kemudian jaringan diwarnai dengan pewarnaan hematoksilin-eosin (HE), lalu mengukur luas area nekrosis tiap jaringan mencit dalam lima lapang pandang. Hasil: Tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p=0,06) pada pengamatan rerata luas nekrosis untuk seluruh kelompok uji. Seluruh kelompok uji menunjukan terjadinya nekrosis. Namun, kelompok DSS, MD 25, dan MD 12,5 menunjukan rerata luas nekrosis yang lebih rendah dari kelompok Normal, NPMD 12,5, dan NPMD 6,25. Kesimpulan: Pemberian ekstrak daun mahkota dewa dalam nanopartikel kitosan menunjukan rerata luas nekrosis yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok tanpa nanopartikel kitosan

Background: Inflammatory Bowel Disease is a disease whose treatment uses anti-inflammation. Continous consumption of anti-inflammation can induce damage to the liver, known as Drug-induced Liver Injury. Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) has been reported to have anti-inflammation activity. This study tested the toxicity to the liver of dextran sodium sulfate-induced mice due to administration of the extract of Mahkota Dewa’s leaves in /without chitosan nanoparticles.. Objective: To discover the effect of Mahkota Dewa’s leaf extract in chitosan nanoparticles against necrosis view on mice liver. Methods: The study was conducted for five weeks using 24 stored tissue samples from previous studies. The animals used for this study were Swiss Webster mice randomized into 6 groups: normal (N) group, dextran sodium sulfate (DSS) group, 25 and 12,5 mg leaf extract of Mahkota Dewa (MD 25, MD 12.5) group, 12,5 and 6,25 mg leaf extract of Mahkota Dewa in chitosan nanoparticles (NPMD 12,5 and NPMD 6,25) group. Subsequently, 24 samples is stained with Hematoxylin-eosin staining. Then, the area of necrosis of each sample is measured in five visual fields. Results:. There was no significant difference (p = 0.06) in observing the mean area of necrosis for all test groups. The entire test group showed necrosis. However, the DSS, MD 25, and MD 12.5 groups showed a lower mean necrosis area than the Normal, NPMD 12.5, and NPMD 6.25 groups. Conclusion: The administration of the Mahkota Dewa’s leaf extract in chitosan nanoparticles showed a higher mean necrosis area compared to the group without chitosan nanoparticles"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library